31 - Jalan-jalan

23 2 0
                                    

Sekolah hari ini memberi izin pulang lebih awal. WaKa Kurikulum mengatakan bahwa diambilnya keputusan ini agar para pelajar memiliki waktu istirahat dengan cukup dan di harapkan disela waktu itu bisa di gunakan untuk belajar. Pelajar sendiri akan masuk kembali saat hari ujian, Setelah ujian selesai, pelajar akan libur. Untuk bagi raport, akan di laksanakan setelah bulan Ramadhan. Lebih tepatnya di hari pertama masuk setelah libur panjang.

Sebelum pulang, KON sempat mengajak untuk jalan-jalan, sebagai ajang mencari hiburan sebelum ujian. Anara antusias sekali untuk ikut, mengingat sudah rindu menghabiskan waktu di luar dan sebentar lagi tidak di izinkan keluar rumah oleh Andrio. Tapi, keinginannya itu menguap begitu saja karena Firash tidak mengizinkan dan seperti biasa, cowok itu sukar untuk di bantah.

Alhasil, dikarenakan kesal akibat keinginannya tidak terpenuhi, Anara memberenggut kesal dalam duduknya di mobil Firash. Lengkap dengan keheningan yang dia ciptakan di tengah celotehan cowok itu yang tidak berhenti sejak meninggalkan sekolah, dan pandangan yang melihat ke pinggir jalan.

Semakin lama, Anara merasa asing dengan jalan yang di lalui. Asing bukan main karena ia sama sekali tidak mengenali lingkungan yang kini di lalui. Sebenarnya, Anara ingin bertanya kemana ia akan di bawa. Tapi ia masih gengsi dan rasa kesalnya masih ada. Hingga pada akhirnya, ia telan rasa penasaran itu dan memutuskan untuk mengetahui ketika Firash sampai di tujuan akhirnya.

Anara tetap mengamati jalan yang di lewatinya dengan seksama. Mulai dari jalan yang ramai dan sepi, berbagai pohon menjulang yang menciptakan jalan teduh dan udara yang terasa sejuk karena ia membuka kaca mobil, hingga tiba saatnya pemandangan asing yang membuat matanya berbinar lengkap dengan sudut bibir yang terangkat lalu melirik ke sosok yang sejak tadi diabaikannya.

"Hayo... Hayo... Tadi aja cemberut. Giliran udah liat yang bagus-bagus, langsung semringah. Dasar..." Firash gemas sambil sesekali melirik Anara sambil tersenyum di kulum.

Anara semakin merenggut, memanyunkan bibir mungilnya. "Salah Kakak juga, kesan awalnya nyebelin."

"Iya... Iya... aku yang salah. Udah yuk, kita turun."

Mendengar kata turun, Anara refleks mengalihkan pandangan ke depan. Ternyata kendaraan sudah berhenti di lokasi yang sekali lagi terlihat asing tapi berhasil memanjakan mata.

Firash membuka pintu mobil, lalu mengulurkan tangan. "Ayo turun."

Anara mengangguk, lalu menerima uluran tangan cowok di sebelah tangannya yang bebas tersampir sebuah jaket dan bergegas turun. "Kok udah bawa jaket aja. Kapan dan darimana ngambilnya?"

Firash mengamit tangan Anara lalu menuntunnya untuk berjalan. "Sengaja bawa dari rumah. Kalo ngambil, tadi pas kamu meleng liat pemandangan di depan dengan mata yang hampir keluar dari tempatnya akibat kagum."

"Ngeledek aja terus, aku kesel, pergi sendiri aja kalo terus gitu." balas Anara ketus.

Firash terkekeh, lalu mencubit gemas pipi gadis di sampingnya yang tentu saja membuat sang empu memelotot. "Jangan marah dong, aku kan cuma bercanda. Baikan ya?"

"Males."

Firash berhenti, lalu menarik Anara agar berhadapan dengannya. "Udah dong, jangan kesel terus, aku cuma bercanda, janji nggak akan bercanda yang jelekin kamu lagi. Baikan lagi ya, mana senyumnya." tangan Firash terulur untuk mengusap lembut sisi wajah Anara, yang sukses membuat gadis itu menyunggingkan senyum tipis.

"Iya, aku nggak marah lagi."

"Nah, gitu dong." Firash berucap lega lengkap dengan senyum bahagianya.

"Ayo kita lanjut jalan." ajaknya yang di balas anggukan oleh Anara.

Anara berjalan dengan suasana hati yang bahagia. Dari tempatnya melangkah, matanya melihat samar tempat yang di dominasi warna biru, telinganya mendengar suara ribut 2 benda yang saling beradu, yang dimana benda yang lebih keraslah yang memiliki perubahan, benda itu adalah karang keras yang di tabrak oleh deburan ombak.

PRAETERITA [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang