51# Luka itu masih ada

32 9 0
                                    

Jika memang hatiku sekuat itu, lantas mengapa masih saja ada sesak yang aku rasakan?

-Gemma Queenarra-

***

Hingga malam tiba, kejadian sore tadi masih belum lepas dari pikiran Agas. Ia kini sedang kerebahkan dirinya di atas tempat tidur. Matanya kosong menatap langit-langit kamarnya. Tubuhnya ada disana, tapi pikirannya entah ada dimana.

"Gue harus gimana sekarang?" Gumamnya pada diri sendiri.

Jam di dinding kamarnya menunjukkan sudah hampir jam 8 malam. Selama beberapa saat ia hanya duduk di sisi tempat tidurnya. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk beranjak dari sana.

Agas kemudian mengambil kunci mobil yang ia simpan di atas meja belajarnya. Bergegas ia keluar dari kamar menuju garasi. Secepat kilat ia memacu mobilnya memecah jalanan yang dihujani gerimis malam itu.

Sementara itu, di rumah Narra. Rania tengah menata beberapa piring dan gelas di atas meja makan ketika Narra baru saja selesai bersiap-siap. Perempuan paruh baya itu tampak terpesona melihat anak semata wayangnya.

Narra terlihat cantik mengenakan dress berwarna pink selutut. Sengaja Rania membelikannya baju baru karena ia ingin Narra terlihat beda hari ini. Benar saja, anak gadisnya itu tampak berbeda dari biasanya. Bukan hanya karena bajunya, tapi juga polesan make up natural yang menghiasi wajah cantiknya.

"Cantik banget anak mama..." Puji Rania. "Gitu donk dandan dikit-dikit.."

Narra tersipu mendengar pujian Rania. "Om Yudha dateng jam berapa, Ma?"

"Hmm..." Rania melirik jam di tangan kirinya. "Harusnya sih udah nyampe."

"Assalamualaikum..." Ucap Yudha yang baru saja tiba.

"Waalaikumsalam.." Sahut Narra dan Rania berbarengan.

"Wahh...kok ada dua gadis cantik sih disini?" Goda Yudha. "Yang punya om yang mana ya?"

Ucapan Yudha membuat Rania tersipu malu. "Apa sih, Mas..."

"Buat kamu.." Yudha memberikan sebuah buket bunga untuk Rania. Ia lalu menduduki salah satu kursi di dekat meja makan. Ia mengedarkan pandangannya ke setiap sudut meja yang sudah dipenuhi bermacam menu makanan. "Hmm... baunya aja enak banget.."

How sweet... Batin Narra. Kapan gue kaya gitu ya?

"Eh, Narra kok dandan cantik banget sih?" Puji Yudha. Kini giliran Narra yang tersipu dibuatnya.

"Masa sih, Om?"

"Serius.." Ucap Yudha meyakinkan. "Kamu jangan cantik-cantik kalo dandan.. nanti Kakak kamu bisa-bisa jatuh cinta lagi.."

"Kakak?" Narra mengernyit.

"Iya.." Yudha mengangguk. "Nanti kan anak Om bakal jadi Kakak kamu.."

Narra mengerutkan keningnya. "Bukannya anak Om udah meninggal ya?"

"Om punya dua jagoan.." Papar Yudha. "Mahen udah pergi lebih dulu,, jadinya tinggal satu lagi anak Om."

"Ohh..." Narra mengangguk faham.

"Anaknya baek banget loh, kamu pasti seneng punya Kakak kaya dia.." Rania yang masih membereskan hidangan di meja makan ikut nimbrung.

"Jadi anak Om itu, dua-duanya paling ga bisa jahat sama perempuan." Lanjut Yudha. "Mereka paling ga bisa liat perempuan nangis. Mau Ibunya, Adiknya, Temennya, semua pasti dijagain.."

FraternitéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang