24# Panjat lagi!

72 37 3
                                    

"Bisa kena anemia gue diem disini lama-lama! Abis darah gue diisep nyamuk!"
                                           -Gemma Queenarra-

                                                            ***

Narra merebahkan dirinya di atas tempat tidur. Pikiran tentang karin mengganggunya seharian. Narra ingin melakukan sesuatu untuknya, tapi apa? Mana mungkin dia punya uang yang cukup untuk mengoperasi ibunya.

Lagu i'll be yours mengudara dikamar Narra bersamaan dengan panggilan masuk di ponselnya. Narra mengambil tas yang ia biarkan  tergeletak di atas lantai, ponsel nya ada disana.

Tapi tiba-tiba perhatian Narra teralihkan . Ada sebuah amplop disana, berisi uang. Amplop itu bantuan dari sekolahnya yang ia terima beberapa hari lalu.

"Lumayan 2 juta." Gumam Narra. "Ini bisa bantu Karin.."

Tanpa berpikir lama, Narra mengambil sticky notes di meja belajarnya. Ia menuliskan sesuatu disana, lalu menempelkannya di atas amplop nya tadi.

Narra kemudian bergegas ganti baju dan meninggalkan kamarnya.

Sebenarnya Narra tak berniat untuk beraksi malam ini, tapi apa boleh buat. Dia ingin berbuat sesuatu untuk Karin, walaupun mungkin tidak banyak yang bisa ia lakukan.

Dan sekali lagi, mengenakan jaket dan masker hitam Narra memanjat gerbang sekolah dengan susah payah. Ia mengendap-endap melewati lapangan basket yang gelap dan cukup sepi.

Narra berjalan melewati lorong menuju ruang organisasi yang letaknya di tengah area ruang kelas. Sayup-sayup ia mendengar suara riuh dari kejauhan. Suara musik yang mengalun diiringi suara-suara sumbang yang bernyanyi bersamaan.

Sesampainya diujung lorong, Narra menghentikan langkahnya. Apa yang disaksikan matanya saat ini membuatnya panik seketika. Puluhan orang nampak sedang berkumpul menyalakan api unggun seraya bernyanyi. Puluhan orang, dan hampir semuanya laki-laki.

Narra berdiri mematung dengan mata yang masih terbuka lebar, hingga tiba-tiba sepasang tangan menarik tubuhnya menjauh dari kerumunan.

"Lo ga baca WA gue?!" Mata laki-laki itu menatap tajam mata Narra.

"Kan gue udah bilang malem ini anak-anak pada kumpul di sekolah!" Cecar Ganen.

"Handphone gue ketinggalan..." jawab Narra. "Gimana donk gue?"

"Lo pulang aja." Ganen menyeret tubuh Narra menuju gerbang belakang sekolah.

"Lain kali gue telpon tuh di angkat makanya." Dumel Ganen seraya berlutut dengan satu kaki. "Sini naik."

"Ren,, lo dimana?!" Tiba-tiba suara Agas terdengar dari kejauhan. Belum sempat Narra memanjat pagar, terpaksa ia sembunyi di balik bangku yang ada disana.

"Gue ngalihin si Agas, lo bisa kan manjat sendiri?"

Narra mengangguk pelan.

"Tunggu gue di luar." Bisik Ganen seraya berlari mendekati Agas.

Agas menatapnya tajam. "Lo ngapain disitu?"

"Gue...." Ganen menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Kunci motor gue ilang, makanya gue nyari kesini."

"Lo mau kemana? Anak-anak masih pada mau ngumpul juga."

"Lo ga perlu tau urusan gue kan?" Balas Ganen.

Agas menatapnya malas. "Ngobrol dulu aja sama anak-anak."

"Ya udah ayo."

Narra keluar dari persembunyiannya ketika Agas dan Ganen menjauh.

FraternitéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang