"Lo kira gue jin yang keluar dari lampu ajaib apa?! Bisa ngabulin 3 permintaan?!"
-Gemma Queenarra-***
Ganen masih belum melepaskan tatapannya dari mata Narra. Kerongkongan Narra seakan tercekat, hingga ia meneguk salivanya dengan susah payah.
"Jadi elo?" Ganen melepaskan tangannya yang dari tadi menahan tubuh Narra.
"Ganen please gue mohon, bantuin gue sekali ini aja."
Ganen memutar matanya malas. "Kalo sampe Agas tau gimana ya kira-kira. Apalagi lo kan sok-sok an mau bantuin nangkep basah peri itu kan?"
"Ternyata lo sendiri orangnya."
"Gue punya alesan." Elak Narra.
"Emang gue peduli?" Balas Ganen datar.
Di luar ruangan Agas dan Reno masih terlihat berlari kesana kemari mencari keberadaan Narra.
"Ok. Gue janji setelah ini gue akan lebih sopan sama lo. Gue bahkan akan manggil lo Kak Ganendra seperti yang lo pengen." Narra mencoba bernegoisasi, walaupun ia tahu tak akan semudah itu berhasil.
"Ga ada untungnya buat gue." Jawab Ganen cuek.
"By the way, lo kan peri." Ganen tersenyum sinis. "Gimana kalo lo kasih gue 3 permintaan. Dan lo harus kabulin apapun itu."
Mata Narra membulat mendengar perkataan Ganen. Dasar orang gila!
"Lo kira gue jin yang keluar dari lampu ajaib apa?! Bisa ngabulin 3 permintaan?!"
Ganen menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Kalo ga mau ya udah, gue bisa panggil Agas kesini sekarang."
Laki-laki itu melangkahkan kaki menuju pintu keluar.
"Satu." Narra menghentikan langkah Ganen. "Gue kasih satu permintaan."
"Lima." Tawar Ganen.
Narra mendengus kesal. "Ko jadi lima?!"
"Lima atau tiga?"
Narra menggigit ujung bibirnya. Ganen bener-bener manusia yang tak bisa diajak kerja sama. Diluar ruangan Agas tampak mendekat ke arahnya. Dia mulai curiga melihat pintu lab yang terbuka.
Ganen berjalan mendekati pintu ruangan, sedikit lagi Ganen dan Agas bisa saja bertemu.
"Oke tiga." Seru Narra. "Gue kasih 3 permintaan, persis seperti yang--"
Kata-kata Narra terhenti, Ganen tiba-tiba menarik tubuh Narra dan memeluknya. Ia menyembunyikan wajah Narra dibalik jaket yang ia kenakan tepat sebelum Agas memasuki ruangan.
"Lo ngapain disini?" Agas tampak terkejut melihat Ganen bersama seseorang di ruangan gelap tanpa pencahayaan.
Ganen berdecak kesal. "Gue..lagi sama cewek gue."
Agas tidak serta merta mempercayai omongan Ganen. Ia mencoba melihat orang yang ada di pelukan Ganen saat ini.
"Lo ga perlu tau apa yang gue lakuin sama cewek gue kan?!"
Agas menatap dingin mata Ganen. "Kalo mau macem-macem jangan disekolah."
"Gue ga akan peduli apapun yang lo lakuin diluar sana."
"Tapi jangan di sekolah."
Agas kemudian berlalu meninggalkan Ganen.
Narra masih terkejut dengan apa yang dilakukan Ganen. Baru kali ini ia sedekat ini dengan seorang laki-laki. Begitu dekat sampai-sampai ia bisa mendengar detak jantung Ganen yang seakan berlomba dengan detak jantungnya. Jantung Ganen juga berdetak lebih cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fraternité
Roman pour Adolescents"Demon's still demon. Thousands kindness couldn't change what he really is." -Gemma Queenarra Narra tak pernah menyangka jika hanya karena sebuah insiden ia akan terlibat sesuatu yang besar disekolahnya. SMA Pelita memiliki cerita tentang Angel and...