12 - Sisi Lain Firash

62 4 0
                                    

Happy Reading.
___

Setelah Firash meminta waktu berdua dengan Anara kepada Heri dan KON sehingga mereka keluar, ruangan UKS tak terdengar apapun. Anara dan Firash terlarut dalam pikiran mereka masing-masing. Anara yang bingung harus berbicara apa karena setahu dia Firash akan menyampaikan sesuatu. Dan Firash yang belum selesai menyusun kalimat.

Firash menggenggam erat tangan Anara. Mencoba mengumpulkan kekuatan dan keberanian dengan otak yang bekerja keras menyusun untaian kata agar menjadi kalimat yang baik dan benar untuk di ucapkan. Firash menghirup dan melepas oksigen secara perlahan selama beberapa kali sampai akhirnya memutuskan mulai berbicara.

"Anara," lirih Firash yang sontak membuat perhatian Anara tertuju padanya. "Aku tau kamu nggak suka apa yang akan diomongin. Tapi, aku harus tetap menyampaikan ini supaya merasa tenang,"

Firash menyertakan jeda, seraya sebelah tangan yang bebas turut menggenggam tangan Anara juga. "Aku minta maaf, sebesar-besarnya karena gak bisa jagain kamu. Bikin pipi, tangan dan betis kamu lebam karena di bully cewek-cewek. Aku... Aku tulus bilang ini. Aku sangat minta maaf dan... Aku harap kamu gak memiliki niat mengakhiri hubungan kita. Kamu boleh maki aku karena aku egois, gak mementingkan apa yang kamu alami mungkin saja menimbulkan trauma. Tapi... Tapi serius, aku gak bisa kalo harus udahan gara-gara masalah ini. Aku... Aku... Aku gak sanggup kehilangan kamu. Aku... Aku pengen melanjutkan semuanya dan berusaha buat lebih baik lagi dalam menjaga kamu. Aku akan pastikan cewek kayak Steffany gak akan ada lagi. Aku akan pastikan kamu gak akan mendapat satu pukulan buruk yang menimbulkan trauma. Aku akan berusaha. Jadi, mau ya, maafin keegoisan aku dan melanjutkan hubungan kita?"

Firash menunggu dengan harapan respon baik Anara. Seiring detik perdetik dihabiskan untuk menunggu, perasaannya semakin tak karuan dan rasa takut teras la semakin kuat. Firash takut, mengalami kegagalan untuk mempertahankan hubungan lebih lama. Firash takut, kesempatan untuk dekat dengan Anara berakhir sampai disini. Dan Firash sangat takut, kesempatannya habis bahkan sebelum membuat gadis pilihan hati membalas perasaannya. Karena Firash ingin mendapat kehormatan perasaannya terbalas. Meskipun harus menghabiskan beberapa tahun lagi, Firash rela. Yang penting, Anara masih di sisinya dengan status menyandang pacarnya. Karena tanpa status itu, Firash tak memiliki hak untuk dekat dengan Anara dan harus rela gadis itu di dekati pria lain.

"Gak perlu setegang itu," ucap Anara tenang yang sesaat kemudian menyunggingkan senyum. Membuat Firash sedikit tenang walaupun senyuman itu hanya sekilas. "Tadi aku udah bilang nggak perlu merasa bersalah, gak perlu minta maaf, karena kejadian tadi bukan salah Kakak. Jadi, hubungan kita baik-baik aja. Soal trauma, nggak sama sekali. Aku cuma inget aja pas SMP pernah ngalamin hal yang sama tapi gak sampe lebam karena ada yang nyelametin. Waktu itu rok aku aja yang sobek."

"Makasih udah nerima maaf aku." Ujar Firash riang. "Soal bully SMP itu, apa alasannya karena cowok?"

Anara mengangguk. "Waktu itu ada senior yang marah-marah. Katanya aku bikin hubungan asmaranya kandas karena si cowok suka sama aku. Aku sendiri ngelak karena waktu itu kebetulan aku lagi sendiri."

"Kalo kamu sendiri, terus siapa yang sigap nyelametin kamu?"

"Itu... Itu... Temen, iya temen. Aku di selamatin sama seorang temen."

Firash mengerutkan kening dengan jawaban yang Anara ucapkan dengan ragu. Firash yakin gadis itu jujur. Tapi, sepertinya ada sesuatu yang di sembunyikan. "Boleh aku tau siapa nama teman kamu itu?"

Anara terdiam. Gadis itu terlihat berpikir keras dan enggan memberikan jawaban. Dari sana, pikiran Firash langsung tertuju ke satu orang dan ia yakin dia orangnya.

"Itu... Em... Dia..."

"Reykand Algiffary." sela Firash datar dan cepat. "Dia kan yang nyelametin kamu?" lanjut Firash bertanya yang di jawab anggukan samar oleh Anara.

PRAETERITA [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang