33# Jangan!

52 19 7
                                    

   "Gue cuma ga rela lo mati gara-gara ditembak cowok, Nar!"
                                            -Hanum Cellia-

                                                      ***

Suasana riuh memenuhi kelas X-2 siang ini. Bel istirhat baru saja berbunyi disusul satu persatu murid yang mulai meninggalkan kelas. Hanya terisa Hanum, Narra dan tiga murid lainnya yang masih merapikan mejanya.

"Trus, semalem lo ngapain aja sama Ganen?" Tanya Hanum antusias.

"Nonton." Jawab Narra singkat.

Hanum mendengus kesal. "Iyaa gue tau... maksud gue lo ngapain aja selain itu."

"Dia nembak lo ga?"

Narra menatap Hanum gusar. "Please, Han.. satu, dia belom tentu cinta sama gue. Dua, kalo pun iya ga secepet itu juga kali dia nembak." Papar Narra.

"Abis gue penasaran,, orang kaya dia nembak cewek nya gimana ya."

"Pake pistol beneran. Puas lo?!" Sinis Narra.

Melihat wajah Narra yang kini cemberut membuat Hanum semakin ingin menggodanya. "Duh ngambeekk... jelek banget lo kalo lagi manyun."

Narra mendengus kesal. "Rese."

"Ayo makan gue laper." Kata Narra seraya memegangi perutnya.

Baru saja ia beranjak dari tempat duduknya, muncul pop up pesan whats app dari nomor tak di kenal.

Gue tunggu lo sekarang di gedung bekas gudang beras deket sekolah. Ada yang mau gue omongin. Penting. -Ganendra-

Narra mengerutkan keningnya ketika membaca pesan aneh itu. "Han, di deket sini emang ada gedung bekas gudang beras ya?"

"Ada di belakang sekolah, tapi lumayan jauh kalo jalan kaki." Jawab Hanum. "Ko tiba-tiba lo nanyain itu?"

Narra menunjukan pesan yang tampak di layar ponselnya pada Hanum.

"Astaga!" Seru Hanum. "Jangan-jangan dia mau nembak lo disana?!"

Suara Hanum melengking menarik perhatian semua orang yang ada dikelasnya. Segera Narra membekap mulut sahabatnya itu, sebelum dia berceloteh terlalu banyak.

"Berisik, Hanum..." Omel Narra setengah berbisik.

"Mon maap gue terlalu exited."

"Gue kesana dulu ya." Ucap Narra seraya mengambil dompet dari dalam tas nya. "Lo istirahat sendiri gapapa kan?"

Hanum mengangguk pelan. "Demi sobat gue biar ga jomblo lagi."

Narra mengerucutkan bibirnya. "Halah...paling lo minta ditemenin Reno juga."

"Eh, Nar!" Pekik Hanum ketika Narra berbalik meninggalkannya. "Pastiin dia ga bawa pistol beneran ya?"

"Ssstttt!" Narra menempelkan jari telunjuk di bibirnya. "Lo ngaco lagi awas!"

Hanum mengejek Narra dengan membuat mimik lucu. "Gue cuma ga rela lo mati gara-gara ditembak cowok, Nar!"

                                                           ✍

Berbekal google maps, akhirnya Narra sampai di depan sebuah gedung lawas yang tak terawat. Terlihat spooky, tapi untuk penggemar film horror sepertinya, itu malah terlihat menarik.

Narra memasuki pintu depan gedung yang dibiarkan terbuka. Ruangan didalamnya tampak remang-remang, hanya sedikit cahaya yang bisa menerobos melalui jendela kecil di bagian atas dinding gedung.

FraternitéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang