Chapter07

716 32 1
                                    

| Kekesalan Yang Berlebih Dalam Diri Kadang Membuat Kita Lupa Siapa Dia Sebenarnya |

〰️▫️◽◻️⬜💜⬜◻️◽▫️〰️

Aku mengerjap beberapa kali berusaha menetralkan cahaya yang masuk ke mataku, aku kemudian duduk ditempat dan melihat sekeliling sembari menguap pelan.

Kenapa aku bisa ada dikamar? Seingatku aku tidur disofa ruang tengah, astaga! Apa telah terjadi sesuatu denganku? Aku melihat dengan cepat pakaianku, beruntung pakaianku masih lengkap. Tapi kenapa aku bisa ada dikamar? Apa aku mimpi berjalan ke kamar?

Ardan?! Oh shit! Dimana pria itu?! Dia tidak ada dikamar, apa dia sudah pulang? Wah ... Sopan sekali pulang tanpa aku ketahui, tapi jasnya masih tergantung di dinding. Apa dia lupa membawanya kembali?

"Dasar pria gak ada akhlak! Main pergi aja, udah gitu gak bilang-bilang lagi! Awas aja ntar ka- Aaaaaa ... "

Tolong siapapun kembalikan kesucian mataku, huaa ... Kenapa si kampret Ardan masih ada disini? Mana gak pake baju lagi!

"Kenapa gak pake baju?!"

"Ya iyalah, kan baru selesai mandi." Balasnya enteng sembari berjalan mendekat.

"Stop! Mau ngapain hah?!" kedua tanganku sudah siap mengambil ancang-ancang untuk menamparnya jika dia berani macam-macam. Jangan lupakan aku bisa taekwondo!Astaga ... Kenapa dia malah terus mendekat? Langkah besarnya terdengar di dalam kamarku yang sepi, sepagi ini biasanya memang gedung apartemen sudah sepi.

"Gak ada baju ganti?" tanyanya santai, aku menelan ludahku kuat-kuat, kenapa dia malah berdiri didepanku tanpa baju seperti itu? Oh shit! Roti sobeknya membuat mataku tak berkedip. Sadar Anara, sadar!

Aku berusaha menetralkan napasku dan melangkah menuju lemari tanpa melirik sedikitpun pada Ardan, sial! Pria itu terlihat sangat sexy dengan rambut basah yang berantakan seperti itu. Dikantor biasanya rambutnya rapi tersampir kebelakang menampakan dahinya tapi sekarang poni panjangnya menutupi dahi secara acak membuatnya terlihat sangat ... Ah aku sudah gila!

"Kenapa kau terus geleng-geleng kepala seperti itu?" aku tercengang mendengarnya, kapan aku gelang-gelang kepala? Apa iya? Biarkan saja lah, yang jelas sekarang aku ingin Ardan segera pergi dari apartemenku, jika dia lama-lama disini aku bisa-bisa stress.

Ku sodorkan sebuah kaos putih polos padanya, dia memakainya dan terlihat sangat pas ditubuhnya. Aku memang suka memakai kaos oversize, mungkin dia heran kenapa aku bisa punya kaos seperti itu.

"Mau kemana?" tanyaku melihat dia berjalan keluar kamar.

"Aku lapar, mau makan didapur." Aku melongo mendengarnya, dasar tidak tau malu! Serasa di rumah sendiri hah?!

"Ke-kenapa tidak pu-pulang saja?" aneh, kenapa aku bicara tergagap kepadanya? Apa aku sedang gugup?

"Aku mau makan disini." Ujarnya datar, "kenapa? Tidak boleh? Akan kutambah gajimu nanti ok?" ujarnya santai, aku mengerjap mendengarnya. Dasar sultan! Seenaknya saja, masa bodo ah!

"Semalam bukannya aku tidur di sofa?"

"Mungkin ada semut yang menggotongmu." Ujarnya kemudian berlalu keluar kamar dengan wajah tak berdosa khasnya.

"Iya semut, semut yang punya kepala besar." Gumamku, aku langsung bangkit dari kasur dan segera berlari ke kamar mandi untuk melakukan ritualku tak lupa mengunci kamar terlebih dahulu, bisa gawat jika Ardan main masuk nanti.

"Tunggu, aku semalam tidur dengannya satu kasur?"

Yang kupeluk semalam itu guling atau manusia? Mati saja kau Ardan sialan!

My First Love is My SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang