Setiap hari minggu, Anara selalu menyempatkan waktu untuk olahraga. Entah itu sekedar jogging di sekitar lingkungan dekat rumah, atau jogging ke bundaran komplek. Kebetulan, weekend disana sering ramai. Jadi, Anara tidak merasa kesepian walaupun sendiri.
Hari Minggu ini, Anara sudah ada rencana dengan KON akan pergi ke Car Free Day. Anara sendiri pergi menggunakan sepeda. Supaya perjalanan nanti bisa di jadikan sebagai kegiatan olahraga. Karena Anara yakin, di CFD, KON tidak akan menyentuh satu hal pun yang berkaitan dengan olahraga. Melainkan akan lebih asik dengan jalan menyusuri tempat sambil ngemil. Makan, makan dan makan.
Anara memarkirkan sepeda di tempat yang di sediakan. Berhubung bukan pertama kali setelah sebelumnya pernah kesini bersama Andrio ataupun Alfano, Anara tidak kebingungan mencari tempat.
"Halo, assalamualaikum." tepat ketika turun Anara menghubungi Kanza. "Posisi kalian dimana?"
Anara menunggu dengan seksama jawaban seberang. Tapi, tidak terdengar satu pun kata yang terucap. Malah suara berisik dari tempat sekitar saja yang ada. Anara yang kesal dengan respon tidak jelas dari Kanza, tanpa sadar menendang ban motor di dekatnya. Orang sekitar yang melintas, melirik dirinya dengan tatapan bingung. Anara sadar, bahwa baru saja ia melakukan hal aneh. Tidak ingin menimbulkan hal lain, Anara memutuskan mematikan sambungan lalu berjalan. Anara akan mencari KON.
Baru saja memasuki lingkungan, kuping Anara sudah di buat panas mendengar celetukan dari beberapa kerumunan yang random. Yang paling dekat, celetukan nya terdengar jelas.
"Cewek bro, bening banget."
"Dari muka kayaknya dia masih bocah, imut-imut gitu. Lucu."
Anara mencebik. Jika saja KON tidak memaksa, ia tidak akan sudi berjalan dengan wajah yang terpampang jelas di lingkungan terbuka ini. Setidaknya ada sebuah hal, seperti kacamata ataupun tompel buatan, untuk penyamaran.
Anara celingak-celinguk mengamati daerah sekitar dalam rangka mencari KON. Nyatanya, sejauh ini belum terlihat sedikitpun tanda kehadiran mereka bertiga. Mendapati itu, Anara dibuat semakin kesal dan juga panik. Karena di lingkungan sekitar terdengar celetukan yang menurutnya berbahaya. Tapi, ia bertingkah seolah tidak mendengar itu, sebagai upaya menjaga diri sendiri.
"Cewek tuh. Dia kayak nyari seseorang gitu. Samperin yuk, ajak kenalan terus kita bantu nyari gitu."
"Sensi gue. Dia kayak cuek gitu. Kalo nyamperin terus di kacangin, mau di taro dimana ini muka."
Kanza, Oci, Nanda, kalian di mana sih.
Anara mulai cemas. Bagaimana jika kerumunan itu mendatangi? Apa yang harus ia lakukan, karena menolak pun akan percuma. Anara pernah menghadapi kerumunan model itu dan mereka keukeuh. Berbagai rayuan di lancarkan hingga akhirnya Anara mengalah dengan mau berkenalan karena muak. Lalu sekarang, situasinya beda. Anara sudah bertekad akan menjaga tangannya agar tidak sembarangan menyentuh kulit laki-laki. Karena kali ini tangannya itu milik seseorang. Meskipun raganya milik Anara, tapi kepemilikannya milik yang lain dan Anara selalu berusaha untuk menjaga komitmen itu.
Tap... Tap... Tap...
Terdengar suara langkah kaki yang mendekat. Meski disana banyak yang berjalan, Anara dapat membedakan bahwa langkah itu tertuju padanya. Karena nya, ia dibuat semakin khawatir sekaligus takut sekarang.
Tap... Tap... Tap...
Anara merasakan jantungnya seperti akan meledak ketika mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekat. Tidak ingin mengalami hal buruk menyangkut kesehatan, Anara mencoba tenang. Ia akan mengurangi dampak dengan menghadapi. Tapi, Anara sekarang malah mematung dengan jantung yang semakin menggila. Sosok yang di belakang tadi memegang bahu. Hal itu, tentu saja menambah rasa takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAETERITA [Complete]
Teen Fiction_____ GENRE : Fiksi Remaja ____ Firash Miftahul Rashad. Cowok yang menjelma sebagai pentolan kelas sebelas itu tiba-tiba datang dengan segala karakter yang baru pertama kali Anara temui. Satu hal yang membuatnya istimewa adalah kejujuran yang terpa...