"Lo nangis berapa lama?"
-Gen Agasthya-***
Agas berjalan perlahan kemudian mengetuk pintu kamar no 711, tempat Narra menginap. Jam di tangan kirinya sudan menunjukkan angka 2, artinya sudah lewat 2 jam dari waktu check out yang seharusnya.
"Narra..." Kembali Agas mengetuk pintu kamar karena tak mendapat tanggapan. Sesaat kemudian pintu kamar terbuka perlahan, menampakkan wajah seorang gadis dengan hidung memerah dan mata yang sembab. Jelas ia menangis sangat lama sampai-sampai wajahnya tampak begitu kacau.
"Lo kenapa?" Tanya Agas panik.
Narra menghisap hingusnya yang mengalir dengan sendirinya. "Gak kenapa-kenapa.."
"Lo ga liat apa muka lo sampe bengkak gitu?!" Mendengar perkataan Agas sontak Narra berlari menuju cermin. Ternyata benar, wajahnya nyaris tak bisa dikenali saking merah dan bengkaknya.
"Lo nangis berapa lama?" Tanya Agas. Narra hanya mendelik sesaat kemudian duduk di ujung tempat tidurnya.
"Ada perlu apa lo kesini?" Tanya Narra tak menghiraukan pertanyaan Agas.
"Udah waktunya check out, tante Rania udah nunggu di lobby.."
"Duluan aja kebawah.." ucap Narra. "Gue beres-beres sebentar, nanti gue nyusul."
"Perlu gue bantu ga?"
Narra menggelengkan kepalanya. "Ga usah, barang gue ga banyak kok.."
"Yakin?"
"Yakin." Balas Narra. "Udah sana duluan aja.."
"Yaudah.." Agas pasrah. "Lo pulang bareng gue aja ya.."
Narra hanya mengangguk. Agas kemudian beranjak dari kamar Narra menuju kamar di depannya. Usai mengambil barang bawaannya ia lalu menuju lobby dimana Ganen dan Rania sudah menunggunya.
Gadis itu terdiam sesaat, menarik nafasnya dalam-dalam seolah mengepak pakaian merupakan hal yang berat baginya. Beberapa pakaian yang masih menggangtung di lemari ia lipat dengan alakadarnya, lalu ia masukan kedalam koper. Ia kemudian membasuh wajahnya dan sedikit menambahkan riasan disana, tentu untuk menutupi matanya yang sembab dan wajahnya yang memerah. Belum selesai dengan make up nya suara ketukan pintu kembali terdengar.
"Bentar lagi, Gas..." Teriak Narra dari dalam kamar. "Udah lo duluan aja kebawah.."
Lagi-lagi suara ketukan pintu terdengar di telinga Narra. Dengan langkah gusar Narra bergegas membuka pintu kamar.
"Kan gue udah bilang kalo--" Ucapan Narra terhenti. Wajahnya tiba-tiba pucat pasi menatap laki-laki yang berdiri di hadapannya.
"Hey, Narra..."Radit menyeringai. "Long time no see.."
Disergap kepanikan, Narra mendorong pintu kamar sekuat tenaga. Sialnya, tenaganya tak sebanding dengan lawannya. Sekali dorongan Radit sudah membuat Narra terpental jauh ke belakang.
"Ngapain lo kesini?!" Tanya Narra panik.
Radit menggigit ujung ibu jarinya seraya menatap Narra tenang. Tatapan nya begitu dingin namun menyeramkan disaat yang bersamaan. Tubuh Narra gemetar hebat hanya karena menatap mata kecoklatan miliknya.
Sesaat sebuah senyuman muncul sekilas di sudut bibir Radit. "Gue butuh bantuan lo, sekali lagi."
Dengan tatapannya yang masih sedingin es, Radit menuangkan cairan dari botol yang ia bawa ke sebuah sapu tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fraternité
Teen Fiction"Demon's still demon. Thousands kindness couldn't change what he really is." -Gemma Queenarra Narra tak pernah menyangka jika hanya karena sebuah insiden ia akan terlibat sesuatu yang besar disekolahnya. SMA Pelita memiliki cerita tentang Angel and...