#67 He's strong...

26 5 0
                                    

"Hal kayak gini ga akan bisa bikin Ganen kalah.."
-Gen Agasthya-

***

Sementara itu Agas masih memacu mobilnya dengan kecepatan maksimal yang ia bisa, tepat dibelakang sebuah mobil polisi yang dikemudikan Darwis. Sesekali Agas melakukan panggilan pada nomor ponsel Ganen, tapi sama sekali tak ada jawaban.

Beberapa menit sudah berlalu, kini mereka sudah tiba disebuah jalanan sempit berbatu. Maps yang masih aktif di ponsel Agas menunjukkan bahwa mereka sudah tiba di tujuan. Tepat di depan sebuah rumah yang jauh dari pemukiman.

Dari dalam rumah, sayup-sayup Narra mendengar suara sirine yang perlahan mendekat. Bergegas ia berlari menuju pintu keluar, sayangnya pintu itu terkunci. Berkali-kali Narra berusaha membuat pintu itu terbuka, tapi sia-sia. Tenaga nya tak cukup kuat untuk mendobrak pintu yang lumayan besar itu.

Tak lama berselang sebuah mobil polisi terparkir di depan halaman, diikuti dengan mobil civic yang muncul dibelakangnya. Narra terdiam beberapa saat di balik jendela. Beberapa orang polisi tampak berpencar ke sekeliling rumah. Sementara itu, seseorang yang ia kenali turun dari balik kemudi mobil berwarna putih dibelakangnya.

"AGASSS!!!" Teriak Narra sekuat tenaga. "AGAASSS!!!!!!"

Dengan tangan kosong Narra menggedor-gedor jendela rumah, berharap Agas bisa menyadari keberadaannya. "Agas tolonnggg!!!"

"Narra!!" Seru Agas begitu menyadari keberadaan Narra. Bergegas ia berusaha membuka pintu depan rumah itu, namun tak juga berhasil.

"Lo mundur, pintunya mau gue dobrak!" Agas mengambil ancang-ancang, dan mendobrak pintu itu dengan satu kali tendangan. Meskipun gagal pada percobaan pertama, akhirnya pintu itu terbuka juga setelah dihadiahi dua kali tendangannya.

"Lo gapapa kan, Nar??" Tanya Agas panik. Narra hanya menggelengkan kepalanya seraya tak bisa berhenti menangis. "Ganen mana?"

"Ganen...." Ucap Narra dengan suara gemetar. "Tolongin Ganen..."

"Ganen kenapa?!" Tanya Agas lagi.

Narra bergeming, bibirnya hanya gemetar tanpa ada sepatah katapun yang terucap. Tangisnya pecah begitu saja.

Agas menerobos masuk kedalam rumah, mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Matanya kini membulat melihat 2 sosok yang tengah tak sadarkan diri di salah satu ruangan.

"Di atas ada 2 orang lagi!" Teriak salah seorang polisi yang menerobos masuk melalui pintu yang lain.

"Ambulance sebentar lagi datang." Ucap Darwis yang ternyata sudah ada disana. "Ganen harus cepat ditangani dokter."

"Gue udah telpon ambulance dari tadi, Gas.." Ungkap Narra seraya terisak. "Tapi ga dateng-dateng."

"Ganen.." Panggil Agas seraya menepuk pelan pipi Ganen, membuat noda darah kini membekas di tangannya. "Bangun, Nen.."

Tubuh Ganen tak juga bergerak. Wajahnya terlihat semakin pucat dengan darah yang masih membasahi pelipisnya. Tanpa banyak bicara Agas mengcek beberapa bagian tubuh Ganen, mencoba memeriksa kondisinya saat ini.

Narra hanya membungkuk disebelahnya dengan rasa cemas yang juga belum mereda. "Gimana Ganen?"

"Lo tenang dulu,," Ujar Agas menenangkan. "Bentar lagi pasti ambulance dateng."

"Gue takut, Gas....." lagi-lagi Narra kembali menangis. "Gue takut Ganen--"

"Ganen kuat, Nar!" Sela Agas. "Percaya sama gue."

Narra hanya mengangguk seraya menahan tangisnya, meskipun tak berhasil. Tangisnya kembali pecah, perkataan Agas sama sekali tak bisa menenangkannya. Perlahan Agas bangkit dan menarik tangan Narra, membuat tubuhnya kini berada dalam dekapannya.

"Gara-gara gue...." Isak Narra. "Ganen terluka lagi gara-gara gue..."

"Bukan, Nar..." Bantah Agas. "Bukan salah lo.."

"Tapi kalo Gue ga ngirim pesan SOS itu kejadiannya ga akan kayak gini..."

"Dengan atau tanpa pesan SOS lo itu, Ganen akan tetap nemuin lo. Gimanapun caranya" Bantah Agas.

"Kenapa?" Tanya Narra.

Sesaat Agas terdiam seraya menghela nafasnya dalam-dalam. "Gue yakin lo tau jawabannya.."

Jawaban Agas membuat Narra kini terdiam. Gue tau jawabannya?

"Lo inget ga Nar, kejadian waktu lo di ospek dan sekolah kita tiba-tiba diserang SMA Angkasa?" Tanya Agas tiba-tiba.

Narra mengerutkan keningnya mencoba mengingat-ingat kejadian hari itu. Sore itu jam sekolah telah usai, tapi karena membuat kesalahan beberapa orang siswa diberi hukuman oleh Kakak Kelasnya, dan Narra adalah salah satunya. Ia ingat betul ketika belasan siswa SMA Angkasa tiba-tiba datang seraya mengumpat kata-kata kasar dan membuat onar.

"Ada satu orang kakak kelas lo yang berhasil ngalahin semua murid SMA Angkasa yang datang bikin onar itu." Lanjut Agas.

Narra mengernyit sesaat. "Itu Ganen?!"

Agas hanya mengangguk yakin. "Gue tanya lagi, siapa di sekolah yang pernah ngalahin Ganen soal berantem?"

Lagi-lagi Narra mengernyit kemudian menggelengkan kepalanya.

"Exactly! Ga ada." Tegas Agas.

"Jadi, lo harus percaya sama gue." Agas menggenggam erat tangan Narra yang masih gemetar. "He's strong."

"Hal kayak gini ga akan bisa bikin Ganen kalah.."

To be continued..

FraternitéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang