Bukk... Pada akhirnya sebuah pukulan keras melayang dengan bebas.
____"KAK ANDRIO." teriak semua orang.
Anara dan Alfano segera memegangi Andrio ketika di lihatnya cowok itu siap melayangkan pukulan kedua, sampai cowok itu duduk kembali. Sedangkan Firash yang mendapat pukulan mentah, tersenyum kepada Rey yang bertanya keadaannya sambil mengusap setetes darah dari sudut bibirnya yang robek."ASAL LO TAU FIRASH--"
Wajah Andrio mengeras.
"--Pas Anara pingsan, itu gue bawa ke rumah sakit dan dokter bilang keadaannya kritis. Lo tau kenapa? Karena sebelumnya dia nggak makan selama 2 hari dan nggak tidur lebih dari 1 Minggu, CUMA KARENA MIKIRIN LO! yang dimana berbarengan sama psikis dia dalam kondisi terguncang karena traumanya yang lain. Dan saat itu," Andrio melepas diri dengan paksa dari cengkraman Anara dan Alfano, lalu melangkah cepat dan meraih kerah Firash. "... Lo nggak ada. NGGAK SEKALIPUN LO INISIATIF BUAT TAU. Makanya Lo nggak tau sedikitpun. Padahal seharusnya, Lo ada di sampingnya. LO YANG DAMPINGI DIA!"
Firash tidak menggubris perkataan Andrio sekalipun, tapi menunduk dalam. Cowok itu masih terlalu terkejut dengan fakta yang di dengar. Otaknya berputar memikirkan betapa parahnya penderitaan yang Anara alami. Ketika di MCR saja, sudah begitu banyak derita. Lalu kini, ternyata masih ada derita yang gadisnya alami dan ia tidak tahu. Semakin di pikirkan, semua terasa sangat sakit. Membuat tangannya terulur menyentuh dada, terasa sesak disana. Dan tak lama, ada setetes bening yang membasahi lengan, yang diikuti tetesan lain.
Melihat Firash yang meneteskan air mata, emosi Andrio menguap begitu saja. Cowok itu pun menarik tangan, lalu berbalik menghampiri Anara.
"Kak ..."
"Maaf dek, Kakak nggak bisa kontrol emosi."
Mendengar rasa bersalah dari suara Andrio, Anara yang tadinya akan marah pun tidak jadi. Tapi di peluknya tubuh Andrio dengan erat. "Iya, nggak pa apa. Mungkin emang sebaiknya semua hal tersampaikan."
"Terimakasih, dek." Andrio melerai pelukan, lalu memegang bahu Anara, dan mengarahkan gadis itu ke Firash. "Gih, tenangin pacar kamu. Kak Andrio cuma bisa bikin nangis doang." cengirnya.
"Dasar."
***
Anara tidak berucap sepatah katapun setelah di putuskan nya untuk memeluk kepala Firash. Ia hanya mengelus kepala cowok itu yang seiring berjalannya waktu balas memeluk pinggangnya dengan wajah yang semakin menelusup, menumpahkan semua tangisnya. Andrio dan Alfano yang masih di tempat mereka, diam dengan tenang memperhatikan.
Terus seperti itu, hingga Anara rasakan bahu Firash tidak bergetar, isakan cowok itu tidak terdengar, dan pergerakan lain yang membuatnya menunduk untuk mengecek. Ternyata, Firash mendongak.
"Udah nangisnya?" tanyanya kemudian. Yang di jawab sebuah anggukan. "Syukurlah." Anara tersenyum lega. "Masih ada yang perlu aku jelaskan?"
Firash mengangguk. "Tentang yang baru saja. Aku perlu denger detailnya dari kamu."
"Yakin?"
"Yakin."
"Nggak ada nangis lagi asal," Anara mengusap basah di wajah kekasihnya itu. "Aku nutupin hal itu biar mengurangi rasa bersalah yang pasti kamu rasakan. Tapi, kalo emang mau dengar, ya udah, aku jelaskan. Sebelumnya, janji dulu nggak akan nangis lagi di malam ini. Janji?" Anara mengacungkan jari kelingking.
"Janji." Firash mengaitkan jari kelingking miliknya. Lalu menarik Anara sampai terduduk. "Tapi sebelumnya kamu duduk dulu. Pegel nanti kalo berdiri terus."
"Baiklah. Aku jelaskan, ya."
Anara lanjut menceritakan dari sejak pagi sebelum berangkat di hari ketika pingsan. Dimana sejak hari sebelum kondisi tidak stabil, terutama kepala yang pusing. Tidak ada keinginan tidur dan makan sedikitpun. Makanya wajahnya pucat dan lingkaran mata semakin jelas. Ketika sampai di sekolah, jam pelajaran pertama memaksakan diri untuk mengikuti. Hingga waktu habis lalu pelajaran kedua gurunya tidak masuk yang dimana juga bertepatan dengan pusing yang dirasakannya semakin kuat. Akhirnya KON memutuskan untuk membawanya ke UKS, untuk beristirahat disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAETERITA [Complete]
Teen Fiction_____ GENRE : Fiksi Remaja ____ Firash Miftahul Rashad. Cowok yang menjelma sebagai pentolan kelas sebelas itu tiba-tiba datang dengan segala karakter yang baru pertama kali Anara temui. Satu hal yang membuatnya istimewa adalah kejujuran yang terpa...