14 - Abang Tukang Bakso

63 4 0
                                    

Happy Reading.
___

"Kalo suatu saat Reynaldi Algiffary muncul. Dia bilang sayang dengan kamu yang juga masih menyayangi dia. Tapi, saat itu kamu berstatus sebagai pacar aku. Dari kita berdua, siapa yang akan kamu pilih. Aku atau dia. Dan berikan alasan yang jelas akan jawaban kamu berikan."
_____

Anara tak tahu jawaban yang tepat dan besar harapannya untuk menghindari pertanyaan yang Firash ajukan. Tapi, otak dan hatinya terpaksa merenung dengan keras karena dilihatnya Firash sangat mengharapkan jawaban. Lebih parah lagi, jawaban yang akan diberikan harus sebaik mungkin dan diusahakan jujur agar tak menyakiti Firash ataupun dirinya. Sehingga, beberapa saat Anara membiarkan hening tercipta.

Anara menyunggingkan senyum ketika Firash mengelus tangan seolah cowok itu sedang memberikan semangat. Dan jujur saja, hal itu membantu. Karena sekarang, sebuah jawaban sudah terpikirkan dengan matang dan siap diucapkan.

"Berhubung yang ditanyakan adalah hal yang ambigu, aku bakal kasih 3 kemungkinan sebagai jawaban," Anara memulai. "Pertama, aku terima ungkapan perasaan Rey, merajut kisah yang sempat tertunda dan mencampakkan Kak Firash. Saat itu, aku mungkin bisa dikatakan sejahtera hati. Tapi disaat yang sama, aku jadi gadis yang tidak tau diri karena tak mempertimbangkan bagaimana perjuangan yang Kak Firash lakukan buat luluhin hati aku,"

Firash mengangguk lesu dengan tatapan yang semakin sayu.

"Kedua, aku nolak Rey dan itu artinya aku terima Kak Firash. Karena saat itu, bisa di pastikan hatiku ini sudah sepenuhnya luluh dan berpaling dari Rey. Mulai saat itu, perasaanku akan sejahtera karena mencintai seseorang seperti Kak Firash adalah sebuah keputusan besar dan membahagiakan. Sejak saat itu juga, hubungan kita akan terasa lebih berarti dan sempurna karena saling menggenggam hati pasangan masing-masing,"

Genggaman Firash semakin erat diiringi senyum riang yang terukir.

"Dan yang terakhir, aku memilih Kak Firash. Alasannya, aku gak bisa sebutin sekarang. Karena hal ini adalah sesuatu yang ambigu. Tapi yang pasti, kenyataan yang akan di dapatkan lebih indah dari terwujudnya opsi ke-2 jika opsi terakhir ini benar-benar terjadi."

"Tadi kan aku udah bilang pengen tau jelas-jelas. Tapi kok yang terakhir rahasia. Kamu gak konsisten." gerutu Firash.

"Salah Kak Firash pertanyaannya menyangkut situasi ambigu. Aku yang nyari jawaban tepat, cari yang bikin seneng dan jujur itu susah." Anara menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajahnya. "Soal yang opsi terakhir, aku pribadi mengharapkan hal itu yang terjadi. Karena saat itu kebahagiaan yang dirasa akan berlimpah. Aku jadi lebih dewasa karena bisa menata hati, dapet pemilik hati yang aneh, ceroboh, nyebelin tapi perhatian dan aku tau pasti bagaimana rasanya mencintai dengan tulus yang dilandasi keterbukaan serta kejujuran."

"Kedengarannya bagus." Firash manggut-manggut. "Tapi kalo aku pribadi, yang penting jangan opsi pertama yang terjadi. Karna itu adalah salah satu hal buruk yang akan aku alami."

"Aamiin," sahut Anara sambil mengusap wajah dengan kedua tangan. "Semoga harapannya tercapai."

Firash mengangkat sepasang tangan Anara lalu diarahkan untuk mengusap wajahnya sambil berkata. "Aamiin ya robbal alamin."

"Ya ampun, Kak Firash."

"Kenapa? Ada yang salah? Kamu gak suka sama yang aku lakuin? Kalo gitu aku minta--"

"Bukan gitu," sela Anara cepat. "Aku cuma keinget gimana brutalnya tadi pas mukul. Terus barusan liat tingkah polosnya yang aminin terkesan bercanda tapi terdengar tulus. Aku sempet mikir gitu. Apa tadi Kak Firash kesambet."

"Naudzubillah. Ya nggak lah Anara, kamu ada-ada aja." sahut Firash tak percaya.

"Lagian perubahan sikapnya bikin aku ngerasa aneh."

PRAETERITA [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang