Chapter28

383 19 1
                                    

| Jantungku Mulai Tidak Baik-baik Saja Saat Bersamamu |

〰️▫️◽◻️⬜💜⬜◻️◽▫️〰️

Malam minggu yang seharusnya diisi dengan nonton film, harus beralih dengan sidang dadakan di meja hijau ala Feni. Tentu saja pertanyaan demi pertanyaan dia lontarkan setelah melihat Pak Ardan berada di apartemenku, aku menceritakan semuanya. Menceritakan bahwa Pak Ardan memang sering ke apartemenku karena dia tinggal di lantai 4, walaupun terlihat tidak yakin tapi Feni akhirnya percaya.

Jika saja Pak Ardan tidak beralasan bahwa dia sedang mengunjungi tetangga, mungkin saja Feni tidak akan percaya. Jelas saja, siapa yang akan percaya melihat seorang pria berada di dapur apartemen seorang wanita, apalagi hanya ada aku dan Pak Ardan berdua, tapi sekali lagi syukurlah Feni percaya.

Seusai sidang dadakan, Feni terlihat berubah aneh. Sikapnya menunjukan bahwa dia tidak percaya walaupun dia sudah mengatakan bahwa dia percaya, entahlah. Yang terpenting sekarang, Feni tidak beranggapan yang tidak-tidak soal aku dan Pak Ardan, 4 tahun mengenalnya aku yakin Feni percaya padaku.

Hari minggu, aktivitas terindah ketika bangun pagi di hari minggu hanyalah satu, tak lain dan tak bukan adalah tidur lagi. Sekitar pukul 6 pagi tadi Feni pamit pulang mendadak dengan alasan urusan keluarga, padahal tadinya aku ingin mengajak Feni untuk olahraga pagi, semenjak tinggal di Jakarta aku tidak pernah jogging atau pun melakukan olahraga lain tapi karena Feni pulang tiba-tiba, aku memutuskan untuk tidur lagi sampai akhirnya terbangun karena alarm perut berbunyi.

Kebetulan saat aku keluar aku bertemu dengan Rian, mungkin ini saatnya aku menepati janjiku soal mentraktirnya makan.

Tidak ada tanda-tanda Pak Ardan di lantai 4, sepertinya dia sedang pergi keluar karena mobil miliknya pun tidak ada di parkiran apartemen.

Aku dan Rian berjalan santai menuju restoran terdekat, sepanjang perjalanan Rian menceritakan tentang kesehariannya yang selalu sibuk menjadi dosen sekaligus guru di salah satu SMA di dekat sini, dan betapa terkejutnya aku ternyata Rian adalah guru di sekolahnya Jio.

Rian bilang Jio adalah anak yang terkenal bandel, dia juga seorang ketua geng motor yang hobi kebut-kebutan di jalan. Mendengar cerita Pak Rian aku sedikit tak percaya, pasalnya Jio terlihat sangat baik dan bisa ku lihat Jio bukan tipe orang yang akan menyusahkan orang lain, apalagi saat tahu jika saat keluar sekolah dia ingin membantu Ayahnya bekerja. Tapi benar kata Rian, kadang seseorang yang belum benar-benar kita kenal memang memiliki sisi lain yang tidak kita ketahui. Aku akan mencoba berbicara pada Jio nanti dan sedikit demi sedikit sharing tentang kehidupan sekolahnya.

"Mau pesen apa Yan?" tanyaku setelah mendudukan diri di salah satu kursi restoran.

"Terserah kamu, kan kamu yang mau neraktir." Balasnya membuatku terkekeh.

"Emang ada aturannya gitu, yang bayar yang nentuin makan?" Rian ikut terkekeh mendengar perkataanku.

"Ya udah, samain aja Ra."

Sarapan kesiangan kami berjalan sambil sesekali menceritakan tentang Zero dan Jeky, kucing milik Rian. Kebetulan tadi Rian memang belum sarapan, dia pergi jogging tanpa sarapan sebelum ataupun sesudahnya, itulah alasan kenapa Rian sarapan kesiangan bersama denganku. Jika saya aku tahu Rian jogging tadi pagi, aku pasti akan ikut karena otomatis aku akan ada teman. Rian satu-satunya tetangga yang lumayan dekat denganku selain tetangga gesrek, Pak Ardan.

Entah kenapa pikiranku tak pernah lepas dari orang itu. Mungkin karena dia sering berada di sampingku, makanya aku sering kepikiran jika dia tidak ada di sampingku. Pak Ardan sialan!

My First Love is My SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang