19 - Dio... Dio... Dio...

29 5 0
                                    

"Dek Anara, siswa yang bernama Dio baru saja masuk bersama dengan perempuan yang biasanya."

Anara membaca pesan itu sejak 5 menit yang lalu. Kini, kepalanya sedang berpikir mencari solusi. Apa hari ini adalah saat yang tepat untuk melaksanakan pembongkaran.

Didepan, Waka Kurikulum baru saja memulai pengumuman. Anara melirik ke Kanza yang berdiri di samping Heri. Diteliti dari atas sampai bawah, cewek itu sedang dalam keadaan fit. Dari sana Anara memutuskan bahwa rencana akan dilaksanakan hari ini.

Anara mencolek lengan Oci. Cewek itu menengok lalu menggerakkan mulut yang menyatakan ada apa?. Anara membisikan sesuatu yang di jawab anggukan kepala oleh Oci. Oci lalu mencolek Nanda kemudian berbisik. Nanda menjawab dengan acungan jempol.

"Za." panggil Nanda sambil mencolek lengan Kanza. "Ikut kita yuk."

"Kemana? Ini pengumumannya udah mulai." sahut Kanza bingung.

"Ikut aja pokonya. Penting."

Kanza tidak langsung menjawab. Cewek itu melirik ke depan ke teman-temannya bergantian lalu menggeleng. "Gue nggak itu deh. Mau dengerin pengumuman soalnya, mending kalian aja gih."

"Nggak bisa. Pokonya lo harus ikut. Karena hal yang bakal kita liat nanti berkaitan sama lo." Anara memaksa.

"Kalo gue pergi juga, terus siapa yang dengerin pengumuman. Jadi, kalian aja gih. Nanti kan bisa kasih tau ke gue."

Walaupun terbilang berpikirnya dadakan, Anara sudah menyiapkan solusi untuk hal yang di keluhkan Kanza.

Anara berbalik ke arah berlawanan. "Kak Firash."

Firash yang di panggil lirih, menengok. "Kenapa?"

"Mau bantuin aku?"

"Bantuin apa?"

"Kak Firash dan Kak Heri dengerin pengumuman yang bener. Nanti kalo udah selesai dan salah satu dari AKON belum dateng, Kak Firash datengin kita ke perpus. Aku dan anak-anak nggak bisa dengerin, ada urusan soalnya." jelas Anara.

"Urusan? Perpus?" ucap Firash bertanya pada diri sendiri. Sesaat kemudian, matanya membulat ketika teringat tentang pacar teman gadisnya, yaitu Kanza. "Jangan bilang..."

"Iya itu. Jadi sekarang aku mau pergi." sahut Anara cepat.

Firash yang merasa hal itu tidak benar, menggeleng kuat. "Nggak boleh. Kecuali aku ikut."

"Nggak usah. Kakak disini aja."

Firash menahan tangan Anara ketika gadis itu berbalik dan hendak melenggang. "Gimanapun dia itu laki-laki. Aku takut kamu kenapa-napa."

Anara memberi intruksi dengan gerakan tangan agar Nanda dan Oci membawa Kanza ke lokasi terlebih dahulu. Setelah dipastikan aman, Anara lalu menatap tenang manik Firash. "Aku nggak akan kenapa-napa, kali ini kan perginya rame-rame. Udah gitu ada Pak Rosid juga, jadi Kak Firash nggak usah khawatir. Aku bakal baik-baik aja."

"Tapi..."

"Aku pergi ya. Baik-baik disini." sela Anara cepat sambil melenggang pergi dengan langkah sedikit berlari.

Firash menghela nafas kasar dengan mata yang tidak terputus dari Anara yang semakin menjauh. Dalam hati, Firash berdo'a agar gadisnya itu akan baik-baik saja. Secara lahir, maupun batin.

***

Tepat 2 meter terakhir sebelum masuk ke perpus, Anara menghentikan langkah. KON yang mengikuti pun sontak berhenti.

"Dengerin intruksi dari gue baik-baik," ucapnya memulai. "Pas masuk nanti, kita akan langsung ke tempat baca paling pojok secara diem-diem. Apapun yang dilihat, gue mohon tenang, terutama lo, Kanza. Segila apapun situasi, jangan menimbulkan reaksi yang heboh karena sebisa mungkin kita nggak bikin rusuh dan berantakan perpustakaan. Nanti gue juga bakal bilang ke Pak Rosid buat tenang. Abis selesai liat sesuatu, bakal ada yang bertugas bawa Kanza keluar. Kira-kira, siapa yang siap?"

PRAETERITA [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang