44# Forget it.

29 11 2
                                    

                                        Kejadian semalem lo lupain aja..
                                                         -Gen Agasthya-

Sinar matahari sudah sangat-sangat terang, membuat Narra terbangun dari tidur lelapnya. Gadis itu masih enggan beranjak dari selimutnya padahal matahari sedang panas-panasnya.

Narra mengedarkan pandangannya menelisik setiap sudut ruangan tempatnya berada sekarang.

Kok gue di kamar Hanum? Batinnya.

Seisi ruangan masih terasa berputar di kepalanya. Perlahan ia bangkit dan meraih ponselnya yang ia biarkan tergeletak di atas sofa. Jam di layar ponselnya menunjukkan angka 1:15 siang.

"Astaga!" Narra terperanjat. "Gue telat!"

Narra bergegas merapikan baju dan mengambil tas nya. Dengan langkahnya yang masih sempoyongan ia menuruni tangga menuju pintu keluar.

Bentar... Batin Narra.

"Gue pake apa semalem kesini?"

Narra mematung beberapa saat, otaknya mencoba memutar memori tadi malam. Kepalanya masih terasa sakit setiap kali ia mencoba mengingat. Yang terlintas di otaknya hanya detik-detik ketika Verio memaksanya minum mealalui mulutnya.

Narra bergidik ketakutan ngeri. Itu malam yang benar-benar buruk bagi Narra. Tapi apa lagi setelah itu?

Narra kembali ke kamar Hanum, di atas meja rias ia menemukan secangkir kopi dan secarik kertas dengan tulisan tangan di atasnya.

Diminum ya kopinya,bagus buat ngilangin bau alkohol..
Kalo diminum, bukan cuma diliatin doank..
Hal-hal yang buruk ga usah lo inget-inget..
Kejadian semalem lo lupain aja..

_Agas_

"Agas?" Gumam Narra pada dirinya sendiri. Ia lalu meneguk kopi yang sudah dingin itu.

"Emang semalem gue sama Agas?" Narra mengerutkan keningnya seraya mencoba mengingat-ingat.

Tiba-tiba hal yang mengejutkan terlintas di ingatannya. Ia teringat ketika wajah Agas hanya berjarak beberapa centi dari wajahnya, setelah itu--

Byuurr! Kopi dingin yang baru saja ia teguk menyembur keluar dari mulut Narra.

"GUE?!!! SAMA AGAS??!!!" Narra menutup mulut dengan kedua tangannya seakan tak percaya.

"Ngga...ga mungkin.." Sangkalnya sesaat kemudian, Narra memukul-mukul kepalanya sendiri. "Otak gue salah nih... pasti ada yang salah sama otak gue!"

"Ayo...tarik nafas...buang...tenang Narra..coba inget baik-baik.." Narra memejamkan matanya seraya mencoba mengingat-ingat kembali kejadian semalam.

Perlahan ia mulai mengingat ketika Agas tiba-tiba muncul dan menghajar Verio tanpa belas kasihan. Ia kemudian menarik tangan Narra dan bergegas meninggalkan cafe dengan mobilnya.

Setiap detik demi detik yang terjadi malam itu terlihat nyata diingatan Narra, seperti sebuah puzzle yang kini sudah tersusun rapi. Kini matanya terbuka lebar menatap langit-langit di hadapannya.

"Seriusan gue sama Agas?!!" Mata Narra membulat tak percaya.

"Bego,,,Narra bego!!!" Lagi-lagi Narra memukul-mukul kepalanya sendiri. "Mana ada cewe dicium malah minta nambah?!!"

"AARRGGGGHHHH!!!!!!"

"Udah sinting lo, Narrr!!!"

"Gue tau alkohol tu bikin mabok, tapi ga bikin mesum juga Narraaaaa!!"

"AARRGGGHHHH!!! Malu banget guee!!!" Narra terus memaki dirinya sendiri seraya berguling-guling di atas tempat tidur.

"Trus apaan lagi ini?!" Narra merobek kertas berisi tulisan Agas yang tadi ia baca lalu melemparnya ke tempat sampah.

"Seenaknya dia nyuruh gue lupain kejadian semalem!"

"Mana bisa gue lupain gitu aja!!!!"

"Mau di taruh dimana muka gue..." Rengek Narra. Perasaannya campur aduk antara marah dan malu disaat yang bersamaan.

Gue harus gimana kalo ketemu Agas? Batinnya bingung.

Belum selesai Narra melampiaskan kegalauannya, tiba-tiba terdengar suara gaduh dari luar. Narra mengintip dari ujung tangga diluar kamar Hanum. Matanya membulat menatap Hanum yang baru datang bersama Reno dan Agas.

Sial!!

Buru-buru Narra kembali merebahkan dirinya di atas tempat tidur. Ia bersembunyi di balik selimut dan pura-pura tertidur tepat sebelum seseorang membuka pintu kamar.

"Nar..." panggil Hanum pelan. "Lo masih tidur?"

Narra bergeming. Ia terus memejamkan matanya tak menjawab pertanyaan Hanum.

"Dia masih tidur kayanya.." ucap Hanum kemudian. "Jangan ganggu deh, kasian..."

"Dibawah aja yuk..." Ajak Hanum.

Baguss.... Batin Narra. Pergi sana...

"Gue boleh disini bentar ga?" Tanya Agas.

"Cieee...." goda Reno.

"Udah sayang...jangan digodain, entar malah malu Kak Agas nya..." bujuk Hanum. Ia kemudian menarik tangan Reno dan beranjak meninggalkan Agas di sana.

Perlahan Agas menggeser sebuah sofa lalu duduk di samping tempat tidur. Secangkir kopi yang pagi tadi ia siapkan tiba-tiba mencuri perhatiannya. Hampir habis setengahnya.

Ternyata udah bangun... pikir Agas.

"Narra...." panggil Agas pelan. Narra masih terdiam.

Agas menghela nafas berat. "Narr...gue mau ngomong sebentar.."

Mau ngomong apa sih, Gas? Gue udah cukup malu ini..Batin Narra

"Nar..gue tau lo udah bangun.." lanjut Agas.

Narra menghela nafas kesal. Dengan malas ia keluar dari balik selimutnya. Laki-laki yang duduk di depannya kini menatapnya lembut.

"Gue mau minta maaf soal--" ucap Agas belum selesai.

"Gue yang minta maaf udah ngerepotin lo terus, Gas.." Sela Narra.

Agas terdiam mengdengar perkataan Narra. Pikirnya, perempuan itu mungkin akan marah karena kejadian semalam. Tapi ternyata...

"Gue ga tau apa jadinya kalo lo ga dateng." Lanjut Narra. "Gue bahkan ga inget gimana caranya gue bisa ada disini."

Agas kembali terdiam. "Lo beneran ga inget kejadian semalem?"

Ragu-ragu Narra menggelengkan kepalanya. "Yang terakhir gue inget, lo dateng buat nolongin gue."

"Makasih ya..." Narra tersenyum kaku. "Lo..tadi mau minta maaf soal apa?"

Agas menggelengkan kepalanya. "Nggak...lupain aja.."

"Mau gue anter pulang ga?"

"Gue ga mau ngerepotin lo lagi, Gas.." jawab Narra. "Gue bisa kok pulang sendiri."

"Nggak." Balas Agas. "Gue tunggu di bawah ya.. gue anter pulang."

"Mulai sekarang, gue bakal jagain lo apapun yang terjadi." Pungkasnya seraya meninggalkan Narra yang masih mematung ditempatnya. Perasaan Narra semakin sulit dijelaskan.

Lo bikin gue bingung, Gas...
Lo bisa bikin gue kecewa dan senang disaat yang bersamaan...
Tapi kenapa gue ga bisa marah sama lo, semarah gue sama Rio?!
Ada apa sama perasaan gue?!

                                                                  ✍
    

FraternitéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang