21# Hiden

80 52 4
                                    

   "Tapi kalo lo nutupin sesuatu dari gue, gue ga akan terima."
                                                   -Gen Agashtya-

                                                          ***

Reno mendatangi Agas yang sedang  berkumbul bersama teman-temannya di ruangan organisasi. Mata Agas tampak membulat kearahnya ketika ia berjalan mendekat. Ada banyak hal yang ingin ia tanyakan.

Tapi betapa terkejutnya Agas melihat Reno datang dengan luka lebam diujung bibirnya. "Lo kenapa, Ren?"

Reno terdiam berapa saat, matanya terlihat menoleh kesana kemari seolah dia sedang mencari alasan. "Ini gara-gara peri lo itu!"

"Lo berhasil buntutin dia?" Tanya Agas antusias.

Ganen yang menguping pembicaraan mereka bangun dari baringnya. "Lo ngikutin siapa, Ren? Cewek incerannya Agas itu?!"

"Iya.." Reno mengangguk.

Reno ngikutin Narra? Batin Ganen. Segera ia mengambil ponsel nya da mengirim pesan pada Narra.

GanendraA : Nar, lo dimana? Lo ngerasa ga ada yang ngikutin lo tadi?

"Lo udah tau dia siapa?" Tanya Agas.

Reno menggelengkan kepalanya dengan ragu. "Gue kehilangan jejak, Gas.."

"Tu orang tau gue buntutin dia. Gue sampe dipukulin kaya gni." Elak Reno.

Fiiuhhh... Ganen bernapas lega. Tiba-tiba terdengar bunyi notifikasi dari ponselnya. Chat masuk.

GemmaQueenarra : Buntutin kemana? Orang gue masih di sekolah.

GanendraA : Hati-hati. Lo sekarang ga cuma jadi inceran Agas. Tapi Reno juga,

"Tapi lo liat muka ya kan? Nanti kita tinggal cari tau di dia daftar murid."

"Dia anak SMA Tunas Bakti, Gas.."

Tiba-tiba terdengar suara barang terjatuh dari luar diikuti suara langkah kaki berlari, membuat mereka terperanjat dan menghentikan pembicaraan.

Agas begegas keluar. Tepat didepan ruangannya kini ada sebuah kotak berisi minuman dingin. Diatasnya ada sebuah note kecil bergambar kupu-kupu.

'Untuk Team Basket yang udah menang latih tanding sama tetangga sebelah..Semangat!'

Agas mengedarkan pandangannya ke sekeliling sekolah, berusaha mencari keberadaan peri incarannya itu. Tapi terlalu banyak murid-murid yang masih ada disana.

"Gas..udah, Gas.." Reno berusaha menahan Agas. "Ga mungkin bisa nemuin dia sekarang, ada banyak orang disini."

Agas tak menggubris. Dia menemui seorang perempuan yang berdiri di dekat ruang organisasi nya.

"Sorry,, kamu tadi liat ga ada perempuan yang naruh barang disitu?" Agas menunjuk kotak yang ada di depan pintu ruangan.

Perempuan itu mengelengkan kepalanya. "Ga liat, Ka.."

Agas kemudian berlari menuju murid lainnya yang berada tak jauh dari ruangannya. "Kamu tadi liat ga ada orang naruh barang disana?"

"Ngga, Ka.." Ia menggelengkan kepalanya.

Agas menghela napas kasar.

"Tapi tadi saya sempet liat ada yang celingukan di depan ruangan Kakak.."

Reno dan Ganen tampak terkejut mendengar perkataan laki-laki itu. Mereka lalu berlari mendekat. Ketiga wajah itu tampak serius dan antusias disaat yang bersamaan.

"Kamu tau siapa orangnya?" Tanya Agas.

Laki-laki itu mengernyit. "Ini ada masalah apa sih, Ka?"

"Ini masalah serius." Jawab Agas. "Kamu tau siapa orangnya?"

"Aku ga yakin, Ka.." Jawabnya.

"Tapi kayanya dia anak kelas X.."

                                                                ✍

"Gas.. " Reno mengguncang-guncang tubuh Agas yang tengah melamun. Sedari tadi ia hanya memainkan kaleng minuman dingin dengan tangannya, tanpa sekalipun meneguknya.

Agas menatap Reno dengan tatapan datar.

"Gas, udah lo lupain aja soal peri-peri lo itu.." Ujar Reno. "Lagian kenapa sih lo penasaran setengah mati kaya gini?!"

"Cewek-cewek yang baik sama lo banyak, yang ngejar-ngejar lo juga banyak."

"Kenapa lo malah ngejar cewek ga jelas kaya gitu?!"

Agas menghela napas berat. "Gue juga ga ngerti, Ren."

"Tapi dia terus aja dateng ke pikiran gue!"

Reno menggigit ujung bibirnya. "Kalo ternyata peri lo nyembunyiin identitasnya karena dia udah punya cowok gimana?"

Agas terdiam menatap Reno. Ia lalu mengalihkan pandangannya sembarang. Perkataan Reno ada benarnya juga. Bagaimana kalo memang dia sudah punya pacar? Untuk apa dia mengejar sesuatu yang belum pasti.

"Gue penasaran aja sih, Ren."

Reno menatap tajam mata Agas "Kalo misal peri itu cewek temen lo sendiri gimana?"

"Uhukk!!" Ganen hampir saja memuntahkan minuman yang baru ia teguk. Mendengar perkataan Reno membuatnya tersedak.

Agas menatap Reno dan Ganen penuh kecurigaan. "Kalian nyembunyiin sesuatu dari gue?"

"Ng..ngga Gas.." jawab Reno terbata-bata. "Gue berspekulasi aja. Gimana kalo kaya gitu. Kali aja tu cewek pacar Si Ganen misalnya."

"Kok gue sih, Ren?!" Ganen sewot.

"Kalian nih nganggep gue gila ya?! Cinta mati sama cewek ga jelas!" Bentak Agas. "Ya kalo dia emang punya cowok gapapa. Kenapa emangnya?!"

"Gue ga lagi jatuh cinta kaya yang lo pikir ya, Ren!" Cecar Agas. "Mau peri itu cewek lo atau selingkuhan si Ganen sekalipun gue gapapa."

"Gue cuma pengen tau dia siapa."

"Tapi kalo lo nutupin sesuatu dari gue, gue ga akan terima!"

Agas beranjak dari tempat duduknya. Tanpa berkata-kata lagi ia lalu meninggalkan ruangannya seraya menenteng tas olah raga yang ia bawa. "Sori.. gue pulang duluan."

"Lo sih, Ren..."Ganen menyikut lengan Reno.

Dengan tatapan sendu Reno terus melihat bayangan Agas yang terus menjauh. Ia menghela nafas berat, sekarang ia dihantui rasa bersalah.

"Lo beneran tau sesuatu ya?" Tanya Ganen.

"Aaarggghhh!" Reno mengacak-acak rambutnya sendiri. "Tauk ah! Pusing gue!"

"Gue mo balik!"

"Sama lah gue juga ."

                                                            ✍



FraternitéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang