"Udah titik. No bargaining!"
-Gen Agasthya-***
"Duduk di bangku masing-masing, anak-anak!" Perintah Bu Lina, guru seni musik yang tahun ini menjadi wali kelas XI-IPA 3. "Setiap kelas harus menyumbangkan minimal 2 penampilan di acara perpisahan nanti."
Semua murid tampak serius menyimak apa yang disampaikan Bu Lina. Perpisahan kelas XII sudah tinggal 2 bulan lagi, tapi kelasnya masih belum menyiapkan apapun.
"Kalo kalian masih leha-leha kaya gini, biar ibu aja yang nentuin!" Ujar Bu Lina disusul kemudian sorak kekecewaan dari murid-murid.
"Huuuuu!!"
"Yang teriakannya paling kenceng tadi mana?" Sentak Bu Lina. "Ibu tunjuk buat jadi vocalist sekalian!"
"Lexie tuh Bu!" Sahut salah seorang murid.
"Merlin tuh, Bu! Si Angga juga!" Elak Alexie.
"Narra bu Narra!" Sahut yang lain.
"Iya bu, Narra tuh!"
"Woy! Enak aja pada nunjuk gue! Orang dari tadi gue diem juga." Oceh Narra kesal.
"Oke, Narra kamu jadi vocalis!" Tunjuk Bu Lina memaksa.
"Kok Narra sih, Bu?" Protes Narra. "Narra mana pernah nyanyi depan orang banyak."
"Keputusan ibu ga bisa di ganggu gugat." Bantah Bu Lina. "Narra kamu nyanyi, Angga yang main musik."
"Kamu bisa main gitar kan?" Tanya Bu Lina pada Angga.
"Bisa, Bu." Sahut Angga.
"Yang lain, jangan senang dulu.." Ucap Bu Lina bikin penasaran. "Kalian nanti ibu bagi 2 kelompok, kita bikin modern dance. Semua harus ikut!"
"Nge-dance bu?! Yang bener aja?"
"Seriusan, Bu?!"
"Mager Ah!"
"Ga bisa joget Bu..!!"
Satu persatu murid lagi-lagi memprotes keputusan bu Lina.
"No...No...No!" Bu Lina menggerakkan jari telunjuknya. "Keputusan ibu ga bisa diganggu gugat."
"Mulai besok, satu minggu 2 kali luangkan satu jam setelah pulang selokah. Kita latihan!" Lanjut Bu Lina.
"Ibu bakal siapin coreographer kheuseus buat kalian."
"Jadi...SEMANGAATTTT!!"
"Huuuuu....."
✍
"Satu dua tiga atas... empat lima enam putar!" Pelan-pelan murid XI IPA 3 mengikuti gerakan yang diajarkan oleh Dery- sang coreographer kheuseus yang ditunjuk Bu Lina.
"Power nya mana!!" Teriak Dery. "Ulang!"
Kembali Dery memutar lagu dari ponselnya. Lagu Black Pink kembali menggema di ruangan yang biasa difungsikan sebagai lab seni itu.
"Kakinya lihat,,,mulai kaki aja dulu." Dery memberikan arahan "Speed kita turunin setengahnya, udah lancar baru kita dance diiringi lagu aslinya!"
"Okay?!!"
"Okkehhh." Sahut satu ruangan berbarengan.
"Kita mulai dari gerakan awal!" Laki-laki itu memulai kembali gerakannya. Terus begitu dan diulang-ulang. Tapi herannya, Narra sama sekali tak bisa hafal semua gerakan yang di ajarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fraternité
Teen Fiction"Demon's still demon. Thousands kindness couldn't change what he really is." -Gemma Queenarra Narra tak pernah menyangka jika hanya karena sebuah insiden ia akan terlibat sesuatu yang besar disekolahnya. SMA Pelita memiliki cerita tentang Angel and...