30 - Berjauhan

30 3 0
                                    

"Hapus sudah harapan gue buat memperbaiki keturunan. AKON sold out."

"Lo ngayal ketinggian sih. Mana mau mereka sama lo yang butek kayak gini."

"Yeh, kampret. Bukan nya kasih semangat malah ngatain."

"Gue juga kasih semangat barusan. Semangat bangunin lo dari mimpi siang bolong."

Begitulah pendapat salah satu kerumunan dari sekian orang yang melihat meja pojok diisi oleh 4 pasangan, untuk ke-2 kali di waktu yang lebih umum dan ramai.

Sesuai kesepakatan, AKON selalu menyempatkan waktu untuk makan di meja yang sama bersama pasangan masing-masing setelah si pengagum cogan mengakhiri masa lajangnya. Kegiatan berkumpul itu, membuat meja pojok semakin menjadi pusat perhatian. Tapi, hal itu tidak di hiraukan karena para penghuni bisa di katakan terbiasa akan sebuah perhatian. Karenanya, mereka menjalani waktu itu dengan bahagia. Bahkan Oci yang kocak, menamai waktu kumpul itu dengan sebutan Quarter date in the kantin.

"Eh, pacarnya Nanda." panggil Firash. "Nama lo... Siapa deh. Mania, Mari, Mamalia, atau apa. Gue lupa."

"Mario Kak." jawab Mario.

"Oh, Mario. Udah berapa lama pacaran sama Nanda?"

Mario menerawang sekilas, lalu menatap Firash lagi. "Sekitar 13 bulan Kak."

"Wah, lama juga ya. Nggak nyangka gue." Firash takjub. "Btw. Lo kok bisa tahan pacaran sama Nanda. Secara dia kan..." Firash urung melanjutkan kalimat karena mendapat pelototan dari Anara.

"Santai aja, Anara." ucap Mario diiringi senyum. "Gue ngerti kalo Kak Firash agak terkejut dengan gue yang pacaran lama sama cewek jadi-jadian. Udah sering denger yang kayak gitu. Jadinya udah kebal."

"Siapa yang bilang gitu ke kamu sayang. Biar aku tendang dia." sewot Nanda.

"Ada aja sayang." Mario merapihkan anak rambut Nanda sekilas. "Cuekin aja lah. Toh, itu menurut pendapat mereka yang nggak tau kamu gimana. Dan juga, yang terpenting buat aku adalah kamu menerimaku begitupun sebaliknya. Sehingga kita bisa menjalani hubungan dengan aman dan langgeng."

Seharusnya, Nanda yang tersipu oleh perkataan manis Mario. Tapi, malah Firash yang tersenyum riang sebelum akhirnya mendekati telinga Anara lalu membisikkan sesuatu. "Mereka so sweet ya. Panggilnya sayang gitu. Jadi pengen."

Bukannya menjawab Firash, Anara malah melirik Nanda. "Nanda..."

Nanda menoleh. "Kenapa?"

"Kalo boleh... Panggilannya .." Anara menunjuk Firash menggunakan mata. "... Lo tau lah maksud gue apa."

Nanda tersenyum di sela anggukan, lalu melirik. "Kalo lagi ngumpul gini lebih tepatnya ada cowok di depan kamu, manggilnya pake nama aja. Biar dia nggak cemburu dan ngumpul kita jadi aman dan tentram."

Mario terkekeh pelan. "Oh, iya. Dengan senang hati aku akan ngelakuin itu... Nanda." lalu melirik Anara. "Sorry. Gue lupa."

"Nggak pa apa Kak Mario. Seharusnya Anara yang minta maaf udah menganggu kebersamaan kalian."

"Yaelah, santai aja kali. Gue sama Nanda masih punya waktu di luar kok."

"Makasih kalo gitu."

Firash mendengus. "Selalu gitu. Tiap kali aku minta, kamu pasti dapet cara buat nyegah."

"Sabar ya Kak. Pacaran sama Frozen emang harus ekstra sabar." Oci memberi nasihat.

"Kalo Kanza boleh berpendapat, sebenarnya Kak Firash diijinin duduk sebelahan dengan jarak yang dekat bahkan menempel, itu udah alhamdulillah. Karena seumur-umur, Anara nggak pernah kayak gitu. Paling duduk berhadapan." beritahu Kanza.

PRAETERITA [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang