"Mereka baik karena ada mau nya doank, Han. Kalo udah nikah ma nyokap gue palingan gue di anak tiriin.
-Gemma Queenarra-***
Hanum kini sedang berdiri di depan kelas seolah sedang menjadi MC, hal ini sering mereka lakukan saat guru mata pelajaran ada yang absen.
Jam kosong adalah surga bagi murid-murid penganut 'pas sekolah pengen libur-pas libur pengen sekolah'. Sama seperti saat ini, guru bahasa indonesia kebetulan tidak bisa masuk karena satu dan lain hal.
"Guys, perhatian..perhatian!" Hanum meletakkan 3 buah kotak di atas meja paling depan.
"Jam tangan Alexander Christie, Sepatu Air Jordan size 40, satu lagi dompet Kate Spade." Hanum membuka satu-persatu kotak yang ia bawa.
"Hari ini, Narra lelang lagi!! Yeeaaayyyy!!"
Suara riuh dan tepuk tangan memenuhi seisi kelas. Semua murid tampak antusias melihat barang yang sedang dipertontonkan Hanum itu.
"Kita mulai dari jam tangan. Buka harga 500 ribu."
"Mahal amat Han 500 ribu." Dumel Arya salah seorang murid X-2. "300 gue ambil deh."
"Grade ori ini, Ya. Sinting kali gue jual 300 ribu."
"500 buat gue deh." Sahut Randy. "Cewek gue bentar lagi ulang tahun."
"Kasih gue aja 550." Sahut yang lain.
"Ah elu main nyerobot aja. Kasih gue aja napa?!"
"600 gue ambil deh."
"650."
"700 deh 700.."
"715 bungkus!"
"1 juta gue transfer sekarang!"
"Huuuuu..." seisi kelas meneriaki Alexie yang memberikan tawaran tertinggi.
"Ok." Hanum mengetuk-ngetuk papan tulis dengan spidol yang ia pegang.
"Dilepas buat Lexie, harga 1 juta."
Begitulah dua jam pelajaran bahasa indonesia berlalu. Tiga barang yang dilelang terjual semuanya.
"Nih duitnya," Hanum memberikan beberapa lembar uang kertas yang ia dapat dari lelang tadi. "Sisanya pada mau transfer."
"Thank's Han.." Senyuman terkembang di wajah Narra. "Nih buat lo."
Narra memberikan tiga lembar uang seratus ribuan.
"Alhamdulillah rezeki anak soleh.." Hanum memasukan uang ke kantung bajunya.
"Enak ya punya nyokap cantik kaya Lo.. auto banyak duit sih kalo gini caranya."
"Eh by the way, ini dari calon Papa yang mana lagi?"
Narra mendengus kesal. "Ga ada ya calon Papa. Ga ada yang bisa gantiin bokap gue."
Hanum mengernyit. "Tapi om yang satu ini loyal banget sama lo deh, Narr."
"Bulan ini aja lo udah dapet banyak."
"Mereka baik karena ada mau nya doank, Han. Kalo udah nikah ma nyokap gue palingan gue di anak tiriin."
"Ya kan emang lo jadi anak tiri nya, Narra."
Narra menghela napas panjang. "Tapi gue ga mau punya Papa tiri."
Air muka Narra tiba-tiba berubah. Kini di wajahnya terlihat kesedihan yang mendalam. Luka karena ditinggal orang yang tersayang belum pulih sepenuhnya.
"Gue baik-baik aja kok berdua sama nyokap."
Hanum menepuk-nepuk punggung sahabatnya itu. Kini mata Narra tampak mulai berkaca-kaca. Ingatan tentang papa terlintas kembali di pikirannya.
Sudah bertahun-tahun lamanya, tapi entah kenapa rasa sakit nya masih saja sama.
"Gue tau, Nar.."
"Sori bikin lo keingetan. Jangan sedih lagi ya.."
✍
Narra mengendap-endap memasuki ruang TU. Jam sekolah sebenarnya sudah berakhir sejak tadi. Tapi Narra masih belum ingin pulang. Malam ini, waktunya dia beraksi lagi dan ia perlu data untuk itu.
Beberapa orang guru tampak masih sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Tapi bukan mereka yang Narra cari.
"Kamu ngapain celigukan disini?" Suara seorang guru tiba-tiba mengagetkan Narra.
"Eh, Pak Iip.." Sapa Narra. Akhirnya yang ia cari muncul juga.
"Narra mau bayar SPP, Pak.. tapi Narra lupa berapa bulan ga bayar.."
Pak Iip berdecak kesal. "Kamu itu... makanya bayar SPP itu rutin tiap bulan. Jangan nunggu mau ujian baru dibayar borongan."
"Berasa berat kalo bayarnya borongan."
Narra tersenyum kaku. "Hehe..iya Pak."
Pak Iip mengajak Narra ke meja nya. Narra duduk di kursi depan meja, sementara Pak Iip membuka data siswa di komputernya.
"Kamu kelas berapa?"
"X-2, Pak.."
"Nama lengkap?"
"Gemma Queenarra."
Tak berselang lama muncul data rekapan siswa yang masih menunggak di layar komputernya. "Bulan ini aja sih kamu belum bayar.."
"Oh iya, Pak." Narra mengangguk. "Saya foto data nya boleh ya, Pak? Biar saya ingetin juga anak-anak yang lain."
"Boleh."
"Kalo data kelas lain ada juga ga pa? Saya punya temen di kelas XI juga."
"Nih kamu masukin aja kelasnya di kolom ini, nanti datanya muncul."
Narra mengangguk.
"Bapak mau sholat dulu."
"Siap, Pak..Narra pinjem dulu bentar ya komputernya."
Pak Iip kemudian meninggalkan Narra yang masih mengotak-atik komputernya. Usai mengambil beberapa foto Narra kemudian mematikan komputer Pak Iip lalu kembali ke kelasnya.
Narra menghitung kembali uang yang ia dapat dari lelang siang tadi. Ia lalu membuka ponselnya dan mengirimkan pesan untuk Hanum.
GemmaNarra : Han, malem nanti lo ada acara ga?
HanumCellia : Ngga, kenapa emang?
GemmaNarra : Ga pergi sama Reno?
HanumCellia : Reno mau kumpul-kumpul di rumah Agas.
GemmaNarra : Gue nginep tempat lo, ya entar malem?
HanumCellia : Bawain gue Bakso Giri, baru gue bilang oke.🤪
GemmaNarra : iya...iya...😑
Aman....Batin Narra. Gue bisa bebas beraksi entar malem.
✍
Author notes..
Hai..hai.,
Makasih untuk yang sudah baca..
Maaf kalo masih ada kata-kata yang typo..Jangan lupa tingalkan jejak ya!🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Fraternité
Teen Fiction"Demon's still demon. Thousands kindness couldn't change what he really is." -Gemma Queenarra Narra tak pernah menyangka jika hanya karena sebuah insiden ia akan terlibat sesuatu yang besar disekolahnya. SMA Pelita memiliki cerita tentang Angel and...