40 - Pergi?

18 2 0
                                    

Selama perjalanan hidup, pergantian rotasi bumi kali ini adalah waktu terberat. Entah itu dalam hal detik berganti menit. Menit berganti jam. Pagi berganti siang. Siang berganti malam. Hari berganti Minggu. Ataupun Minggu berganti bulan. Setiap saat rasa sesak bertambah banyak.

Kemarin, ponselnya yang selalu di dekat. Untuk 1 bulan ini, hanya sebuah jaket lah yang menemani. Saat di rumah ataupun di luar, benda itu adalah barang wajib untuk ada di dekatnya. Seperti sebuah oksigen yang di butuhkan nya untuk bernafas. Saking pentingnya.

Terdengar konyol memang. Tapi, itulah kenyataannya. Setengah jiwanya sudah di pegang oleh seorang gadis yang entah sedang apa. Bagaimana kabarnya. Dan... sudahkah ia memiliki sedikit rasa untuk membalas perasaannya.

Firash selalu berharap, balasan itu segera ia dapat. Tidak apa tak sekaligus, meskipun inginnya begitu. Yang penting, gadisnya perlahan menggerakkan hati, untuk menyayanginya. Sekarang ataupun nanti. Dalam susah dan juga senang. Rasa peduli yang awalnya hanya berdasar pada tidak tega dan memenuhi peran sebagai pacar yang baik, kelak sumbernya dari hati. Yang ikhlas, tanpa paksaan sedikit pun.

Terlepas dari itu, untuk sekarang sendiri, Firash berharap waktu berjalan cepat. Agar waktu berjauhan nya dengan sang pujaan hati selesai.

Dan waktu itu, kini telah tiba.

Tapi, ada kabar buruk.

Sejak hari raya Idul Fitri, Firash melancarkan berbagai cara komunikasi seperti biasa. Terutama video call agar ia bisa melihat wajah Anara. Sayangnya, hal itu tak bersambut. Gadisnya tak menggubris satu pun upayanya, bahkan chat pun, hanya ceklis satu. Yang artinya belum sampai kepada gadis itu.

Mengetahui itu, Firash dilanda perasaan tidak nyaman. Rasa sesak yang kemarin timbul karena tak bertemu pandang dan juga berinteraksi akrab, tidak sebanding dengan yang kini dirasanya. Bahkan menurutnya sanggup untuk merenggut sisa jiwa, jika ia tidak menguatkan diri.

Ingin rasanya mendatangi kediaman gadis itu, memastikan bahwa semuanya masih dalam keadaan aman. Memastikan bahwa belahan jiwanya ada disana. Tapi, sekali lagi, Firash harus dengan terpaksa mengubur niat. Karena ia ingat kesepakatan ketika terakhir kali berkomunikasi. Yang dimana interaksinya di mulai dengan pemulihan komunikasi. Untuk bertemu sendiri, sepakat akan dilakukan setelah komunikasi lancar. Lebih tepatnya ketika Anara memberi izin untuk dirinya menyambangi kediaman gadis itu. Dan memulai interaksi dekat.

Lalu untuk sekarang, Firash hanya bisa menggantung harapan pada esok hari. Dimana ia memulai aktivitas sekolah. Dengan statusnya yang menyandang siswa kelas XII.

***

Hari ini, sekolah di datangi oleh lebih banyak orang asing. Yang berpakaian berbeda, tapi punya satu maksud yang sama. Yaitu terlihat santai dan berwibawa. Agar bisa memberikan penilaian tanpa cela. Di mata orang-orang yang saling bercengkrama. Dalam rangka pengambilan rapor hasil belajar selama satu tahun anak masing-masing yang di harapkan membuat bangga.

Layaknya pelajar lain, Firash datang dengan Bunda. Bedanya, ia dan sosok yang melahirkannya tidak menaiki kendaraan yang sama. Bunda mengerti bahwa anaknya akan menghabiskan waktu dengan gadis yang sudah lama tidak menorehkan rasa bahagia. Sehingga ia memilih datang dengan supir keluarga yang hari ini meliburkan diri dari mengantar Ayah.

Setelah mengantar Bunda ke ruang Aula, yang sekolah jadikan sebagai lokasi untuk berkumpul sementara. Sebelum nanti ke kelas masing-masing untuk mengambil rapor. Firash bergegas menuju kelas Anara.

PRAETERITA [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang