"Emang apa yang mau lo omongin?"
Firash tidak ingin berbasa-basi. Semakin lama Rey disini, mood nya akan semakin memburuk. Ketenangannya terancam musnah dan besok pagi Firash harus memakai masker ke sekolah akibat bonyok. Yang paling menyeramkan adalah kemarahan Anara. Ancaman gadis itu tentang mengabaikannya selama satu tahun bisa saja terjadi karena malam ini. Hih ... Membayangkannya saja membuat bulu kuduk Firash berdiri.
STOP! Fokus Fir. Lo harus nanganin Rey dulu sekarang. Aduh ... lupa.
"Perlu duduk? Kalo iya, di belakang lo ada sofa. Gue gak mau dituduh melakukan tindakan kriminal membully temen deket pacar kalo sampe lo keram, nanti." Firash sadar bahwa Rey masih berdiri sedangkan dirinya duduk dikursi belajar. Jika bundanya tiba-tiba masuk dan melihat posisi seperti sekarang, telinganya akan jadi korban.
Rey berbalik menghampiri sofa, lalu duduk disana.
Anara suka cowok yang spontan dan suka ngomong sekenanya? Terlalu mustahil menurut gue.
Hening.
Firash dan Rey terdiam. Mulut keduanya mendadak bungkam setelah Rey duduk. Tatapan mata keduanya seolah akan menyantap mangsa di depan mereka. Jarak
keduanya memang agak jauh dan itu menjadi keuntungan. Emosi yang sama-sama memuncak, agak lambat untuk di realisasikan."Ehem." Firash memecah keheningan. "Ngomong sekarang, atau gak sama sekali." sarkas nya. Rey malah tersenyum miring dengan gertakan itu. Firash melapalkan mantra di hatinya supaya dia tidak terpancing emosi sampai melayangkan tinjunya. "Gue nyuruh lo ngomong bukan senyum. Telinga lo rusak apa gimana!?"
"Santai aja kali. Gue justru kasih Lo keuntungan buat tenang. Karena setelah dengar omongan dari gue, ketenangan Lo bakal musnah."
"Gue gak butuh tambahan waktu tenang dari Lo. Jadi gak usah bertele-tele lagi. Ngomong, atau pergi sekarang juga." tidak ada lagi keinginan untuk mengulur waktu.
Kesabaran Firash sudah sangat tipis, karenanya dia mendesak Rey untuk berbicara saja ke inti."Gue suka liat Lo emosi gitu. Semangat gue meningkat drastis dan sekarang juga gue bakal ngomong." Rey menautkan tangannya sendiri dengan mata yang menatap Firash
serius. "Gue denger, Anara cerita ke Lo tentang gue yang datengin dia hari jum'at pas lo sakit. Waktu itu gue ngobrol panjang dan gue mau tau gimana dia cerita ke lo."Firash mendengus. Sesaat kemudian, dia mengatakan apa saja yang di ceritakan Anara padanya karena tidak ingin membuang waktu. Firash bisa melihat bahwa Rey sempat tertegun. Sesaat kemudian, dia mengerutkan kening. Firash benar-benar menceritakan semuanya hingga berakhir di insiden kantin. Selesai cerita, Firash mengernyit dengan reaksi Rey yang menurutnya aneh.
Rey tersenyum simpul dan menatap Firash dengan sombong. "Gue cukup terkejut karena Anara cerita sampe segitunya. Di satu sisi, gue seneng banget karena dia melewatkan bagian yang paling penting."
Rey menyilangkan kaki dengan posisi kaki kanan diatas. Tangan yang tadi bertaut kini bersidekap. "Hari itu, gue sempet nanya ke Anara apa dia sayang sama lo dan dia gak jawab. Oke, menurut lo mungkin itu gak terlalu masalah karena Anara udah minta waktu. Tapi yang lebih penting, lo yang katanya pacar terbaik dia gak tau kalo Anara punya rahasia besar menyangkut keluarga yang sekaligus jadi faktor sensitive buat dia. Gue ngerasa janggal tentang itu. Asal lo tau, seluruh keluarga dia dan ketiga temen nya tau soal itu termasuk gue. Dan lo, yang katanya serius ngejalin hubungan ternyata gak tau. Itu artinya nilai lo dimata Anara belum apa-apa, masih sama dengan orang asing. Dan gue, jelas diatas Lo posisinya."
"Tapi gue yakin suatu saat Anara bakal cerita."
Rey tersenyum miring. "Suatu saat? Miris banget kata-kata lo. Gue sebagai cowok, prihatin dengernya. Lo tuh seharusnya punya pendirian dan tegas mengambil keputusan. Sampe kapan lo mau dibegoin. Kalo misalnya Anara serius, seharusnya dia cerita sama lo dari awal pas dia cerita tentang gue. Bukannya itu negesin kalo Anara masih menggantung lo dan akan selalu gitu kalo dia gak cerita semua hal tentang dirinya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAETERITA [Complete]
Teen Fiction_____ GENRE : Fiksi Remaja ____ Firash Miftahul Rashad. Cowok yang menjelma sebagai pentolan kelas sebelas itu tiba-tiba datang dengan segala karakter yang baru pertama kali Anara temui. Satu hal yang membuatnya istimewa adalah kejujuran yang terpa...