3 - Marahnya Firash

129 8 0
                                    

Happy Reading.
__

Hari ini Anara berangkat sekolah diantar Andrio. Karena mobil yang biasa dipakai Kakak laki-laki nya itu sedang di service.

Setelah makan, Anara sempat mengajukan permintaan ingin berangkat dengan Alfano. Tapi keinginannya itu ditolak oleh Andrio. Kakak laki-lakinya itu masih mengharamkannya menaiki roda 2. Izin naik angkot atau bus, adik laki-lakinya Alfano yang melarang. Lalu beralih ke alat transportasi paling mewah jalur darat yaitu taxi, dua-duanya menolak.

Alhasil, Anara pasrah berangkat dengan Andrio.

"Jangan cemberut gitu dek. Cowok-cowok pada ilfeel nanti. Kakak gak mau ya, punya adek gak laku." ucap Andrio sebelum melajukan mobil yang sebelumnya berhenti karena lampu merah.

Anara tak berkeinginan menggubris perkataan Andrio. Gadis itu memilih bungkam dengan mata menatap lurus dan wajah yang menunjukkan ekspresi dingin.

Andrio melirik ke samping sebentar. Kekehan keluar begitu saja ketika dilihatnya sosok sang adik belum juga berubah. "Pantesan kamu jomblo. Judes gitu mukanya."

Anara mulai kesal dengan celetukan Andrio. "Apa sih Kak. Jangan bikin sebel."

"Siapa juga yang bikin sebel. Maksud Kakak itu baik. Kakak gak pengen kamu jomblo. Malu sama muka dek."

"Males banget punya pacar kalo baru sebentar udah putus aja," Anara sengaja mengucapkan itu sambil sesekali melirik Andrio kesal. Bermaksud menyindir. Pasalnya, dua sodara laki-lakinya adalah salah satu alasan kenapa hubungannya sering kandas dalam waktu singkat. "Lagi pula, Anara yang kayak gini itu ikutin saran Kak Andrio tentang lebih baik banyak nolak daripada kumpulin mantan." jelas Anara lagi.

"Lho, kamu masih inget. Kakak kira udah lupa." sahut Andrio. Ia ingat pernah mengatakan itu ketika Anara pertama kali berangkat sekolah untuk mengikuti kegiatan mos.

Anara menatap Andrio bingung. "Kak Andrio beneran orang yang waktu kecil suka gendong Anara kan?"

"Ya iya lah dek. Kamu pertanyaannya kok aneh gitu." heran Andrio.

"Justru Kak Andrio yang aneh. Tau sendiri Anara itu gak gampang lupa. Malah disangka lupa. Gimana sih." sewot Anara.

Andrio tergelak. "Kamu tuh kenapa sensi banget pagi ini. Lagi PMS?"

Dan sekarang Andrio melemparkan topik yang jelas-jelas sudah diketahui sendiri jawabannya apa. Anara belum mendapat fase menstruasi sekalipun. Usianya memang sudah wajar saja untuk itu, meskipun termasuk muda mengingat sudah masuk senior high school, yaitu 13 tahun.

"Tau ah. Males ngobrol sama Kak Andrio. Pertanyaannya gak penting." Anara berdecak, lalu mengabaikan Andrio dengan merubah pandangan ke pinggir.

Bukannya kesal dengan jawaban ketus Anara, Andrio malah tersenyum lebar. Andrio merasa senang setiap kali Anara ketus ketika dilempari lelucon. Itu menandakan bahwa adik perempuannya memiliki emosi. Karena dulu, Andrio sempat takut saat SMP dulu Anara lebih memilih mendiamkan orang yang jelas-jelas mengejek akibat kepribadian cueknya yang berlebihan.

Sebenarnya hal wajar mengabaikan ejekan orang yang kurang kerjaan. Itu jika ejekan menyangkut diri sendiri dan topik standar. Tapi yang dialami Anara bukan wajar lagi dan yang terparah, ejekan itu disertai penganiayaan. Karenanya, Andrio menyempatkan waktu untuk bermain-main dengan Anara. Ia ingin mengecek perubahan dari adik perempuannya. Ternyata seiring berjalannya waktu Anara banyak berubah. Hal itu, menjadi kesenangan yang tak terkira bagi Andrio sebagai pihak yang memantau pertumbuhan Anara.

Selain itu, ia juga dilanda perasaan tidak enak karena seharusnya yang melakukan ini adalah orangtua. Sayangnya, mereka berdua sibuk dengan urusan diluar negeri sehingga ia sebagai anak tertua bertugas mendidik sepasang adiknya yang masih ABG.

PRAETERITA [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang