Extra part l - Satu Hari Seminggu

36 1 0
                                    

Besok aku mau ziarah ke makam kak Andria. Kalo ada waktu dan pengen ikut, Kak Firash dateng ke rumah paling lambat jam 8. Kak Andrio, aku, Alfano dan KON ziarahnya pagi supaya punya banyak waktu disana.

Firash tidak ingin membuang waktu. Apalagi ayah bundanya belum pulang. Akhirnya dia memutuskan berangkat ke rumah Anara selesai sarapan.

Betapa bahagianya Firash saat ini karena dia bisa masuk ke kamar Anara. Meskipun sebelumnya sempat menerima penolakan dari gadis itu, tapi Firash berhasil dengan syarat pintu kamar tetap terbuka. Senyum di wajahnya tidak luntur barang sedetik pun karena bisa melihat Anara dari mulai wajahnya polos hingga sekarang sedang di poles make up tipis. Gadis itu tidak ada bedanya. Tetap cantik. Jadi mau bagaimana pun, Firash tetap suka.

Anara menggelengkan kepala melihat tingkah Firash, sebelum akhirnya menyisir rambut. Masih pagi dan Firash sudah mengganggu kegiatannya. Anara tidak takut Firash melihat wajahnya yang belum dirias bahkan baru bangun tidur sekalipun. Karena selama ini juga momen seperti itu terbilang sering. Hanya saja, dirinya merasa belum nyaman ada laki-laki selain adik dan kakaknya memasuki kamar. Rasanya sedikit ... aneh dan canggung.

Tap ... tap ... tap ...

Anara mendengar langkah kaki mendekati kamar. Meletakkan sisir, lalu menengok ke arah pintu. Ternyata Oci, Nanda dan Kanza mendatangi. Anara meletakkan telunjuk di bibir, menggerakkan dagu menunjuk Firash. Memberitahu mereka agar tidak menimbulkan suara yang dapat mengganggu Firash. Merespon itu, KON mengangguk sambil cekikikan. Anara mengambil sisir lagi, lalu bangkit menghampiri Firash. Disisir nya rambut lelaki itu supaya rapih.

Firash mengerjapkan matanya berkali-kali, cukup kaget dengan perlakuan Anara, tapi mulutnya tetap bungkam. Anara menjauh melihat penampilan Firash lalu menggelengkan kepala. Diletakkan kembali sisir itu di meja rias. Anara menghampiri Firash lagi. Dia menyisir rambut Firash dengan tangannya. Anara mundur dua langkah lalu tersenyum. Penampilan Firash kini sudah sesuai keinginannya.

"Udah ganteng?" tanya Firash.

Anara membenarkan posisinya menjadi berdiri tegak. "Tadi juga ganteng. Cuman aku lebih suka rambutnya yang agak berantakan. Keliatan lebih macho gitu."

"Kalo rapih keliatannya gimana emang?"

"Lucu."

Firash berdiri, lalu tersenyum simpul. "Kamu pagi-pagi udah romantis. Aku kan jadi meleleh." lalu merentangkan tangan nya. "Sini peluk."

Anara menggeleng keras. "Jatah peluk Kak Firash itu paling sering satu hari per-minggu. Kemaren aku udah peluk berapa kali, kak Firash x7 pelukan itu dan harus nunggu sampai waktunya habis kalo mau peluk lagi."

Firash merenung dengan jari tangan yang sibuk menghitung. Di cafe 1x, MCR 1x, ruang tamu 1x, sebelum pulang 1x, lalu kemarin sempat ke pantai melihat sunset 1x. Sedetik kemudian, matanya membelalak karena dirinya harus menunggu cukup lama. Firash mendongak, menatap Anara lagi.

"Terus kapan aku bisa peluk kamu tiap hari?" akhirnya, kalimat itu yang keluar dari mulutnya.

"Nanti."

Anara menghampiri KON. Tepat sampai di samping Kanza, Anara berbalik menatap Firash. "Kalau kita berjodoh, Kak Firash halalin aku buat jadi istri. Baru boleh lakuin itu bahkan apapun yang kak Firash mau."

Firash membelalak. "Masa buat peluk setiap hari harus nunggu selama itu. Pasangan lain aja ngelakuinnya setiap hari."

"Kak Firash mau lakuin itu setiap hari?"

Firash mengangguk mantap dengan senyum yang menghiasi wajah.
Ekspresi Anara berubah datar.

"Kalo mau lakuin itu tiap hari. Cari cewek lain. Aku lebih baik mundur."

PRAETERITA [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang