8 - Membantu Bunda

62 7 0
                                    

Happy Reading.
___

"Diberitahukan kepada seluruh pelajar, sebelum pulang diharapkan berkumpul di lapangan. Dikarenakan ada beberapa hal yang harus pihak sekolah sampaikan terkait kegiatan yang akan dilakukan ke depannya dan harus di ketahui oleh kalian hari ini juga."

"Yaelah males banget. Mana di luar cuaca lagi panas pake banget. Kulit gue bisa item dong," ucap Oci sambil memegang kulit tangan. Cewek itu sendiri sudah menggendong tas, siap untuk pulang. "Gue mabal aja ahh. Soal pengumuman, bisa tanya ke kalian." lanjutnya nyengir yang langsung disambut pelototan dari Nanda dan Kanza. Sedang Anara, hanya tersenyum tipis.

"Enak aja, gak ada. Pengumuman nanti lo harus denger sendiri." cegah Kanza.

"Tau ni bocah. Masa lo enak-enak naek mobil nyalain AC pulang ke rumah, nah kita bertiga disini panas-panasan, keringetan, dan yang paling parah hidung sumpek akibat bau matahari. Ngebayangin aja udah gak banget. Dan keadaan itu, lo harus ikut ngerasain. Jadi, jangan pulang, lo harus denger sendiri pengumumannya." Nanda menimpali.

Oci yang mendapatkan penolakan dari 2 temannya, kini sedang membujuk satu sosok lagi dengan tatapan puppy ice. Yang di tatap sendiri menyunggingkan senyum.

"Sorry Ci, kali ini gue lebih klop Nanda dan Kanza. Lagi pula sekalipun pengumuman nanti menghabiskan waktu sampai 1 jam, kulit lo gak akan seitem arang. Jadi ikut simak aja pengumumannya." ujar Anara tenang.

Nanda dan Kanza menunjukkan tatapan dan senyum kemenangan. Sedangkan Oci mendengus kesal karena bujukannya kali ini bahkan tak berhasil bahkan kepada orang yang biasanya paling pengertian diantara mereka berempat.

Setelah perdebatan itu, mereka bergegas ke lapangan dan mendengar pengumuman dari baris belakang. Kebetulan, mereka datang paling akhir dan pinggir lapangan tempatnya ada yang sedikit teduh. Jadi mereka memilih tempat itu.

Tak lama setelah sampai, Wakasek Kurikulum memulai pengumuman.

***

Dikarenakan sekolah membubarkan pelajar sekaligus setelah pengumuman, parkiran jadi sangat padat dan desak-desakkannya lebih parah dari hari biasa. Siapapun yang memiliki ukuran tubuh kecil lalu jatuh diantara desak-desakkan itu, bisa dipastikan tubuhnya terlindas dan jadi penyet. Uhh... Menyeramkan.

"Btw. Pertukaran pelajar ke Amrik yang diumumin tadi kesempatan emas ya nggak sih. Secara disana kita bisa sekalian liburan. Udah gitu, selama disana biaya ditanggung sekolah. Wah, ngiler gue." Nanda semangat.

"Dan lo semua tau siapa yang bakal memenuhi syarat tentang akumulasi nilai terbesar dari semester kemaren, uts dan ujian nanti siapa, ya gue lah." Oci menggebu-gebu. Hal itu, tak ayal memancing tawa Kanza, Nanda begitu juga Anara.

"Eh, Mak Lampir," ucap Nanda sambil menyentil kening Oci. "Ngayal boleh, tapi jangan ketinggian. Kalo nggak nyampe, jatohnya sakit."

Tawa Nanda dan Kanza masih energi pol. Suara tawanya bahkan cukup keras. Sehingga beberapa pelajar yang berlalu lalang sesekali menengok ke kursi pinggir parkiran. Sedangkan Anara hanya tersenyum.

Tatapan Oci berubah sendu. "Iya udah, ketawain aja terus, sampe abis itu nafas. Apalah daya gue yang selalu dipandang sebelah mata."

Kanza, Nanda berhenti tertawa dan Anara menghilangkan senyum. Mereka tidak enak terhadap Oci. Lalu Oci yang awalnya terlihat tersakiti, merubah ekspresinya 180 derajat celcius setelah melihat reaksi ketiga temannya.

PRAETERITA [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang