Firash berdiri di balkon kamar untuk yang ke sekian kali setelah terakhir kali 2 minggu yang lalu. Kemarin, berdirinya ditemani ponsel yang menempel di telinga. Kali ini, yang menemani pun adalah hal sama.
"Aku inget sesuatu lho. Suaranya lembut banget sih, kamu bidadari ya?"
Terdengar tawa renyah dari seberang. "Apa sih, gombal."
"Aku gak gombal kok. Kamu beneran bidadari yang tadi sore aku perjuangin kelegalannya buat jadi pacar."
"Wow, kelegalan. Aneh banget istilahnya."
"Terus apa dong? Kalo halalin kan kamunya yang belum siap. Kalo aku sih kapanpun oke."
"Emang kalo bilang iya, Kakak bisa nafkahin aku?"
"Bisa dong. Aku kan jago maen footsal. Nanti bisa jadi guru private gitu."
"Kalo nanti gak cukup?"
"Ya, dicukup-cukupinlah. Kita kan nanti nikahnya saling cinta. Jadi sekalipun pas-pasan akan bahagia." Angin bertiup cukup keras, membuat Firash memeluk dirinya sendiri dengan sebelah tangan yang bebas.
"Kok berisik, emang Kakak lagi dimana?"
"Balkon kamar. Dingin banget anginnya. Kamu kesini dong, temenin aku. Kasih pelukan aku nya." rajuk Firash.
"Emang aku cewek apaan. Dateng ke rumah cowok malem-malem gini. No... No... No."
Firash tergelak. "Bercanda An, kamu serius banget. Aku tanya untuk ke sekian kalinya deh. Kamu lagi apa?"
"Aku lagi nemenin tamu. Gantenggg banget. Jadi suka."
Rahang Firash mengeras seiring dengan tangan yang mencekam erat pagar balkon. "Siapa yang dateng ke rumah kamu malem-malem gini, gak sopan banget. Kasih telponnya ke dia, AKU MAU NGOMONG."
"Oke."
Firash mendengarkan dengan seksama. Tapi, tidak ada bariton manusia sedikitpun. "Kok gak kedengeran suara satu orang pun. Mana dia, takut sama aku, huh... Pengecut."
"Masa sih gak kedengeran, orang dia deket-deket terus dari tadi."
Firash mengerutkan alis. "Emang siapa sih tamunya?"
"Nyamuk."
Firash menepuk jidatnya sendiri. "Ya elah kirain siapa, cuma nyamuk. Kamu kok bilang ganteng segala sih?"
"Emang ganteng lagi nyamuknya."
"Nyamuk kamu bilang ganteng. Aku kapan dibilang gantengnya?"
"Nggak--" Ucapan sosok seberang terpotong karena ada suara rendah lalu bariton laki-laki yang terdengar.
Tok... Tok... Tok...
"Siapa?"
"Kakak dek."
"Kenapa Kak Andrio?"
"Kakak mau ngobrol sama kamu, boleh masuk?"
"Masuk aja."
Firash mendengarkan dengan tenang. Terdengar suara langkah kaki, sepertinya Andrio sedang berjalan masuk.
"Kakak duduk dulu aja. Aku mau nyelesain urusan sama bapak negara yang ganteng dulu."
Firash terkekeh dan berusaha keras untuk tak bersuara. Meskipun terdengar seperti candaan, tapi tak dipungkiri bahwa kata ganteng yang di katakan Anara membuatnya senang karena gadis itu jarang sekali memuji.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAETERITA [Complete]
Teen Fiction_____ GENRE : Fiksi Remaja ____ Firash Miftahul Rashad. Cowok yang menjelma sebagai pentolan kelas sebelas itu tiba-tiba datang dengan segala karakter yang baru pertama kali Anara temui. Satu hal yang membuatnya istimewa adalah kejujuran yang terpa...