Firash menatap nyalang sosok yang bertekuk lutut di hadapannya. Saat ini, ia sedang ada di gudang sekolah bersama Heri yang tersenyum puas di sampingnya.
Firash bukan orang pendendam, apalagi selama ini bisa dikatakan ia lebih membiarkan orang lain berulah sekalipun menganggap nya remeh. Meskipun dulu tipikal orang yang memegang kalimat mata di balas mata, Firash mencoba merubah pandangan itu dan sekarang hampir berhasil. Perubahan itu, ia lakukan karena seseorang. Lalu ketika orang yang ia jadikan sebagai acuan di usik, bagaimana bisa ia diam saja.
Jadi, sekarang Firash akan menuntut balas. Meskipun bukan dengan hal menyakitkan secara fisik sebagaimana ia dulu membalas, tapi sepertinya pembalasan akan sempurna karena itu akan bersifat melekat di kepala orang-orang. Dan itu, cukup memuaskan rasa kesalnya.
"Gue mohon, jangan sebarin itu di seluruh akses yang terjangkau sekolah ataupun orang lain. Gue ngaku salah, gue minta maaf." mohon sosok itu sambil mengatupkan tangan dan kepala yang tertunduk dalam.
"Maaf lo bilang?" Firash berdecak. "Terlambat BANGSAT. Lu udah bikin milik gue nangis, mohon-mohon buat dimaafin tentang kesalahan yang nggak pernah dilakuin, dan bikin dia hampir aja hidup sendiri. LU DENGER ITU. DIO BANGSAT. DIA MENDERITA DAN ITU KARENA LU."
Firash mengacak rambutnya kesal. Ingatannya menerawang ke hari dimana Anara membawanya ke rumah milik Kakek dan Nenek gadis itu yang sekarang ada di Singapura. Rumah itu sendiri ditempati oleh keluarga asisten rumah tangganya. Tujuan gadis itu membawa semua orang kesana, ingin membicarakan tentang semua hal. Termasuk yang membuatnya meneteskan air mata di kursi samping parkiran.
Firash ingat jelas, bagaimana Anara bercerita dengan ekspresi kalut tentang yang terjadi di perpustakaan. Bagaimana putus asanya gadis itu saat berkata akan membiarkan KON menjauh, agar tidak mendapat hal buruk. Lalu air mata yang mengiringi dari awal membebaskan jika KON ingin pergi, meminta maaf kepada Kanza, mengungkapkan rasa sayangnya kepada KON yang teramat besar, dan akan memutuskan hidup di kesendirian lagi, seperti saat pertama kali menginjakkan kali di lingkungan sekolah.
Firash merasa sangat-sangat tidak berguna saat itu. Ia menyesal tak nekat menyusul, menyesal berusaha memendam rasa penasaran bahkan sampai mengenyahkan rasa khawatir.
Lalu ketika gadis itu menceritakan, Firash dibuat tidak bisa melakukan apa-apa sebagai penghibur. Memeluk nya, Firash ingat Anara melarang interaksi terlalu intim sebelum ada kejelasan. Melakukan hal biasanya yaitu mengenggam tangan, Firash takut menggangu emosi Anara. Alhasil, ia hanya bisa melihat sampai selesai bagaimana rapuhnya seorang Anara. Pujaan hatinya yang selama ini dinilai kuat, yang saat itu berada di dalam zona lemahnya.
Dan Firash, berjanji dengan segenap jiwa dan raganya, menjaga semua hal selalu baik agar miliknya tak mendapati sosoknya yang rapuh.
Untuk yang sudah terjadi, Firash tidak akan membiarkan itu berlalu begitu saja. Ia akan memastikan penyebab terjadinya hal itu akan mendapat hal setimpal bahkan lebih buruk. Jujur dari lubuk yang paling dalam, Firash ingin membuat perhitungan bahkan sampai mengirim sosok berengsek itu ke Neraka. Sekarang juga.
Firash menarik kerah baju Dio, mengangkatnya sehingga jadi berdiri. "2 bulan gue sama dia, nggak pernah sekalipun gue bikin nangis selain itu karena kesalahan gue."
"Tapi kemaren, LU UDAH BIKIN DIA NANGIS BANGSAT."
"LU BIKIN DIA SAKIT HATI, SEDIH, DAN NGERASA BERSALAH SAMA HAL YANG BUKAN KESALAHAN DIA SEDIKITPUN."
"Dan sekarang, lu minta gue nggak ngejalanin perhitungan? Abis selingkuh, bebas dapet ciuman, Kanza nggak nuntut apapun setelah dikhianati, hampir bikin AKON terpecah belah, sekarang lu minta bebas? Enak banget hidup lu."
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAETERITA [Complete]
Teen Fiction_____ GENRE : Fiksi Remaja ____ Firash Miftahul Rashad. Cowok yang menjelma sebagai pentolan kelas sebelas itu tiba-tiba datang dengan segala karakter yang baru pertama kali Anara temui. Satu hal yang membuatnya istimewa adalah kejujuran yang terpa...