61 - Eventually ...

20 1 0
                                    

Firash sudah mantap dengan pilihan. Hati besarnya sangat mengekang, tetapi hati kecil menggumam bahwa dirinya harus memperjuangkan harga diri. Boleh berjuang, tetapi jangan menyepelekan kenyataan sebagai laki-laki. Boleh mencintai, tapi jangan mau untuk dibodohi. Semua itu, akan di perjelas saat ini juga.

"Oke. Aku akan turuti apa kata kakak." Anara tidak sanggup untuk menolak. Firash saat ini terlihat sangat kacau dan ini adalah yang paling parah dari apa yang pernah
Anara lihat. Jadi, biarlah cowok itu menumpahkan semua unek-uneknya.

"Selama ini, aku nggak pernah membahas tentang masa lalu karena kamu gak suka dan aku juga merasa gak perlu melakukan itu. Tahun ajaran baru, orang itu datang dengan segala keunggulannya. Aku merasa bukan apa-apa setelah kedatangan dia. Tetapi dengan semua perhatian yang kamu kasih, aku mampu menegakkan kepala. Bahkan insiden saat dia dengan terang-terangan mengutarakan ketertarikannya, aku masih bertahan karena kamu mengajukan komitmen tentang kita berdua yang amat menggiurkan dan aku dengan sepenuh hati mempercayai itu. Aku percaya, bahwa saat untuk kita bahagia itu akan datang.

Saat kamu mengucapkan kata yang terdengar sepele tapi amat berarti untuk aku. Sikap kamu pun tampak wajar malah bisa dikatakan seolah kamu sudah merasakan itu hanya saja belum berani mengungkapkan. Hal itu, tergambar jelas saat kamu dengan sabar merawat aku yang sedang sakit, dan yang paling menohok adalah insiden hari senin kemarin tentang sebuah sapu tangan. Itu terlalu indah untuk dikatakan sebagai kesopanan semata. Hingga 11 malam yang lalu..."

Firash menunduk. Kedua matanya terpejam. Menetralisir hati yang kini terasa sangat sakit. Dadanya sesak, tapi dirinya tidak bisa berlama-lama. Firash mendongakkan kepalanya lagi.

"... Aku ditampar kenyataan. Kenyataan yang dibawa oleh saingan aku sendiri. Awalnya, aku tidak mempedulikan itu. Tetapi lama-kelamaan semuanya masuk akal karena dia memberikan bukti sangat akurat, ada orang terdekat kamu yang jadi seolah jadi saksi yang menjadikan semua sangat akurat. Aku sangat terpukul. Semuanya menjelaskan bahwa selama ini hanya aku yang berjuang dalam hubungan kita. Karena terungkapnya hal itu, membawa kemungkinan besar kamu masih menyayangi lelaki itu. Tetapi aku masih punya satu harapan. Ketika mengetahui lebih dalam menyangkut hal itu, dengan senang hati aku melanjutkan semuanya. Aku memutuskan untuk mencari tahu dibelakang kamu. Hasilnya nihil. Pagi ini, aku memutuskan untuk bertanya langsung ke kamu dan hasilnya tetap nihil. Aku sangat tersinggung karena itu. Kamu lebih percaya Rey daripada aku. Dalam hal itu, aku tidak mampu menegakkan kepala. Aku ... aku ..."

Setetes air mata meluncur bebas di pipi Firash. "Aku lemah, An. Aku memang laki-laki yang seharusnya bersikap kuat. Tetapi untuk yang satu ini, aku tidak sanggup bertahan. Aku tidak bisa berlaku seperti biasanya sedangkan aku tau ada sesuatu hal tersembunyi yang membuat aku terlihat seperti orang bodoh. Meskipun dalam beberapa hari terakhir, aku berlaku seperti itu bahkan lebih parah. Aku lebih layak disebut idiot. Aku tahu kamu berbohong, tetapi tidak sanggup menampakkan itu. Seperti tadi malam kamu berkata bahwa suatu saat akan menjadi milik aku se-utuhnya. Aku tetap terharu mendengar itu, lalu meneteskan air mata setelahnya karena aku memperkirakan malam itu adalah terakhir kalinya aku mendengar kamu mengatakan itu ..."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PRAETERITA [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang