Chapter42

326 17 1
                                    

Author balik lagi nih... Ada yang kangen gak sama author? 😁

Sorry ya author udah lama gak Up, athor soalnya lagi sibuk kerja. Author usahain bakal Up seminggu sekali mulai dari sekarang 🙏

Enjoy reading ya ...

| Pilihan selalu ada ditanganmu |

〰️▫️◽◻️⬜💜⬜◻️◽▫️〰️

Ardan Pov

"Ardan!" aku menoleh saat tiba-tiba seseorang memanggil namaku, "eh maaf, maksud saya pak Ardan." Sambungnya terlihat tidak enak.

Lusi, perempuan itu terlihat agak pucat hari ini. Ada apa dengannya?

Lusi memberikan sebuah berkas padaku dengan senyuman lemahnya.

"Tidak papa, are you ok Lusi?" tanyaku khawatir.

"Saya baik-baik saja Pak,"

"Apa kamu yakin?" tanyaku sekali lagi,

"Sebenarnya kepala saya sedikit pusing tapi saya baik-baik saja Pak, saya kan kuat." Jawabnya dengan senyum kecil, aku tau dia pura-pura kuat.

Masalah yang dia alami benar-benar berat, setelah kepergian Ayahnya, Lusi menjadi sedikit pemurung ditambah lagi prilaku ibu dan saudaranya yang lama kelamaan semakin semena-mena membuatku ingin sekali membantunya dan yang bisa ku lakukan hanyalah membiarkan Lusi bekerja di perusahaan CD Group.

Tanpa pikir panjang lagi aku menarik tangan Lusi menuju lift, turun kelantai bawah dan segera membawanya ke rumah sakit terdekat. Tidak peduli dengan Lusi yang terus menolak, toh ini semua aku lakukan demi kebaikannya.

Setelah hampir 15 menit menunggu akhirnya Lusi keluar bersama Dr. Rini, Dokter kepercayaanku di rumah sakit ini. Dr. Rini mengatakan bahwa Lusi hanya kelelahan dan kurang tidur saja, tapi aku merasa ada yang aneh dengan Lusi. Entah apa.

Kuputuskan untuk membelikan obat sesuai resep yang diberikan Dr. Rini, setelah mengantar Lusi ke apotek aku segera bergegas kembali ke kantor. Tapi di perjalanan pulang Lusi mengajakku makan siang, tak enak rasanya menolak apalagi dia sedang sakit. Akhirnya aku pun mengiyakan saja.

Ya tuhan! Aku baru teringat sesuatu, dasar Ardan bodoh! Anara? Aku kan ada janji dengan Anara!

Segera aku bergegas mengajak Lusi masuk ke mobil untuk kembali ke kantor, kuraba seluruh saku kemeja dan celanaku, yang bisa kulakukan hanya berdecih kesal.

Wajah Lusi sedikit kaget saat tiba-tiba aku melajukan mobil dengan cepat, sialnya ponselku juga ketinggalan di kantor. Benar-benar menyebalkan!

"Bapak buru-buru ya?" pertanyaan Lusi tak ku hiraukan, aku hanya ingin segera sampai ke kantor, Anara maafkan aku.

"Maaf Lusi, saya duluan ya." Ujarku sebelum akhirnya berlari meninggalkan Lusi di parkiran kantor.

Sial! Bagaimana bisa aku lupa dengan Anara? Apa Anara masih menungguku?

Dari balik kaca lobi bisa kulihat Anara sedang berdiri sambil mengecek jam tangan kecil di tangannya, dia masih menungguku.

My First Love is My SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang