26# Tentang Luka

63 34 2
                                    

           "Gue ga bisa liat sedalem apa luka yang ada di hati lo.."
                                               -Gemma Queenarra-

                                                               ***

"Han, gue duluan ya.." Dengan wajah lesu Narra menggendong tas punggungnya.

"Lo mau kemana, Nar?" Hanum menghentikan langkah Narra. "Tumben lo langsung pulang?"

Narra bergeming. Seharian ini mood nya memang kacau.

"Lo ada masalah sama Agas?"

Narra menghela napasnya kasar. "Ga usah bahas dia lagi deh."

"Kalian bukannya udah mulai deket ya? Kok tiba-tiba jadi dingin gini sih? Udah susah payah gue kenalin juga.." Hanum merengut.

Narra hanya tersenyum kecut. "Gue duluan ya,,"

Narra menyeret kakinya menuju parkiran depan dengan tenaganya yang masih tersisa, hari ini cukup berat baginya. Tuduhan Agas benar-benar melukai harga dirinya. Mungkin, hatinya tak akan sesakit ini jika bukan Agas.

Sesampainya di area parkiran Narra tak menemukan motornya dimanapun. Sesaat kemudian ia baru ingat kalau motornya dibawa oleh Ganen.

"Astaga..,gue lupa lagi." Dumel Narra.

Matanya kini mencari-cari motor sport hitam milik Ganen, tapi tak ada disana. Ia lalu bergegas menuju are parkiran belakang.

Akhirnya ia menemukan motor sport yang ia cari, terparkir tepat di sebelah motor matic miliknya.

Narra merogoh ponsel yang ia taruh di saku bajunya. Ia mengetik nama Ganen di daftar kontak lalu menekan tombol hijau untuk memulai panggilan.

Samar-samar ia mendengar suara dering handphone dari kejauhan, lalu dering itu berhenti ketika Narra menghentikan panggilannya. Tak ada jawaban dari Ganen.

Sekali lagi ia coba melakukan panggilan, nada dering itu terdengar lagi dari kejauhan.

Pelan-pelan Narra berjalan ke arah nada dering yang ia dengar tadi, semakin lama semakin terdengar jelas. Hingga akhirnya ia tiba di sebuah gang sempit tak jauh dari sekolahnya.

Di hadapannya kini ada empat orang laki-laki sedang mengeroyok seorang laki-laki lainnya yang tersungkur ditanah. Laki-laki itu tampak berusaha bangun walaupun harus menerima tendangan dan pukulan.

Mata Narra membulat menatap laki-laki yang berusaha bangun dengan susah payah itu. "Ganen?!"

Narra berlari sekuat tenaga ketika menyadari laki-laki yang sedang dikeroyok itu ternyata Ganen.

"MAAALLLLIIIINNNNGGGGGGG!!!!!!!!" Teriak Narra seraya menendang perut salah seorang laki-laki yang mengenakan kaos putih.

"TOLONG ADA MALINGG!!" Teriaknya lagi untuk menarik perhatian warga. Pekikannya membuat beberapa warga keluar dari dalam rumah.

Berbekal latihan tinju yang selalu ia lakukan ketika patah hati, satu persatu pelaku pengeroyokan ia hadiahi bogem mentahnya.

"PAK INI MALINGNYA, PAK!!!"

Keempat laki-laki itu tampak kalang kabut ketika warga mulai berdatangan. Secepat kilat mereka berlari meninggalkan Narra dan warga yang mulai berkerumun disana.

"Neng gapapa?" Tanya salah seorang warga. "Apanya yang dicuri."

"Malingnya belom sempet ngambil apa-apa sih, Pak.."

"Syukur kalo gitu.." Ujarnya kemudian. "Ayo dicari malingnya bapak-bapak, pasti belum jauh dari sini!"

Beberapa warga berpencar seraya mencari keempat laki-laki tadi.

FraternitéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang