52# Like father like son.

28 8 0
                                    

"Buah jatuh tak jauh dari pohonnya."
-Gemma Queenarra-

                                                                  

***

Hari berlanjut di kehidupan Narra. Berlalu begitu saja tanpa ada yang berarti baginya. Hari ini pun sekolah masih sama, tak ada jam pelajaran hingga pembagian rapor minggu depan.

Seharian ini Narra hanya berdiam diri di kelasnya, mengenakan ear phone dan memutar lagu dari ponselnya. Hingga akhirnya bell pulang berbunyi, Narra bergegas meninggalkan kelasnya. Ia baru saja sampai di area parkiran ketika seseorang menghentikan langkahnya. Ganendra.

"Nar..." Panggil Ganen perlahan. Ganen mencoba menghentikan Narra, tapi gadis itu tak menganggap keberadaannya sama sekali.

"Narra..." Panggil Ganen lagi. "5 menit, Nar... Gue minta waktu lo 5 menit aja."

Sedikitpun Narra tak menanggapi perkataan Ganen.

"Narra, pleaaassseee...." lirih Ganen. "Gue minta maaf."

Narra masih saja membisu. Kini ia sudah berada di atas motornya ketika Ganen berusaha menghadangnya. Ia lalu menyalakan mesin motornya tanpa mempedulikan Ganen yang berdiri disana, menghalangi jalannya.

"Gue ga akan pergi sampe lo kasih gue kesempatan buat ngomong!" Ancam Ganen.

Gadis itu mencebikkan bibirnya seraya memutar bola matanya gusar. Setelah menggerung-gerungkan mesin motornya ia lalu memacunya melewati gerbang sekolah. Ia sama sekali tak mempedulikan Ganen yang jatuh terjungkal karena tak berhasil menghadang motornya.

30 menit kemudian Narra sudah sampai di rumahnya. Ia terheran melihat Rania yang sudah ada disana sementara matahari masih bersinar dengan terangnya. Pasti ada sesuatu sampai-sampai Rania bisa meninggalkan pekerjaannya secepat ini.

"Eh, anak Mama udah dateng.." Sapa Rania begitu menyadari kehadiran Narra. Ia tampak memilah beberapa berkas yang menumpuk di atas mejanya.

"Handphone." Pinta Narra pada Rania. Dengan wajah bingung Rania memberikan ponselnya pada Narra.

Tanpa basa-basi Narra membuka ponsel Rania dan mengecek jam yang tertera disana, 14:21. Ia kemudian beralih merebut tangan kiri Rania dan menelisik jam tangan yang terpasang disana. Hasilnya sama, 14:21.

"Jam tangan Mama bener, handphone juga bener." Ucap Narra. "Mama yakin jam segini ada dirumah?"

Rania terbahak. "Pertanyaan kamu loh ngaco..."

"Narra serius." Imbuhnya kemudian.

"Mama ambil cuti sayaannggg..." Jawab Rania tanpa menghentikan kegiatannya. Ia tampak sibuk dengan berbagai catatan di buku agendanya.

"Kenapa?" Tanya Narra bingung.

"Nih liat..." Rania menunjukan beberapa gambar yang ada di atas mejanya. Gambar rancangan gaun pernikahan. "Bagus ga?"

Narra terdiam.

"Sayaaanggg... kok ga dijawab sih?" Protes Rania.

Narra menghela nafas sesaat. "Mama...serius mau nikah sama Om Yudha?"

"Kok kamu nanya gitu?" Rania mengerutkan keningnya. "Kenapa?"

Lagi-lagi Narra terdiam. Entah bagaimana ia harus menjelaskan pada Rania. "Ganen bukan cowok baik-baik mah.."

Rania mengernyit kemudian tertawa. "Yang Mama nikahin itu Om Yudha loh..bukan anaknya."

"Kamu sendiri tau kan Om Yudha sebaik apa.." Tambahnya.

"Iya, Ma.. Narra tau." Elak Narra. "Tapi buah itu jatuh ga jauh dari pohonnya.. Mama sendiri yang bilang kan?! Like father like son.."

Rania menghentikan aktifitasnya sejenak. Ia menatap mata anak semata wayangnya lekat-lekat. "Kamu ada masalah apa sebenarnya sama Ganen?"

"Ngggaakk." Jawab Narra terbata. "Narra ga punya masalah apa-apa."

Rania mengangkat sebelah alis matanya. "Lalu.. kamu tau dia bukan cowok baik-baik dari mana?"

"Reputasi dia di sekolah ga ada bagus-bagusnya, Ma.." Jelas Narra. "Dia itu trouble maker, suka maenin cewek, suka berantem juga."

"Point yang mana yang Ganen pernah lakuin sama kamu?" Tanya Rania. "Kamu pernah berantem sama Ganen? Pukul-pukulan?"

Narra memutar bola matanya gusar. "Nggak gitu, Ma..."

"Atau Ganen pernah maenin perasaan kamu?" Tembak Rania.

"Nggak!" Jawab Narra kikuk. Pertanyaan Rania membuat Narra meneguk salivanya dengan susah payah. "Sama cewek lain mungkin."

"Mungkin?" Rania mengangkat sebelah alis matanya.

Narra menggigit ujung bibirnya. Ia menghela nafasnya berat, entah bagaimana harus menjelaskan pada Rania agar ia mengerti.

"Narra..." Panggil Rania lembut. "Mama ga pernah loh ngajarin kamu buat menilai seseorang berdasarkan sudut pandang orang lain."

Tak ada jawaban dari Narra.

"Kalo emang ada kesalah fahaman antara kamu sama Ganen, selsein cepet. Mama kasih waktu 2 minggu" Ucap Rania. "Pernikahan Mama sama Om Yudha di adain akhir bulan ini."

"Apa Ma?!" Tanya Narra tak percaya. "Akhir bulan ini?! Tiga minggu lagi?!"

Rania mengangguk yakin.

"Ma...nikah tuh ga main-main loh.." ucap Narra. "Orang tuh nyiapin nikahan ada yang sampe setaun Ma.."

"Ini masa cuma 3 minggu?!"

Rania terkekeh. "Kayak kamu pernah nikah aja.."

"Mama sama Om Yudha tuh udah tua.. lagian acaranya juga ga rame-rame kok, cuma ngundang keluarga aja." Lanjutnya.

"Mama ga mau mikir-mikir lagi gitu, Ma?"

Lagi-lagi Rania tertawa. "Udah Mama pikirkan baik-baik selama dua tahun ini."

Narra menghela nafas panjang penuh kekecewaan.

"Denger Narra.." Rania menggenggam tangan Narra lembut. "Tadi kamu sendiri yang bilang kan buah jatuh tak jauh dari pohonnya."

"Apa mungkin Om Yudha yang sebaik itu bisa punya anak sejahat yang kamu bilang?"

Narra lagi-lagi terdiam. Perkataan Rania seperti menohoknya. Ia tahu betul kalau Yudha laki-laki yang sangat baik. Cara dia memperlakukan Rania sering kali membuatnya kagum. Berbanding terbalik 180° sama anaknya.

"Ajak Ganen ngobrol baik-baik.." pinta Rania. "Mama yakin kalian cuma salah faham."

"Okay?"

Narra bergeming.

"Ookkkaaayyy sayaaanngg?" Ulang Rania.

"Iya Maa..." Jawab Narra dengan nada malas.

"Oh iya, besok kamu sekolah ga?"

"Sekolah lah, Ma..."

"Pulang sekolah ikut Mama pilih gaun ya..." Pinta Rania dibalas anggukan kepala Narra.

"Nih kamu pilih deh gaun mana yang kamu suka.. bagus-bagus loh.." Rania menunjukkan beberapa gambar gaun pada Narra. "Yang ini cocok deh buat kamu.."

"Yang nikah kan Mama, kok Narra yang pilih gaun.." Balas Narra sekenanya. "Udah ah, Narra ke kamar dulu."

Narra bergegas pergi meninggalkan Rania di ruang tengah. Ia kemudian menjatuhkan tas sekolahnya di lantai lalu merebahkan dirinya di atas tempat tidur. Ia meluapkan semua kekesalannya dengan memukul-mukul boneka kucing kesayangannya.

"Hancur dunia gueeee!!!! Aaarrrrggghhhh!!!!"

                                                                   

Author notes..
Jadi yang bener siapa yang mirip siapa nih?
Ganendra yang mirip Yudha atau sebaliknya?
Bantu vote n comment donk...
🥰🥰

FraternitéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang