Anara memakai kacamata dan masker kembali setelah membongkar identitas kepada KON dan menyelesaikan perihal salah paham yaitu Nanda yang mengucapkan maaf atas kata-kata kasar yang sebelumnya di ucapkan kepada Firash.
"Gila lo, Nda. Gue kalo sebelumnya nggak tau situasi, bisa-bisa melayangkan satu pukulan. Abis lo tuh kebangetan. Ngatain gue brengsek dan bangsatnya pake nada bicara yang menusuk telinga." cewot Firash.
Nanda tersenyum kikuk. "Namanya juga terlanjur emosi Kak. Lagian salah sendiri, pake pamer megang tangan cewek segala. Kita kan tau nya itu cewek lain. Jadi emosi lah."
"Oke, Oke, gue ngerti." sahut Firash tenang. "Btw. Pertahankan sikap menjaga lo. Kalian juga Oci dan Kanza. Gue suka dan ngerasa aman Anara di kelilingi orang-orang yang sayang sampai rela mempertaruhkan kebaikan dirinya sendiri." lanjut Firash tulus.
"Tenang aja soal itu. Tanpa diingatkan, kita akan dengan sendirinya menjaga. Karena Anara--"
"Wih, kapten lemah di kelilingi sama cewek-cewek." bariton mengejek seseorang itu memotong ucapan Kanza dan membuat perhatian semua orang teralih ke sumber suara yang ternyata sedang menuju ke Firash bersama satu rekannya.
"Ngapain lo kesini?!" tanya Firash dingin. Walaupun pikirannya tidak fokus dan teralihkan ke tangan, Firash sempat melihat siapa yang menjegal kakinya dan ia tahu bahwa orang yang menyeletuk barusanlah sosoknya.
Anara yang sadar akan perubahan Firash, mendekati cowok itu lalu mengelus tangannya. Bermaksud menenangkan. Sedangkan KON dan Heri memperhatikan apa yang akan dilakukan dua pemain tim lawan itu.
"Gue, mau liat kondisi lo, dan kayaknya oke. Tapi kok sampe berhenti maen tadi. Emang dasar kapten lemah." ledek sosok itu lagi.
"Kalimat lo. Wow, kena banget ke hati. Mentang-mentang berhasil ngalahin tim gua dengan 2 gol, jadi besar kepala. Padahal gue inget banget setiap kali selesai tanding lo selalu nunduk nampakin kalo lo pecundang," sahut Firash dengan penekanan di kata terakhir. "Toni."
KON memelotot mendengar nama itu. Mereka tidak asing karena Anara pernah bercerita tentang hal menarik menyangkut Toni. Karenanya, mereka menjadi lebih antusias melihat ini.
Toni menyeringai. "Well, ini baru permulaan. Babak selanjutnya, gue bakal bikin lo mengemis buat minta harga diri tim dan sekolah. Karena gue, bakal hasilin gol lebih banyak bila perlu ngalahin rekor gol lo selama jadi kapten."
Firash tertawa pendek. Jenis tawa mengintimidasi. "Ngalahin rekor gue? Jangan mimpi. Karena nanti lo nggak akan gue kasih ampun sedikitpun. Babak pertama, lo boleh singkirin gue dengan jegalan pecundang yang di lakuin pas gue lagi nggak fokus. Tapi nanti, gue bakal tanding walaupun ini tangan lagi nggak bagus. Karena yang gue butuhin, udah dateng. Penyemangat hidup gue."
"Penyemangat hidup? Ow," Toni melirik Anara dengan tatapan meremehkan. "Cewek aneh ini maksud lo? What the hell. Ditempat umum dan dalam ruangan pake masker dan kacamata, norak amat. Gak gue sangka selera lo rendahan karena gue yakin di balik masker itu mukanya buruk rupa."
"Masa sih. Gue denger pacar si Firash primadona sekolah, Ton." sahut Rangga.
"Iya, itu benar banget. Pacarnya primadona." Toni tersenyum mengejek. "Dari bawah tapi." lanjutnya di iringi tawa.
Buruk rupa? Primadona dari bawah?
Firash maju hendak memberikan sedikit pelajaran, tapi tidak jadi karena tangannya di tahan Anara. Firash melirik gadis itu dan dilihatnya menggeleng. Firash yang tidak ingin menciptakan konflik baru, menurut.
"Lo beruntung karena ada cewek gue yang larang. Kalo nggak, udah gue bikin sekarat lo." ucapnya dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAETERITA [Complete]
Teen Fiction_____ GENRE : Fiksi Remaja ____ Firash Miftahul Rashad. Cowok yang menjelma sebagai pentolan kelas sebelas itu tiba-tiba datang dengan segala karakter yang baru pertama kali Anara temui. Satu hal yang membuatnya istimewa adalah kejujuran yang terpa...