"Udah pernah diingetin, JANGAN PERNAH SENTUH TUBUH GUE!!!" Wajah Anara merah menahan emosi. Tubuhnya berdesir aneh. Sangat tidak nyaman dengan sentuhan baru saja. Ingin sekali Anara menampar wajah Rey akibat perlakuan seenaknya ini. Tetapi dia mempertimbangkan bahwa Rey tetap teman nya. Wajah Rey seketika murung dan itu membuat Anara merasa tidak enak.
____
"Dengerin baik-baik Rey." Anara bersuara dengan tenang kali ini. "Gue sama sekali nggak ada niatan buat jauhin lo. Masalah situasi sekarang, itu semua terjadi karena ulah lo sendiri. Seandainya sikap lo sama kayak temen lainnya, gue dengan senang hati deket lo. Tapi realita berbanding terbalik. Lo bilang suka dan maksa buat milikin gue dengan status yang lo tau dengan jelas gue lagi ada ikatan sama cowok lain. Lo egois Rey. Gak mikirin perasaan gue gimana."
Anara menunduk. Matanya terasa
panas setelah mengatakan itu. Anara memejamkan matanya agar air yang hampir membentuk benteng kaca menghilang. Dirinya tidak boleh menangis di depan laki-laki lagi. GAK BOLEH.Rey ingin sekali menurunkan bahunya lebih rendah. Melihat wajah Anara yang sedang menunduk. Tetapi dia tidak bisa. Dia lalu berdiri dengan benar. Takut jika terlalu lama, malah menimbulkan masalah lain. Terpikir untuk mendongakkan wajah Anara dengan mengangkat dagu. Rey mengangkat tangan. Setengah jalan, Rey menurunkan tangan nya lagi. Teringat perkataan Anara yang tidak ingin disentuh.
"Gue nggak akan maksa lo lagi supaya liat mata. Sebagai gantinya, tolong dengerin apa yang gue omongin. Dari semua yang bakal gue omongin, ada kalanya lo harus menjawab. Tolong, jawab dengan jujur. Dan kalo boleh, gue pengen pas ngomong mata lo natap. Gue ngerasa di hargai dengan itu." Rey menunggu dengan harap menyangkut jawaban Anara.
Anara berpikir tentang apa yang Rey katakan. Dia menimbang segala kemungkinan. Kepalanya mendongak dan menatap arah sejajar. Anara celingak-celinguk melihat situasi
sekitar. Koridor sepi. Anara memantapkan hatinya bahwa apa yang telah dia putuskan adalah yang terbaik.Anara mendongakkan kepalanya perlahan. Matanya dan mata Rey langsung bertemu. "Ini sebagai bukti kalo gue menghargai lo- sebagai temen. Gue mohon, yang sekarang terakhir kalinya dialog dari lo. Lo sampein semua masalahnya sekalian. Gue bakal jawab semua pertanyaan lo di ujung. Gue gak mau ngabisin waktu lebih lama disini. Udah cukup pusing akhir-akhir ini tentang banyak hal. Jangan tambah beban gue Rey." Anara bersungguh-sungguh mengatakan itu. Dirinya sedang banyak masalah. Jika kejadian hari ini diketahui orang lain, lalu sampai ke telinga seseorang, Anara tidak bisa tenang lagi. Semuanya pasti akan terasa lebih sulit.
Rey senang Anara menatapnya. Satu sisi dia juga sedikit kecewa dengan perkataan Anara yang seolah menganggap dirinya sebagai orang yang tidak baik dalam artian
menimbulkan masalah. Tapi dia tidak bisa melakukan upaya yang lebih jauh jika Anara sudah begitu. Rey berpikir sejenak menyusun kata-kata yang akan disampaikan supaya terdengar nyaman oleh telinga Anara. Rey memejamkan mata sesaat untuk mempersiapkan mentalnya lalu menatap Anara lekat setelah siap."Sebelumnya makasih karena lo mau kasih gue kesempatan buat ngomong. Inget, gue pernah ngomong jangan lagi pacaran sama cowok lain karena gue udah balik. Beberapa hari setelah itu, gue mulai meragukan tentang anggapan yang menyimpulkan lo stuck sama gue selama 2 tahun terakhir setelah ngeliat interaksi lo sama Firash. Tapi kayak lo bilang sebelumnya, gue egois dan tetep usaha buat ambil lo. Firash bisa ngalihin gue dan gue juga pasti bisa ngalihin Firash. Karena sejak awal, singgasana di hati lo adalah hak gue. Pernah denger katanya Firash adalah cowok dengan tenggang waktu paling sebentar buat lo kasih jawaban. Dia juga cowok yang lo pilih untuk mengambil alih singgasana yang gue tempatin. Gue mau tau hal apa yang bikin lo mengambil keputusan itu. Hal apa yang bikin Firash layak geser posisi gue. Kasih gue alasan sejelas-jelasnya. Selain tentang nyaman."
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAETERITA [Complete]
Teen Fiction_____ GENRE : Fiksi Remaja ____ Firash Miftahul Rashad. Cowok yang menjelma sebagai pentolan kelas sebelas itu tiba-tiba datang dengan segala karakter yang baru pertama kali Anara temui. Satu hal yang membuatnya istimewa adalah kejujuran yang terpa...