9 - Kompres Lebam

83 4 0
                                    

Happy Reading.
__

Firash melirik lingkungan sekitar parkiran apakah Anara sudah sampai atau belum. Ada kelegaan dalam mengeluarkan nafas ketika disadari mobil milik gadisnya belum ada. Tanpa berlama-lama, Firash turun dari mobil dengan wajah yang memakai masker.

Firash tidak ingin hadiah di sudut bibir yang diberikan oleh Ayah tadi malam dilihat oleh orang lain karena itu berpotensi menimbulkan masalah saat mereka berinisiatif mengadu pada Anara. Sehingga pagi ini ia datang lebih cepat dengan setengah wajah ditutup dan sekarang langkah cepatnya menuju ke kelas. Saat sampai Firash menyempatkan diri melongokkan kepala untuk melihat siapa yang sudah datang. Ternyata, baru sahabat karibnya yang sedang terlarut dengan ponsel yang sudah di kelas. Mengetahui keadaan itu, Firash melanjutkan langkah memasuki kelas dengan leluasa.

Heri yang terlarut oleh game, mendongak ketika mendengar suara langkah kaki. Keningnya berkerut ketika melihat penampilan sahabat karibnya yang tidak seperti biasa bahkan baru kali ini. Apalagi yang menunjukkan perbedaan adalah bagian wajah yang ditutup. Padahal Heri tahu Firash membanggakan wajahnya.

"Sehat lo?" tanya Heri sambil memasukkan ponsel ke saku. Bertepatan dengan Firash yang duduk di kursinya.

Firash menoleh. "Sehat."

"Terus ngapain pake gituan?" Heri mengarahkan telunjuknya ke masker.

"Lagi pengen."

Heri langsung menunjukkan seringaian dan tatapan jail. "Lo mau maling ya?"

Firash tentu saja menggeleng kuat. "Enak aja lo, ya nggak lah. Emang gue gak dikasih jajan apa."

"Makanya, jawaban yang bener," ucap Heri dengan nada serius. "Itu muka kenapa lo tutup pake masker?"

Firash menghembuskan nafas pasrah, lalu membuka masker dan menaruhnya di meja. "Nih liat..." jawabnya sambil menunjuk sudut bibir.

Heri yang duduk di sebelahnya sontak tertawa. "Lo di hajar sama siapa, jago juga tuh orang. Selama gue kenal lo, baru kali ini gue liat muka lo bonyok."

Firash mendengus kesal karena diledeki. "Gue dipukul Ayah semalem. Biasalah, masalah cowok."

Heri mengangguk tanda bahwa cowok itu mengerti. Sebagai sahabatnya, sedikit banyak Heri tahu alasan itu terjadi menyangkut apa.

Firash mengambil masker di meja lalu mengarahkan ke wajah bermaksud memakai. Tapi, kegiatan nya terinterupsi oleh Heri yang memegang tangannya.

"Jangan bilang lo mau pake itu lagi," hardik Heri tidak percaya yang nyatanya dijawab sebuah anggukan oleh Firash. "Buat apaan, mending jangan deh. Lo keliatan aneh pake itu."

"Gue nggak mau sampe ada yang liat kita, terus ngadu ke Anara."

"Ya, tinggal lo jelasin apa yang sebenarnya terjadi," sahut Heri enteng. "Daripada nanti dia liat lo yang pake masker jadi ilfeel. Terus minta putus gara-gara gak mau pacaran sama cowok aneh. Emang lo mau?"

Firash menaruh masker di meja lagi, lalu berpikir keras, merenungkan ucapan sahabatnya. "Bener juga ya apa kata lo. Kegantengan gue gak berkurang kan gara-gara sudut bibir lecet ini?"

Heri geleng-geleng kepala, lalu mengangguk malas. "Iya Firash sahabat gue yang kampret, lo masih ganteng."

Firash langsung memasukkan masker yang di meja ke dalam tas nya. Satu persatu penghuni kelas 11-3 datang dan masuk ke kelas. Setiap yang masuk langsung melihat ke Firash yang keadaannya tak seperti biasa. Yang dilihat sendiri malah sibuk dengan ponselnya.

***

"Kantin gak ni?"

"Gue lagi males. Kayaknya istirahat ke dua baru kesana." Sahut Nanda. "Tapi kalo kalian mau kesana ya... Silahkan."

PRAETERITA [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang