"Kak Firash..."
________Cukup. Habis sudah kesabaran Firash. Gadisnya berucap lirih dan itu diiringi deraian air mata. Artinya, situasi sudah tidak bisa di tolerir dan sepantasnya ia bertindak.
"Damn."
Firash mendesis sebelum akhirnya melangkah cepat, memukul keras tangan yang bertahan menyentuh milik Anara, lalu menghadiahkan sebuah pukulan keras hingga membuat lawannya terhuyung bahkan tergeletak di pasir.
"BANGSAT. Berani-beraninya lu pukul gua, cari mati."
Firash menendang Jon saat cowok itu hendak berdiri sehingga kembali membuatnya tergeletak. "LU YANG CARI GARA-GARA SAMA GUA, BANGSAT. Dan tau apa artinya, itu saja aja lu menjemput malaikat maut. Karena gua akan dengan senang hati..."
"Kak..."
Firash berhenti berucap dan menengok ketika mendengar dan merasakan sentuhan bergetar di tangannya.
Anara menggeleng, masih dengan air mata yang berderai. "Jangan. Jangan jadi kriminal karena aku."
Firash menghela pelan, lalu berbalik, menggenggam tangan bergetar itu dan berkata. "Aku minta maaf karena kali ini nggak bisa diem aja. Mereka layak mendapat sebuah pelajaran. Tapi tenang, nggak akan sampai meninggalkan dunia ini. Mungkin cuma, aku bikin sekarat. Kalo kamu takut, balik badan terus tutup telinganya. Jangan liat dan jangan denger gimana aku berantem. Cukup tunggu aku samperin kamu dan bilang semua baik-baik aja."
"Tapi Kak..."
"Ssshhttt, nurut..."
Bukkk
Firash terhuyung dan hampir saja membuat tubuhnya menimpa Anara, jika tidak sigap melindungi ketika sebuah tendangan mendarat di punggungnya.
"Sial." desis Firash pelan sebelum akhirnya menatap Anara, dengan sorot mata lembut, seolah kekesalan saat desisan baru saja hanya angin lalu.
"Dengerin aku dan tolong kamu turuti apa yang aku bilang. Kamu naik ke saung, duduk disana dengan posisi menikmati pemandangan disini. Nanti aku bakal bawa mereka dari sini, dan kamu hanya bisa memantau situasi dari suara, karena aku akan telpon kamu."
"Kak, jangan, itu berbahaya."
"Nggak akan ada bahaya, selama do'a kamu buat keselamatan aku nggak terputus. Ingat, apapun yang terjadi, kamu nggak boleh berbuat sesuatu. Cukup berbalik saat aku kesini, panggil nama kamu sambil tepuk pundak. Oke?"
"Kak..."
"Oke?"
Anara memejam, lalu mengangguk lemah. "Oke."
Firash tersenyum. "Bagus. Sebelum aku mulai, boleh minta izin."
"Izin apa?"
"Izin mau kecup kepala kamu, boleh?"
Entah kenapa, Anara semakin tidak bisa menahan air mata ketika mendengar permohonan itu, seiring dengan perasaannya yang tidak karuan, seolah akan ada hal buruk terjadi. Setelah sibuk berperang dengan perasaan dengan meyakinkan semua akan baik-baik saja, Anara mengangguk, memberi izin atas permintaan Firash.
"Terimakasih."
Firash menyondongkan badan, lalu menunduk, mencium puncak kepala gadis kesayangannya itu dengan penuh perasaan. "Aku sayang kamu."
***
Anara memang tidak suka terhadap hal yang berbau perkelahian, karena baginya itu tidak penting, dan kenapa tidak menempuh jalan lebih aman untuk penyelesaian sebuah permasalahan. Tapi, saat ini, ketika sebuah situasi menyangkut dirinya, menyangkut keselamatannya, Anara mulai mengubah sudut pandang itu. Karena ternyata, ada hal yang terpaksa memakai kekerasan. Ketika sebuah cara baik-baik tidak bisa menyelesaikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAETERITA [Complete]
Teen Fiction_____ GENRE : Fiksi Remaja ____ Firash Miftahul Rashad. Cowok yang menjelma sebagai pentolan kelas sebelas itu tiba-tiba datang dengan segala karakter yang baru pertama kali Anara temui. Satu hal yang membuatnya istimewa adalah kejujuran yang terpa...