28# Terbakar Cemburu

53 29 2
                                    



                           "Kali ini gue bener-bener jatuh cinta."
                                             -Ganendra Aksara-

                                                        ***

Ganen membasuh wajahnya yang terlihat lusuh. Usai mengantar Narra ke parkiran ia kembali ke ruang olah raga untuk mengambil barang-barangnya yang tertinggal disana.

Ia memandangi bayangannya sendiri di depan cermin. Plester motif kupu-kupu berwarna ungu membuatnya terlihat konyol. Tapi entah kenapa kekonyolan itu bisa membuat bibirnya melengkungkan senyuman tanpa henti.

Sesekali ia tertawa sendiri mengingat wajah konyol Narra tadi sore. "Jelek banget sumpahhh..."

"Siapa yang jelek?" Suara Agas tiba-tiba mengejutkannya.

Ganen menatap sinis laki-laki yang tiba-tiba muncul di hadapannya itu. "Lo makin kesini makin suka ikut campur urusan gue."

"Kalo itu menyangkut Narra gue akan terus ikut campur." Tatapan mata Agas kini sedingin tatapan Ganen.

Ganen tersenyum sinis. "Kenapa?"

"Dia cewek  baik-baik, Nen.Ga seharusnya lo maen-maen sama dia." Jawab Agas.

"Siapa bilang gue maen-maen?! Gue serius sama dia."

"Lo siap bertanggung jawab atas keseriusan lo?!" Agas menatap mata Ganen tajam. "Gue tau kenapa lo babak belur kaya gini."

"Lo juga ga lupa kan apa terjadi sama orang-orang yang deket sama lo?! Sampe mereka semua menjauh dari lo."

Ganen bergeming. Perkataan Agas membuatnya tersentak.

"Jauhin Narra." Ancam Agas. "Dunia lo sama dunianya dia berbeda. Keberadaan lo cuma bakal nyelakain dia."

"Lo ga perlu khawatir." Ganen balik menatap tajam mata Agas. "Gue bakal jagain dia, walaupun nyawa gue taruhannya."

                                                            ✍

Denis tengah memainkan gitar di ruang organisasi, suaranya terdengar lumayan saat menyanyikan lagu Tanpa Batas Waktu. Sementara Agas tampak duduk di salah satu sofa, ia sesekali melihat jam di tangan kirinya.

Aku masih ada di sini
Masih dengan perasaanku yang dahulu
Tak berubah dan tak pernah berbeda
Aku masih yakin nanti milikmu

"Reno mana sih, Nis?" Tanya Agas kesal. "Dia bilang mau dateng kan?!"

Denis hanya menggelengkan kepalanya seraya terus bernyanyi.

Aku masih di tempat ini
Masih dengan setia menunggu kabarmu
Masih ingin mendengar suaramu
Cinta membuatku kuat begini.

Agas mengambil ponsel dari dalam tasnya. Berkali-kali ia mencoba menghubungi Reno, tapi sekalipun panggilannya tak pernah tersambung.

"Mana sih dia." Agas mendumel sendiri.

Aku merindu, ku yakin kau tau
Tanpa batas waktu, ku terpaku
Aku meminta walau tanpa kata
Cinta berupaya
Engkau jauh di mata tapi dekat di doa
Aku merindukanmu

Dari jauh Agas melihat bayangan Ganen yang baru saja datang. Mata keduanya saling bertemu, tapi mereka hanya saling terdiam.

"Lo kenapa, Nen?!" Denis menghentikan permainan gitarnya ketika melihat Ganen datang dengan wajah yang babak belur.

"Biasalah.." Jawab Ganen sekenanya. Ia lalu duduk di sisi lain sofa yang ada di sudut ruangan.

"Apaan tuh di pipi lo?!" Denis mencoba menyentuh plester kupu- kupu yang menempel di pipi kiri Ganen.

"Eh jangan lo pegang!" Tepis Ganen.

"Alah luka segitu doank. Gue cuma pengen liat apaan yang ada di pipi lo!" Elak Denis.

"Justru itu." Balas Ganen. "Ga ada yang boleh megang plester di pipi gue!"

Denis mencebikkan bibirnya. "Palingan dari cewek. Bucin banget lo, padahal bentar lagi juga dia bakal lo tinggal gitu aja."

Ganen menghela napasnya sejenak. "Yang ini beda, Nis.."

"Kali ini gue bener-bener jatuh cinta."

"Lebay lo!" Sungut Denis.

Perkataan Ganen benar-benar membuat Agas merasa terusik. Apalagi ketika ia ingat apa yang ia lihat di pinggir lapangan tadi sore. Ganen terlihat bahagia bersama Narra. Begitupun sebaliknya.

Aku masih di dunia ini
Melihatmu dari jauh bersama dia
Walau pasti ku terbakar cemburu
Tapi janganlah kau ke mana-mana

"Diem lo, Denis!" Agas melempar bantal tepat kewajah Denis.

Denis menghentikan nyanyiannya. "Apaan sih lo, Gas?! Gue lagi nyanyi juga."

Ganen tersenyum  sinis melihat tingkah Agas. "Lo lagi terbakar cemburu, Gas?"

Agas menatap tajam mata hazel Ganen. "Lo pikirin aja perkataan gue tadi baik-baik."

"Gue duluan." Agas bergegas meninggalkan ruang organisasinya.

"Eh lo mau kemana?" Teriak Denis dari dalam ruangan. "Lo bukannya nungguin si Reno?"

Agas melambaikan tangannya tanpa menoleh ke belakang, meninggalkan Denis yang terlihat kebingungan.

"Eh, gue ada salah ngomong ya ma dia?" Denis mengernyit. "Gue kan cuma nyanyi."

Ganen hanya terdiam. Pertanyaan Denis sama sekali tidak digubrisnya. Sebaliknya, perkataan Agas terus menerus terngiang ditelinganya.

Gue bakal jagain dia gimanapun caranya.

                                                               ✍

Author notes,,

Up 1 part lagi...gimana nih me urut kalian cerita di part kali ini?
Tinggalin comment donk..

And thank you untuk yang sudah mau baca..
🥰🥰🥰🥰

FraternitéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang