58# Yang lebih penting.

27 7 2
                                    

"Percuma gue nemu saat yang tepat kalo hati lo masih bukan buat gue."
-Gen Agasthya-

***

"Udah ngerasa lebih baik?" Tanya Agas. Narra hanya menghela nafasnya berat ketika lamunannya terbuyar.

Kini mereka berada di lantai 9, di rooftop lebih tepatnya, menikmati langit malam yang dipenuhi bintang. Juga angin yang berhembus dingin. Agas melepas jas yang ia kenakan dan memakaikannya di tubuh Narra. Perempuan itu mulai kedinginan, karena dress yang ia kenakan memiliki potongan kerah yang cukup terbuka.

"Disini dingin..." Ucap Agas kemudian. "Gue takut lo sakit nanti.."

"Bisa ga sih kalo gue minta fisik gue aja yang sakit? Jangan hati gue..." Ujar Narra seraya menatap laki-laki di sebelahnya.

"Kenapa ga minta supaya sakit hati lo bisa segera hilang aja?" Agas balik bertanya.

Gadis itu bergeming. Rasanya mustahil kalau sakit hatinya bisa hilang dengan sesegera mungkin. "Bisa emang?"

"Kalo lo nya aja ga yakin ya...gimana bisa?!" Jawab Agas. Tak ada jawaban dari Narra. Ia hanya diam, karena ia sendiripun tak memiliki keyakinan itu.

"Yang gue tau,, lo itu perempuan yang kuat, Nar..." Tutur Agas. "Tapi kadang, lo ga sadar kalo lo lebih kuat dari yang lo kira."

"Lo punya hati yang baik, jadi ga mungkin Tuhan ngebiarin hati lo sakit terlalu lama.."

"Lo tau dari mana?" Tanya Narra seraya tertawa pelan.

"Gue tau lah..." Agas tersenyum sesaat. "Karena itu yang bikin gue jatuh cinta sama lo."

Narra tersentak mendengar pernyataan Agas. Spontan ia mengernyit menatap laki-laki yang berdiri disampingnya.

"Tenang... gue ga berencana nembak lo sekarang kok." Ungkap Agas seraya tertawa. "Gue tau ini bukan waktu yang tepat."

"Jadi, selama beberapa waktu kedepan, gue minta lo latihan bilang 'IYA'.." Lanjutnya lagi. "Biar nanti pas gue tanya, lo bisa bilang 'IYA'."

Narra terbahak. "Apaan sih...ngaco..."

"Nah gitu donk ketawa..." ucap Agas. "Kan cantik.."

"Makasih ya udah menghibur gue,, Gen Agasthya.." Tutur Narra. "Seengganya buat sesaat gue bisa ngelupain sakit hati gue."

Agas terdiam sesaat. "Gue ga lagi bikin hiburan, Nar..Gue serius.."

Narra hanya mengernyit. Agas kemudian mengambil sesuatu dari kantung celananya. Sebuah kotak kecil. Perlahan  ia kemudian membuka kotak itu lalu menunjukkannya pada Narra. Kotak itu berisi sebuah kalung dengan liontin insial GG.

"Ini...apa?" Tanya Narra bingung.

Agas mengambil kalung lalu kemudian memasangkannya di leher Narra. "Buat lo.."

"Udah lama gue nyiapin kalung ini,, berkali-kali gue nunggu waktu yang tepat." Tutur Agas kemudian.

"Sampe akhirnya gue sadar satu hal, percuma gue nemu saat yang tepat kalo hati lo masih bukan buat gue."

"Lo becanda kan?!" Tanya Narra

"Apa perasaan gue cuma candaan buat lo?" Lagi-lagi Agas balik bertanya.

"Bukan gitu, Gas.." elak Narra. "Tapi coba lo pikir lagi.."

"Lo ganteng, pinter, baik, lo nyaris sempurna. Sementara gue?"

"Gue ganteng?" Goda Agas.

"Ya...ya... ganteng lah.." jawab Narra kikuk.

Agas tertawa sejenak. "Poin plus ya, buat lo jadiin pertimbangan."

FraternitéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang