"Tepatnya aku sama matematika punya hubungan yang rumit."
-Gemma Queenarra-***
Bak sebuah manekin, Narra berdiri disamping pintu masuk sebuah toko buku. Kaki nya sudah pegal karena menunggu Hanum yang tak kunjung datang. Sore hari ini mereka punya janji untuk mencari buku bersama-sama.
Beberapa menit berselang tampak Hanum melambaikan tangan dari kejauhan. Tapi ternyata ia tak datang sendiri.
Tangan Hanum menggandeng seorang lelaki, tentu saja itu Reno-pacarnya. Tapi siapa laki-laki satu lagi? Mata Narra yang rabun jauh tak bisa melihat jelas wajah laki-laki itu.
Narra membulatkan matanya mencoba melihat lebih jelas. Laki-laki itu semakin mendekat, wajahnya semakin jelas terlihat. Seketika jantung Narra berdebar lebih cepat.
Gen Agasthya?!
"Lama nunggu ya, Nar? Sorry..." Hanum merangkul temannya yang tampak kesal itu. "Reno nih lama..."
"Enak aja.." Reno mendengus kesal. "Si Agas nih tiba-tiba aja pengen ngikut."
"Gapapa ko.." jawab Narra seraya tersenyum kaku.
"Tumben Lo ga ngomel-ngomel?" Tanya Hanum. "Biasanya gue telat 5 menit aja Lo ngocceeehhh ga berenti-berenti."
Narra memelototi sahabatnya itu, memberinya kode 'jangan ngomong macem-macem'
Tapi sepertinya Hanum sengaja mengerjainya. "Ih..lo ko malah melototin gue?"
"Sayaanngg...Narra melotot.." Rengek Hanum pada Reno.
Narra lalu mencubit tangan Hanum pelan.
"Tuh..tuh..dia nyubit, Sayanngg..."
"Mana yang dicubit, Sayang? Sakit?" Tanya Reno sok imut. "Mau aku cubit dia balik?"
"Dasar Bucin." Narra lalu melengos pergi.
"Yaahh dia marah.." Ejek Hanum.
"Makanya punya pacar." Reno menimpali.
Agas terkekeh melihat kelakuan teman-temannya itu. Bukan pemandangan baru buat Agas melihat Reno dan Hanum bertingkah seperti itu. Keduanya memang bucin satu sama lain dari dulu. Tapi kebucinan itu yang selalu berhasil membuatnya iri.
✍
Jemari tangan Narra menyentuh satu persatu deretan buku yang tertata rapih. Dari sekian banyak novel fiksi, karya-karya Dan Brown selalu menjadi incarannya. Tapi sepertinya buku-buku karya Dan Brown itu sudah ada dalam lemari buku miliknya.
"Dia belum ngeluarin buku lagi deh kayanya.." suara seorang laki-laki mengejutkan Narra.
"Eh, Ka Agas..." Narra kikuk ketika mengetahui ternyata Agas pemilik suara itu.
"Panggil Agas aja.." Agas tersenyum kecil. "Lagian umur kita juga ga beda jauh kayanya.."
Narra mengangguk, pipinya memerah tanpa ia sadari. Membuat wajahnya yang berkulit putih kini terlihat seperti kepiting rebus.
"Lo suka baca novel?" Tanya Agas membuka pembicaraan.
"Lumayan lah.." jawab Narra sekenanya. "Dari pada liat angka-angka gitu kan mendingan liat huruf-huruf.."
Lagi-lagi Agas tertawa kecil. "Lo pasti ga suka Matematika ya.."
Narra menghela napas sejenak. "Bukan ga suka sih Ka.." ia menggantung kalimatnya.
"Tepatnya gue sama matematika punya hubungan yang rumit."
Agas mengerutkan keningnya. "Rumit?"
"Iya Rumit.." Narra menegaskan. "Kaya ga saling memahami aja gitu."
Agas terkekeh. "Apa karena matematika selalu itung-itungan sama lo ya?! hahahah"
"Hahaha" Narra balas tertawa. "Iya kali ya.."
"Eh tapi ga serumit hubungan mereka kan?" Agas menunjuk ke arah Hanum dan Reno yang sedang meributkan sesuatu di depan kasir.
"Astaga.." Narra menepuk jidatnya. "Baru aja mereka bucin-bucinan, eh udah berantem lagi.."
Bergegas Narra menghampiri Hanum yang dari tadi marah-marah. Disusul Agas yang juga menghampiri Reno.
"Berantem lagi... gara-gara apa nih sekarang? Bukan gara-gara ribut mau sirloin apa tenderloin lagi kan?" Tembak Narra.
Hanum mendengus kesal "Apaan sih Lo, Nar?! Ga lucu tau!"
"Tapi emang iya kan perkara sirloin apa tenderloin aja kalian bisa berantem." Agas menimpali.
Hanum terdiam sejenak. Beberapa hari lalu memang mereka sempat adu mulut di depan Narra hanya karena memperdebatkan lebih enak sirloin steak atau terderloin steak. Sereceh itu memang perdebatan mereka.
"Terus sekarang apa alesan kalian berantem di toko buku?" Tanya Narra. "Bingung mau beli buku pelajaran apa buku nikah?"
"Narra ihh..!" Hanum mencubit tangan Narra sekenanya.
"Ih... sakit Hanum!"
"Mana yang dicubit sayang? sakit?" Agas memegang tangan Narra yang tadi Hanum cubit. "Mau aku cubit balik ga Hanumnya?" Ia menirukan gaya kebucinan Reno. Gayanya membuat Narra tak bisa menahan tawa.
"Hahahaha.."
"Saayyaaannnggg...aku mau dicubit Ka Agas.." Rengek Hanum.
Plakk. Reno memukul lengan Agas sekenanya. Membuat Agas meringis kesakitan. "Aduh"
"Ga ada yang boleh nyubit cewek gue!" Pekik Reno. Teriakannya membuat seisi toko menoleh ke arahnya.
Sontak Hanum merasa tersentuh melihat Reno membelanya. "Ihh...Sayang... makasih udah belain. Maapin tadi udah marah-marah."
"Iya sayang...maapin juga aku tadi marah-marah..baikan ya.."
"Iyaa baikan..."
"Hadeehhh.." Ucap Narra dan Agas berbarengan. Kelakuan dua sejoli itu masih membuatnya tak habis pikir. Sebentar-sebentar berantem, sebentar-sebentar baikan. Berantem lagi, baikan lagi. Gitu aja terus..
"Udah kita pergi aja." Ajak Agas seraya melengos pergi.
"Iya..tinggalin aja lah, daripada bikin pusing.."
"Sirik ya.." kompak Hanum dan Reno mengejek Narra dan Agas yang tampak sama-sama iri dengan hubungan keduanya.
"Dih,,ogah banget sirik.."
✍
Author notes,
Temennya siapa nih yang bucin banget sama pacarnya?
Makasih untuk yang sudah baca.,
Jangan lupa tinggakin jejak..🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Fraternité
Genç Kurgu"Demon's still demon. Thousands kindness couldn't change what he really is." -Gemma Queenarra Narra tak pernah menyangka jika hanya karena sebuah insiden ia akan terlibat sesuatu yang besar disekolahnya. SMA Pelita memiliki cerita tentang Angel and...