37# Kanaya

33 15 1
                                    

"Tapi gue bakal tetep nyari alesan setiap harinya supaya gue bisa bisa nganter lo pulang."
                                            -Gen Agasthya-

                                                      ***

Kelas X-2 sudah tampak lengang, hanya ada Narra yang masih tinggal di kelasnya. Sembari menunggu kedatangan Agas, Narra membuka buku diary kecil yang selalu ia bawa di tasnya.

Perlahan ia membuka halaman demi halaman yang berisi coretan tangan dengan tinta warna-warni miliknya. Sudah seminggu lebih ia tak menuliskan isi hatinya disana.

Entah kenapa, semenjak Ganen menghilang ia bahkan kehilangan kata-kata untuk ia tulis.

Narra merogoh kotak pensil yang ada di dalam tasnya, lalu mengambil sebuah bolpen berwarna biru.

Tuhan,,,
Aku tak pernah tahu rencana besarMu..
Dia Engkau hadirkan begitu saja dalam hidupku.
Hadir dengan cara yang bahkan tak pernah aku duga.
Dengan caraMu Kau membuatku terbiasa dengan kehadirannya.
Tapi kenapa disaat aku mulai terbiasa Kau hilangkan dia tanpa aba-aba?

"Nar,," Panggil Agas yang tiba-tiba muncul. Narra terperanjat lalu buru-buru memasukan buku diary miliknya ke dalam tas. "Lo lagi apa?"

"Eh, ga ngapa-ngapain kok." Jawab Narra terbata-bata.

"Ayo gue anter pulang.."

Narra mengangguk pelan kemudian beranjak dari tempat duduknya. "Lo ga usah repot-repot nganterin gue pulang kok, Gas.."

"Reno sama Hanum sih ga usah di anggap serius,, mereka emang suka iseng."

Agas tersenyum hangat seraya menatap lembut mata Narra. "Gue nganterin lo pulang bukan karena mereka berdua kok."

Narra mengernyit. "Trus kenapa?"

"Hmm..." Agas memutar bola matanya. "Karena kaki lo masih sakit."

Narra tersenyum simpul. "Kan gue bilang kaki gue udah ga sakit."

Angas mengerutkan keningnya. "Oke kalo gitu, gue ganti alesannya. "

"Gue nganterin lo pulang karena gue takut lo diculik ojol."

Narra terkekeh. "Astaga, Agas.. makan gue banyak ga mungkin ada yang mau nyulik."

"Justru itu." Seru Agas. "Karena makan lo banyak makanya gue mau mastiin makan lo tercukupi."

"Sebelum pulang kita makan dulu ya." Kini bibir Agas melengkungkan senyuman. Senyuman yang sama, yang dulu pernah meluluhkan hati Narra. Tapi entah kenapa sekarang terasa berbeda.

"Alesan lo ngada-ngada tau ga?" Tepis Narra.

Agas terkekeh. "I know.."

"Tapi gue bakal tetep nyari alesan setiap harinya supaya gue bisa bisa nganter lo pulang."

"Kenapa?"

Agas menghela napasnya sesaat. "Biar lo bisa nyadarin keberadaan gue."

Narra hanya diam. Perkataan Agas selalu membuatnya bingung. Apa yang sebenarnya dia maksud?

"Ayo.."

                                                              ✍

"Mau makan steak?" Ujar Agas memecah keheningan. Sejak tadi gadis yang menumpangi mobilnya hanya terdiam memainkan kuku jarinya.

"Eh, iya.." sahut Narra sekenanya. Ia menatap Cafe Onion yang sudah ada di hadapannya.
                                      
Agas bergegas turun lalu membukakan pintu mobil kemudian mengajak Narra masuk ke dalam cafe. Suasana canggung masih terasa kental diantara keduanya.

FraternitéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang