22 - Pencapaian Firash

29 4 0
                                    

Baru kali ini Anara menginjakkan kakinya di rooftop sekolah. Tidak buruk. Semilir angin dan suasana alam secara langsung menjadi perpaduan yang pas untuk mendinginkan otak dan hati. Pantas saja anak-anak selalu kesini jika ingin merenung ketika istana Pak Sangem sedang penuh. Anara pribadi tidak datang sendiri. Selalu ada KON di balik kehadirannya dan 3 orang itu sedang sibuk dengan snack yang tadi sempat di beli sebelum ke atas.

"Itu punya gue Oci, kenapa di embat juga. Mana di kantin abis lagi. Gue nggak bisa beli lagi." gerutu Nanda sambil membolak-balikkan kemasan snack kesukaannya yang sudah kosong.

"Nafsu ngemil gue lagi tinggi. Jadi gue makan yang ada di depan mata walaupun bukan punya gue. Kalo bahasa Sunda nya, gue itu lagi ma... Ma... Mamiyo. Iya mamiyo." Oci manggut-manggut seolah apa yang di katakan nya benar.

"Mamiyo? Sejak kapan bahasa Sunda ada kata itu. Kayak lirik rap." Kanza menutup mulut dengan tangan kiri lalu tangan kanan di gerakkan seperti seorang DJ. "Yo... Mamiyo ... Yo ... What's up."

Nanda menatap jengah kedua temannya. "Mamayu Oncom. Kalo nggak tau, jangan coba ungkapin sesuatu dengan bahasa Suku lain. Udah tau punya kapasitas otak yang terbatas. Lo lagi Kanza, malah ikut-ikutan beg-beg."

"Sok lo Nendeng."

"Gue bukan sok. Tapi pengen ingetin lo aja buat nggak banyak tingkah sekiranya tau keterbatasan."

"Bodo." sahut Oci tidak peduli. Matanya lalu berpindah ke sosok yang belum duduk sama sekali sejak pertama kali sampai. "Ngapain berdiri disana Frozen. Sini duduk." titahnya.

Anara tidak menghiraukan perintah itu. Ia tetap berdiri di pinggir dan kini matanya terpejam. Merasakan udara alami itu dengan lebih intens. Hal itu, membuat otak dan hatinya semakin rileks.

Drrt... Drrt...

Disamperin ke kelas, nggak ada. Aku datengin kantin kali aja lagi makan, nggak ada. Lanjut ke perpustakaan siapa tau kamu lagi mojok sama petugas favourite kamu itu, nggak ada. Terakhir aku datengin UKS kali aja kamu jadi dokter dadakan dan obatin orang, nihil juga.

KAMU DIMANA SIH?

Katanya kasih kebebasan. Tapi sekarang buktinya, kamu ngilang.

Anara tersenyum saat membaca itu. Firash memang selalu spontan atas apa yang di rasakan saat ini, sehingga sosoknya lebih mudah untuk di mengerti.

Sebenarnya, Anara sendiri sengaja mendatangi tempat paling atas di sekolah. Ia ingin menjauhi Firash setidaknya untuk siang ini. Karena beberapa hari kemarin sudah di buat kewalahan akan tingkah cowok itu yang semakin menjadi semenjak hasil akhir UTS di beritahukan lewat chat.

***

10 menit setelah kepergian Anara yang tak ubahnya 10 tahun akibat menunggu, Firash akhirnya merasa lega lalu dengan cepat merogoh saku untuk mengambil benda yang di dalamnya ada chat dari Anara. Meskipun sudah berkecil hati, Firash tetap penasaran akan hasil yang dulu dapatkan nya.

Em... Hai.
Tadinya aku nggak bermaksud buat chat ini. Tapi pas Kak Heri ngabarin kalo Kak Firash belum liat pengumuman, aku jadi berubah pikiran. Jadi, aku share foto ini.

9. Firash Miftahul Rashad.........................

Firash memelotot. Ia berhasil. Bahkan pencapaiannya itu 1 tingkat lebih tinggi. Wah, Firash ingin sekali berteriak. Tapi urat malunya masih berfungsi, karena nya ia mengurungkan niat.

Terus, kenapa sikap Anara aneh tadi? Gumam Firash dalam hati.

Firash bersiap menulis balasan, tapi sebelum itu ada chat baru sehingga tidak jadi.

PRAETERITA [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang