66 - She's

20 1 0
                                    

Anara sangat kecewa ketika Firash menganggap ucapannya hanya sebagai kalimat penghibur. Apa cowok itu tidak berpikir panjang. Untuk apa dirinya melakukan itu di depan umum jika hanya sebagai penghibur. Bahkan sampai memeluk.

"Mau kemana?" Rey berdiri.

"Pulang."

Rey hendak mengikuti Anara, tapi diurungkan. Dia menunggu Firash supaya berjalan terlebih dahulu untuk mengejar. Setelah Firash melewati meja, barulah Rey menyusul.

Firash cukup kesusahan menyusul langkah Anara yang entah sejak kapan gadis itu bisa berjalan secepat sekarang. Sebelumnya, tidak pernah ia mendapati Anara seperti ini. Batinnya berkecamuk memikirkan segala kemungkinan penyebab ini terjadi, bagaimana nasib hubungan asmaranya, kenapa Anara bereaksi separah ini karena ucapannya, dan masih banyak lagi. Firash berlari cukup kencang ketika Anara sudah keluar dari cafe supaya bisa mengejar gadis itu.

Anara berjalan menuju jalan raya. Dia memutuskan untuk pulang sendiri dengan cara menaiki taksi. Tadi saat kesini berangkat bersama Rey, tapi untuk pulang Anara ingin terpisah saja. Meskipun sedang kesal, Anara tetap ingin menjaga perasaan seseorang yang sudah pasti keberatan. Anara melambaikan ketika ada taksi. Taksi itu berhenti di depannya. Anara hendak membuka pintu penumpang, tapi tidak jadi karena sebuah tangan besar menarik tangannya.

"Maaf pak. Adek ini nggak jadi naik taksi. Dia pulang sama saya. Terimakasih." seru Firash lembut. Bapak supir taksi menatap kesal dan melajukan kendaraannya tanpa mengatakan apapun. Firash menatap Anara sengit. "Aku kan udah pernah bilang. Kamu nggak boleh naik taksi."

"Kalo bukan naik taksi, opsi terakhir aku pulangnya sama Rey. Boleh?" seru Anara tak kalah marah.

"Ya jangan lah ... ya ... ya ... tapi ..."

Anara sudah tidak bingung dengan alasan Firash yang tiba-tiba menghentikan ucapannya. Pasti berkaitan dengan yang sempat terjadi sebelumnya. Yang nyatanya status mereka berdua masih abu-abu.
Sesaat kemudian, Anara melihat perubahan ekspresi dan juga tatapan Firash yang berubah sayu.

Anara menghela nafas pelan. "Kak Firash bawa kendaraan?" tanyanya lirih.

Firash mengangguk samar. Dirinya kebingungan dengan Anara yang tiba-tiba bertanya tentang kendaraan. Apa hubungannya dengan situasi sekarang. Bukankah kita seharusnya membahas tentang kejadian saat di dalam cafe tadi.

Anara tidak bisa menahan senyum melihat Firash yang tampak polos mengerutkan kening, jelas sedang memikirkan sesuatu. Sudah lama dia tidak melihat ini dan mungkin tidak akan melihat ini lagi setelah berikutnya Firash tahu sebuah kebenaran menyangkut dirinya. Anara ingin menyembunyikan ini lagi jika bisa. Tetapi rasanya terlalu egois jika dirinya menempatkan Firash di situasi yang membuat cowok itu seolah jadi orang yang bodoh.

"Motor?"

"Iya."

Anara berpikir sejenak. Jika dirinya minta diantar pulang dengan Firash membawa motor, bisa marah besar Andrio saat dirinya sampai nanti, terkait kondisinya baru-baru ini. Dia lalu memikirkan cara apa yang
bisa menuntaskan masalah ini, tanpa memancing kemarahan Andrio dan juga menyelesaikan masalahnya.

Rey ...

Anara mengedarkan pandangan mencari Rey yang mungkin saja sedang di dekat sini. Beruntung. Rey sedang berjalan ke arahnya. "Cepet sini." Anara melambaikan tangan. Rey mempercepat langkahnya bahkan bisa dibilang sedikit berlari dengan senyum yang sudah menghiasi wajah.

Maksud kamu apa sih An. Tadi peluk aku abis itu bilang sayang. Sekarang kamu panggil Rey padahal aku lagi sama kamu.

"Kenapa, Na?" Rey sudah sampai dan sekarang berdiri di samping Anara.

PRAETERITA [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang