"Jangan berlagak seolah lo tau semuanya tentang gue!"
-Ganendra Aksara-***
Narra meraih sebuah kursi di area foyer usai meninggalkan ballroom. Adegan yang dilihatnya tadi benar-benar membuat dadanya terasa sesak. Selama beberapa saat ia memilih menenangkan diri disana, menikmati keheningan dan hembusan angin yang perlahan mengusik rambutnya.
Jam di tangan kirinya menunjukkan angka 9, waktu benar-benar berputar dengan sangat lambat bagi Narra. Saat ini yang ia harapkan hanya waktu yang bisa berputar lebih cepat, supaya ia bisa segera menyudahi semuanya.
"Lo kenapa?" Tanya Agas yang baru muncul.
"Gapapa.." Jawab Narra singkat.
"Lo mau pergi dari sini?" Tanya Agas lagi. Narra tak memberi jawaban. Tapi Agas tau bahwa itu yang ia inginkan. "Gue ijin dulu sama nyokap lo ya..Lo tunggu disini.."
Narra hanya balas mengangguk. Agas kemudian meninggalkan Narra sendirian disana. Suasana di luar begitu sunyi tapi membuatnya tenang. Tapi kesunyian itu tak bertahan lama.
Byuuurr..
"MAMAAA!!!!" Suara teriakan seorang anak kecil membuat Narra terperanjat dan berlari menyusuri foyer. Dari jauh ia melihat seorang anak kecil meronta-ronta di dalam kolam renang.
Narra mengerjapkan matanya sesaat mencoba melihat lebih jelas. Entah bagaimana, seorang anak kecil berada di tengah kolam. Meronta-ronta seraya terus menangis histeris. Tapi yang membuat Narra lebih terkejut adalah wajah anak kecil itu yang samar-samar ia kenali.
"AKSAA?!!" Tanpa berpikir panjang Narra segera berlari menuruni tangga kemudian menceburkan diri kedalam air. Selama beberapa saat ia bersusah payah mempertahankan pijakannya. Di tengah kemampuannya yang tak seberapa dalam hal berenang Narra berusaha meraih anak laki-laki itu kemudian membawanya duduk di tepian.
"Kamu ga papa?" Tanya Narra panik. "Mama kamu mana?!"
"Mama.......!!" Isak Anak itu. "Mama.."
"Sshh....jangan nangis,, nanti Mama kamu pasti dateng." Ucap Narra seraya berusaha mempertahankan pegangan tangannya. Kedalaman kolam renang itu mencapai 180cm, dengan tinggi badan yang hanya 165cm Narra kesulitan mempertahankan pijakannya.
Beberapa kali Narra kehilangan keseimbangannya dan terjatuh. Tapi ia masih berusaha mempertahankan kepalanya berada di atas permukaan. Sayangnya gaun yang ia kenakan terus membelit kakinya membuatnya kesulitan mencapai permukaan.
Tubuhnya seakan terus tertarik ke dalam air. Beberapa lama Narra terus meronta-ronta tanpa bisa berteriak minta tolong. Kini tubuhnya dikelilingi dinginnya air.
"Kak!!!" Teriak anak kecil itu. "Mamaaaa!!!"
Tolonngg....Batin Narra tanpa sepatah katapun terucap dari mulutnya. Tubuhnya terus bergerak berusaha mencapai permukaan tapi sia-sia, hingga akhirnya ia mulai kelelahan. Ia berusaha untuk menahan nafasnya, tapi keinginannya untuk bernafas nyaris tak bisa ia tahan lagi.
Tubuhnya tak lagi bergerak, perlahan ia tenggelam dan terus tertarik ke dasar kolam. Kesadarannya mulai menurun, ia bahkan tak bisa menghentikan aliran dingin yang masuk melalui hidung dan mulutnya.
Disaat kesadarannya hampir hilang sepenuhnya ia merasakan sesuatu menarik tangannya. Samar-samar ia melihat wajah seseorang yang ia kenali, Ganendra. Laki-laki itu menarik tangannya, membawanya kembali ke permukaan.
"Uhukk...uhukk...!!!" Narra memuntahkan air yang sempat tertelan ketika akhirnya ia bisa menghirup udara. Tenggorokan dan matanya perih. Nafasnya seakan berlomba dengan detak jantungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fraternité
Teen Fiction"Demon's still demon. Thousands kindness couldn't change what he really is." -Gemma Queenarra Narra tak pernah menyangka jika hanya karena sebuah insiden ia akan terlibat sesuatu yang besar disekolahnya. SMA Pelita memiliki cerita tentang Angel and...