Happy Reading.
___BRAKK...
"LEPASIN TEMEN GUE."
Suara gaduh dan pekikan itu membuat Steffany cs menengok serentak ke arah pintu. Terdengar suara hentak sepatu menuju sudut toilet. Tak lama, 3 orang perempuan terlihat dengan wajah mereka yang pucat dan mata yang membulat sempurna.
Thanks guys. Walaupun terlambat, senggaknya gue selamat.
Ya. Mereka bertiga adalah KON.
Kanza, Oci dan Nanda menatap kaget kondisi Anara yang tidak karuan. Tangan di pegang kasar, rambut berantakan, wajah tertunduk dan posisi yang berlutut. Huh, rasanya amarah KON sudah sampai di ujung tanduk sekarang.
Nanda mengepalkan tangannya erat. "LEPASIN TANGAN LO SEMUA DARI ANARA!!!"
"Gue belum selesai sama ni bocah. Jadi, gak akan gue lepasin." Steffany tersenyum sinis.
Salah satu teman Steffany yang paling krempeng menyahut. "Ati-ati Stef. Temen-temennya yang kayak kuntilanak itu marah."
"Kayak lo pada cantik aja, berani ngatain kita kuntilanak." desis Kanza. "Nggak pada nyadar kalo Lo semua lebih jelek dari Wewe gombel."
Si krempeng itu menghampiri Kanza. "Lo ngajak ribut sama gue?!"
"Yakin lo mau lawan gue? Anak tk aja kayaknya bakal menang berantem sama lo." Kanza menatap selidik cewek yang berkacak pinggang di hadapannya. "Badan lo krempeng gini." lanjutnya meremehkan.
Si krempeng itu mengangkat tangan, ingin menampar. Namun upaya itu gagal karena Kanza dengan sigap menahan lalu memelintir tangan itu.
"Segini doang kemampuan lo. Cih, buat pemanasan tangan gue aja masih kurang." ucap Kanza seraya menambah tenaga tangan yang mencekal.
Si krempeng yang mendapat perlakuan itu tak kuasa menahan ringisan sehingga rintihan yang menandakan rasa sakit itu terdengar lirih. Kanza yang walaupun emosi, merasa tidak tega. Cewek itu lantas mendorong kasar si krempeng sambil melepas cekalan, membuat si krempeng tak stabil sehingga tersungkur. Oci yang memperhatikan terkikik sendiri.
Steffany menatap sinis KON. "Eh, trio anak mamih, jangan ikut campur urusan gue sama temen bocah lo. Pada bubar sana, minta duit ke mamih buat beli susu. Jangan sok jadi pahlawan kesiangan. Gak pantes."
Habis sudah kesabaran KON. Kulit wajah mereka merah padam dengan tangan yang mengepal erat. Menampakkan bahwa mereka sedang dilanda emosi besar. Terutama wajah sosok yang tadi menendang pintu yang tak lain dan tak bukan adalah Nanda.
Nanda maju, mengikis jarak sehingga lebih dekat dengan Steffany. "Gua udah minta secara baik-baik sebelumnya. Tapi lo pada gak denger. Dengan sok jagoannya pegang kasar adek gue sampe meringis gitu," Nanda menengok. "Guys, gue bisa sendiri." lanjutnya santai yang di balas anggukan oleh Kanza dan Oci.
Nanda berjalan semakin mendekati Steffany. "Jangan salahin gue kalo lo kesakitan."
Nanda tersenyum sinis, lalu menendang keras tulang kering Steffany. Membuat cewek itu berlutut dengan tangan yang awalnya menjambak rambut Amara berganti menjadi mengusap betisnya sambil meringis. Nanda tersenyum bahagia melihat Steffany yang tampak tersiksa. Cewek itu mengalihkan tatapan ke rekan Steffany. Dua bola mata itu menampakkan kemarahan sehingga Steffany cs takut dan melepas Anara. Mereka semua lalu beralih membantu Steffany yang masih dengan kondisi awal. Nanda menengok dengan tangan yang memberikan intruksi seolah memerintah membawa Anara. Kanza dan Oci mengerti akan itu, langsung maju lalu membopong Anara dan membawanya keluar.
Nanda melirik 5 orang di bawahnya. "Kalo lo pada mau bikin perhitungan, gue tunggu di kelas 10-1. Dan lo pada harus ingat ini baik-baik. Sekali lagi gue denger, apalagi liat lo semua gangguin Anara, saat itu gue nggak segan buat patahin tulang lo semua." ucapnya dingin yang sesaat kemudian berbalik menghampiri yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAETERITA [Complete]
Teen Fiction_____ GENRE : Fiksi Remaja ____ Firash Miftahul Rashad. Cowok yang menjelma sebagai pentolan kelas sebelas itu tiba-tiba datang dengan segala karakter yang baru pertama kali Anara temui. Satu hal yang membuatnya istimewa adalah kejujuran yang terpa...