9# Skenario

118 84 15
                                    

"Astaga,,Agas ganteng gini ga kamu jadiin pacar?"
-Rania-

***


Pukul 10.15 malam.
Sekolah tampak gelap, hanya beberapa lampu yang terlihat menyala dari ruang organisasi.

Mengenakan setelan serba hitam Narra mengendap-endap menuju sebuah ruangan. Seorang laki-laki tampak mengikutinya dari belakang dengan membawa kotak besar.

"Ka ini mau di anter kemana ya barangnya." Tanya laki-laki itu.

"Sssttt..." Narra berbalik seraya menghentikan langkahnya. "Pelan-pelan ngomongnya.."

"Mas taruh dus ini di depan ruangan itu. Inget jangan sampe ketauan. Apalagi sampe orang-orang tau kalo yang ngirim barang ini saya."

Laki-laki itu tampak bingung sekaligus ketakutan. "Ini bukan Narkoba kan Ka?"

"Astaga.." Narra memutar bola matanya. "Buka aja dus nya, isinya  obat-obatan sama alat sholat buat bantuan korban bencana."

Laki-laki itu malah tambah kebingungan. "Astaga..mau nyumbang ko malah kaya maling gini.."

"Udah deh jangan banyak tanya. cukup taruh aja ini disana, saya ambil foto. Selesai." Papar Narra.

"Kalo mas berhasil ga ketauan nanti saya kasih tips tambahan di aplikasinya."

Laki-laki itu mengangguk kemudian berjalan mengendap-endap menuju ruangan yang ditunjuk Narra tadi. Perlahan ia menaruh kotak yang dibawanya dari tadi.

Narra yang mengawasi dari ujung jalan sudah siap dengan sebuah kamera, ia lalu mengambil gambar ketika laki-laki itu menaruh barang yang ia bawa.

Skenario malam ini sudah ia rencanakan masak-masak. Ia meminta bantuan dari seorang kurir untuk mematahkan keyakinan Agas tentang Peri yang membuatnya penasaran.

"Beberapa foto udah cukup kayanya." Gumam Narra.

"Woii!" Terdengar suara seorang laki-laki berteriak dari dalam ruangan.

Kurir tadi terkejut melihat seseorang berlari ke arahnya. Ia kemudian berlari menghindar mencari pintu keluar.

"Agas?!"

Melihat kurir tadi berlari ke arahnya Narra dengan sengaja menabrakan dirinya. Keduanya pun terjatuh.

"Lurus belok kanan, lurus terus sampe ada lapangan." Bisik Narra. Kurir tadi lalu berlari menuju gerbang belakang sekolah sesuai arahan Narra.

Agas yang melihat seseorang terjatuh berlari mendekat.

"Kamu gapapa?" Tanya Agas dengan napas yang masih ngos-ngosan.

"Elo?!" Agas tampak terkejut melihat Narra di hadapannya. "Lo ngapain disini?"

"Hmmm...itu..."

"Lo bisa bangun ga?" Agas mengulurkan tangannya untuk membantu Narra berdiri.

"Arrgghh.." kaki kiri Narra sepertinya terkilir karena terjatuh tadi.

Agas membungkuk untuk melihat pergelangan kaki Narra,"Kayanya terkilir."

Narra hanya terdiam. Ia memang merasakan sakit di pergelangan kakinya. Jangankan untuk berjalan, untuk berdiri saja ia sudah kesakitan.

"Tunggu disini." Ujar Agas usai membantu Narra duduk disebuah kursi.

Ia kemudian berlalu meninggalkan Narra sendirian disana. Entah ia mau kemana. Narra hanya tau ia memintanya menunggu.

FraternitéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang