43# Yang pertama

39 11 1
                                    

                                    "Inget ini sebagai ciuman pertama lo..."
                                                          -Gen Agasthya-

                                                                    ***

Narra masih menangis sesenggukan bahkan ketika ia sudah berada di dalam mobil milik Agas. Sang empunya mobil baru saja tiba setelah mampir di sebuah mini market untuk membeli air mineral.

"Minum dulu.." Agas memberikan sebotol air mineral untuk Narra.

Narra meminum beberapa tegukan dan mengembalikannya pada Agas. Ia masih tak habis pikir, bagaimana caranya Angel itu tiba-tiba datang dan menyelamatkannya dari situasi yang membuatnya ketakutan.

Selama beberapa saat mereka hanya saling terdiam. Suara sesenggukan masih terdengar meskipun Narra sudah berusaha menghentikan tangisnya.

"Lo bodoh apa gimana?!" Bentak Agas tiba-tiba.

Ucapan Agas membuat Narra terkejut. Mata nanarnya kini menatap Agas yang duduk dibalik kemudi. Sementara laki-laki itu hanya menatapnya gusar.

"Huwaaa...!" Narra kembali menangis sejadinya. Hari ini sudah cukup buruk baginya. Tanpa diberitahupun Narra sudah sadar ini semua karena kebodohannya.

"Lo sadar ga sama kebodohan lo?!" Cecar Agas lagi. Narra hanya mengangguk pelan seraya menahan isak tangisnya.

"Lo pikir lo itu tropi penghargaan yang bisa dimenangin siapa aja?!"

"Lo ga pantes di dapetin dengan cara kaya gitu!"

"Dan satu lagi."Lanjut Agas. "Kenapa lo ga ngasih tau gue dari awal?!"

Narra hanya menatap laki-laki yang terus menerus mencecarnya tanpa membantah sedikitpun.

"Lo ngerti ga sih posisi gue?!" Bentak Agas lagi. "Kalo pun emang lo sebangga itu jadi tropi penghargaan, at least lo kasih tau gue! Biar gue yang menangin Lo!"

Lama kelamaan ocehan Agas terdengar seperti angin lalu di telinga Narra. Tak satupun yang ia gubris. Ia hanya fokus pada kepalanya yang tiba-tiba terasa berat.

"Lo denger ga gue ngomong apa?!" Bentak Agas. "Ini bukan hal terburuk yang bisa dia lakuin ke lo, Nar!"

Tak ada jawaban dari Narra. Ia hanya memegangi kepalanya yang terasa semakin berat.

Agas terdiam sesaat, ia menelisik wajah perempuan di dehadapannya yang terlihat semakin memerah. "Lo gapapa kan, Nar?"

"Gue baru yakin kalo bumi itu berputar." Ucap Narra dengan mata yang tampak sayu menatap Agas.

"Lo ngomong apa?!" Agas menatapnya terkejut.

"Gue mau pindah ke Mars." Racau Narra.  "Gue ga tahan kalo bumi terus berputar kaya gini.. kepala gue pusssiiinngggg..."

"Siaall!!" Agas memukul-mukul stir mobilnya. Amarahnya semakin menjadi-jadi melihat Narra yang mulai mabuk.

"Minum.," Agas menyodorkan botol minuman milik Narra.

"Gak mau!" Dengan kasar Narra menepis tangan Agas, hingga botol minuman yang dibawanya tumpah membasahi bajunya.

"Semua maksa gue minum! Kenapa ga sekalian aja lo juga pake mulut lo buat maksa gue minum!"

Agas hanya diam. Ia tahu kalau apa yang dilakukan perempuan itu diluar kesadarannya.

"Cowok-cowok itu yang brengsek! Kenapa gue yang dibilang bodoh?!"

FraternitéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang