13 - Tidak Marah

53 5 0
                                    

Happy Reading.
___

Kelas 11-3 sedang disibukkan dengan kegiatan kerja sama dalam hal mengerjakan kuis. Padahal kuis itu ditugaskan agar dikerjakan personal. Berhubung gurunya sedang tidak ada, mereka senang dan antusias mengerjakan agar cepat selesai. Keadaan itu adalah kemerdekaan bagi sebagian besar pelajar disana kecuali satu orang yang menempati barisan ke-2 meja ke-3, sesosok siswa sedang tidak dalam mood bagus. Siswa itu sendiri adalah Firash.

Firash menatap lesu ponsel yang baru saja di turunkan dari telinga. Pemutusan sepihak dari Anara membuat perasaanya semakin tidak enak. Apalagi ditambah fakta gadis itu tak seperti biasa dalam berbicara. Kelembutan dalam menutup sambungan yang biasa dilakukan hilang entah kemana. Hal itu, tak urung membuat berbagai pikiran buruk berkeliaran.

Firash ingat bahwa Anara tak pernah menjalani hubungan lebih dari sebulan. Jika memang nasib hubungan dengannya sama, sepertinya saat ini adalah waktunya. Menyadari itu, Firash kembali dirundung penyesalan karena tidak bertindak lebih hati-hati dan tidak bisa mengontrol emosi dengan baik.

Lalu, bagaimana sekarang? Bagaimana nasib hubungannya dengan Anara?

"Argghhh." Firash berteriak dalam diam sambil menjambak rambutnya kasar. Saat melakukan itu, kepalanya menunduk dan kedua mata tak sengaja melihat lembar kuis yang masih bersih dan rapih. Soal kuis sebenarnya tak terlalu susah. Hanya saja, saat ini otaknya sedang tidak support dan biasanya dikatakan akan tetap seperti ini bahkan saat menghadapi UTS minggu depan. "Arggghh. Bego. Bego. Bego."

Cklek...

Suara pintu dibuka berhasil membubarkan kerumunan kerjasama dan mereka dengan cepat kembali ke tempat duduk masing-masing.

Tap... Tap... Tap...

Pelajar 11-3 yang pandangannya terfokus ke pintu seketika membulatkan mata tapi mulutnya bungkam. Mereka kaget dengan kedatangan sosok-sosok yang tidak pernah disangkanya akan mengunjungi kelas. Rasa bahagia, dirasakan oleh sebagian pelajar disana yang kebetulan mayoritas laki-laki.

Suara pintu dibuka dan langkah kaki tak dipedulikan oleh Firash karena dugaannya itu adalah guru yang memberikan kuis. Karenanya alih-alih antusias, cowok itu masih dengan posisi yang sama dan tindakan yang sama pula. Menunduk sambil menjambak rambutnya sendiri. Jambakannya itu kali ini semakin kasar dan bisa dipastikan kerapihan rambutnya sudah tak terjamin lagi.

"Selamat siang semuanya." sapa satu sosok dengan suara lantangnya.

"SIANG."

"Apa kedatangan kami mengganggu?"

"TIDAK."

"Syukurlah kalau begitu." jawab sosok yang pertama tadi.

"Terimakasih atas kelapangan dadanya menerima kehadiran kita semua--"

Firash mengenali suara lembut yang terakhir kali berbicara. Itu... Itu adalah suara lembut milik pujaan hatinya dan Firash sangat senang mendengar itu sehingga kepalanya didongakkan dengan cepat. Terlalu cepat malah. Karena setelahnya tengkuk terasa sedikit sakit.

Benar saja. Suara tadi milik si gadis pujaan hati yang sekarang sedang menatap lurus sambil tersenyum tipis padanya.

"--Maksud kedatangan Anara dan teman-teman sendiri adalah ingin menggantikan Bu Dona untuk mengawasi jalannya proses mengerjakan kuis. Jika bertanya alasannya, itu karena Bu Dona sedang ada urusan penting yang tidak bisa di tinggalkan. Kebetulan beliau adalah wali kelas 10-1, sehingga kami memutuskan untuk menggantikan nya disini." lanjut Anara tanpa melepas sedetikpun pandangan dari Firash. Yang di tatap sendiri sedang sibuk merapihkan rambut. Hal itu, tanpa sadar memancing tawa Anara sehingga gadis itu menepuk Kanza sebagai tanda menyerahkan giliran bicara. Lalu dia sendiri memilih menunduk menyembunyikan reaksi.

PRAETERITA [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang