"Sorry.. tapi gue ga seharusnya baris diantara sampah masyarakat."
-Ganendra-***
Sekolah tampak masih sepi ketika Narra memarkirkan motornya di area parkiran depan sekolah. Hanya tampak beberapa sepeda motor disana.
Sepagi ini Narra udah celingukan, persis kaya maling helm. Padahal dia hanya sedang memastikan si pemilik motor sport warna hitam itu sudah datang atau belum.
Narra duduk disamping meja piket setelah memastikan kalau tak ada tanda-tanda kehadiran Ganen.
"Ngapain kamu disini? Masuk sana.." Ujar Bu Nani yang pagi itu mendapat bagian piket pagi.
Narra terdiam sejenak. "Narra lagi nunggu maling, Bu.."
"Maling ko ditungguin."
Wajah Bu Nani tampak kebingungan. Tapi ia memutuskan untuk tak ikut campur urusan Narra. Siswa-siswi yang mulai berdatangan membuatnya sibuk melakukan pengecekan atribut sekolah.
Tak lama berselang terdengar suara knalpot yang sudah sangat familiar di telinga Narra. Ganen baru saja tiba.
Narra berdiri dari tempat duduknya ketika Ganen menghampiri meja piket.
"Lengkap Bu.." ujar Ganen ketika Bu Nani memeriksanya dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Eh cewek bar-bar, ngapain lo disini?"
Bukan nya menjawab pertanyaan Ganen, Narra malah menarik lengan laki-laki itu. Membawanya menjauh dari meja piket.
"Mana dasi gue?"
Ganen berlagak bingung. "Dasi apa?"
"Ga usah pura-pura lupa ya." Sungut Narra. "Gara-gara lo gue dihukum sampe pingsan pas upacara."
"Oh...waktu itu." Ganen menempelkan jari telunjuk di dagunya. "Dasi lo udah gue buang tuh."
"Ganendra!" Pekik Narra. "Gue ga mau tau, lo harus balikin dasi gue sekarang."
"Alah dasi gitu doank, Narr... apa susahnya sih lo beli lagi?!¹"
"Masalahnya gue baru inget kalo lo nyuri dasi gue."
"Itu sih salah lo sendiri." Ganen melengos pergi.
Narra melompat dan berdiri tepat didepan Ganen seraya merentangkan kedua tangannya.
"Apaaan lagi sih.." Ganen mendengus kesal. "Lo beli lagi aja sana.."
"Lo tuh bener-bener ga berperikemanusiaan ya!" Maki Narra.
"Sama sekali lo ga ngerasa bersalah liat gue pingsan. Minta maaf juga engga. Padahal jelas-jelas gue pingsan gara-gara lo."
Ganen menghentikan langkahnya dan menatap tajam Narra. "FYI, kemaren Lo pingsan karena sakit." Papar Ganen.
"Udah tau lo punya penyakit Maag, eh sengaja banget ga sarapan. Itu sih lo nyari mati sendiri."
"Hellooo, Ganendra Aksara Arwana." Narra mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Ganen.
"Arnawama!" Ralat Ganen.
"Terserah. Ganendra Aksara apalah itu." Sinin Narra.
"Lo amnesia kalo lo juga yang bikin gue ga jadi sarapan nasi kuning?!"
Lagi-lagi Ganen menatapnya tajam. "Lo udah tau siapa gue sekarang?"
"Lo ga denger gue nyebut nama lo barusan?! Lengkaappp."
Ganen mencebikkan bibirnya. "Dan lo masih melibatkan diri sama gue? Lo bakal nyesel."
Narra balik menatapnya sinis. "Balikin dasi gue dan urusan kita selesai."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fraternité
Teen Fiction"Demon's still demon. Thousands kindness couldn't change what he really is." -Gemma Queenarra Narra tak pernah menyangka jika hanya karena sebuah insiden ia akan terlibat sesuatu yang besar disekolahnya. SMA Pelita memiliki cerita tentang Angel and...