26 - Firash Terlambat

24 3 0
                                    

Silahkan vote nya Kakak; udah kayak yg suka nawarin produk-produk aja hehe

Note: tidak bermaksud meremehkan profesi apapun

Bukan apa-apa sih, cuma pengen tau aja cerita ini tuh ada yang baca atau nggak

Ada, alhamdulillah

Nggak ada, silahkan kasih kritik dan saran baiknya gimana, kalo ada yg mampir ke part ini

Terimakasih ya

Btw, happy reading:)
_____

Anara mematikan televisi saat acara yang ia tonton sudah selesai dengan ponsel yang masih setia di telinga.

"Harusnya hari ini kita jalan kan ya. Tapi nggak gara-gara cidera dan aku nya ke luar kota."

Anara menggeleng lalu tersenyum. "Nggak pa apa. Aku justru seneng bisa leha-leha di rumah. Weekend kemaren kita jalan terus. Bosen."

"Kamu bosen, aku nggak sama sekali. Malah rasanya weekend itu terlalu sebentar. Aku pengen nya tiap hari dan yang paling bikin antusias, aku pengen yang pertama kali pas bangun itu yang diliat adalah kamu. Tanpa perantara layar ponsel. Aku mau langsung."

"Dan kegiatan itu bisa terlaksana kalo kita punya garis jodoh sehingga nanti bisa menikah dan tinggal satu rumah. Terlalu lama dan kecil kemungkinannya, jangan terlalu berharap. Nanti sakit hati seandainya yang diatas berkehendak lain."

"Benar kata kamu. Terlalu lama dan kemungkinannya kecil. Tapi tenang aja. Sebisa mungkin aku memohon agar itu terlaksana. Karena aku mau sama kamu terus. Sampai kapanpun."

Anara menghela pelan. "Masih anget aku ingetin tentang jangan terobsesi, tapi masih aja. Ya udah lah, buat sekarang terserah aja. Yang pasti, aku tetep nggak suka pola pikir Kakak dan aku nggak mau dijadiin obsesi karena tuntutan itu memberatkan. Aku masih ragu sama diri sendiri sehingga takut nyakitin Kak Firash ke depannya."

"Aku selalu inget itu dan nggak akan pernah menyerah untuk memberi kejelasan tentang hati kamu. Yang dimana kejelasan itu adalah aku yang jadi pemiliknya."

"Semoga yang di harapkan bisa terwujud. Sekalipun nggak, semoga Kak Firash diberikan sosok yang lebih baik."

Anara bangkit lalu berjalan menuju tangga. "Udah ah, jangan ngobrol serius terus. Nggak nyaman. Mending cerita tentang gimana bagusnya kota Bandung, gimana nyamannya lingkungan yang masih asri dan gimana cantik-cantik nya bunga desa disana yang mungkin bikin Kak Firash tertarik."

"Tentang lingkungan banyak yang bisa di ceritain. Tapi tentang kembang desa, NO. Mata, hati dan otakku isinya kamu doang. Aku kangen banget tau. Mana sempet mikirin cewek lain."

"Baru 2 hari. Udah se-merajuk itu suaranya. Hadeuh... Cinta itu buta benar adanya ternyata. Contohnya Kak Firash."

"Aku akui. Aku emang gitu. Dibutakan oleh rasa cinta yang tercipta untuk kamu, kamu dan kamu. Selamanya."

"Gombal aja." Anara terkekeh. "Udah ah, sekarang cerita tentang Bandung aja dan jangan lupa sempilin topik lucu. Dari tadi telpon aku banyak denger gerutuan Kakak. Bosen jadinya."

"Iya, iya. Sekarang kita cerita yang asik."

Sejak saat itu, Anara tidak henti tersenyum dan tertawa karena cerita dari sosok seberang yang sedang ada di luar kota. Firash sendiri ke Bandung adalah untuk mengobati tangan. Awalnya, cowok itu ingin menyembuhkan di kota ini. Tapi kedua orang tua nya keukeuh untuk ke Bandung karena katanya disana ada nenek moyang yang ahli dalam hal tulang yang geser. Firash yang tidak bisa melawan dan ingin cepat sembuh, menurut saja akhirnya.

PRAETERITA [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang