Chapter35

403 23 9
                                    

| Kau Ataupun Diriku Tidak Bisa Melepaskan Satu Sama Lain Dengan Mudah Karena Tanpa Kita Sadari, Kita Sudah Saling Terikat |

〰️▫️◽◻️⬜💜⬜◻️◽▫️〰️

"Kakak suka sama kamu Na,"

Tak pernah terpikirkan sekali pun bahwa Kak Arkan akan menyatakan perasaannya padaku, aku memang menyukai Kak Arkan. Sikap ramahnya yang selalu saja menebar senyuman akan membuat siapapun tunduk kepadanya tapi rasa suka yang kurasakan bukan perasaan yang sama sepertinya, aku sudah menganggap Kak Arkan layaknya Kakakku sendiri.

Sungguh bukan ini yang ku inginkan, masalahku dengan Pak Ardan belum selesai dan sekarang Kak Arkan malah mengatakan sesuatu yang membuatku kaget setengah mati.

"Kakak gak sopan ya ngungkapin perasaan lewat telpon? Kakak tau ini terlalu cepet, tapi Kakak cuma mau ngungkapin yang Kakak rasa ke kamu."

"Emh Kak—"

"Kakak ngerti, kamu gak harus jawab sekarang. Kakak kasih kamu waktu buat pikirin semuanya, Kakak pamit ya. Kamu kalo masih demam mending gak usah ke kantor, Kakak ngerti kok. Maaf kemarin malem gak nganterin kamu, kamu jadi kena flu gara-gara ujan-ujanan kan?"

"Kok Kak Arkan tau?"

"Apa si yang Kak Arkan gak tau? Kakak tutup ya? Kakak mau berangkat nih."

"Iya Kak."

Tut tut

Kak Arkan salah, Kak Arkan tidak tahu semua hal tentangku, aku juga bahkan tidak mengerti dengan diriku sendiri.

Entah perasaan apa yang tengah menyelimuti hatiku, rasanya aneh. Aku merasa ada yang hilang, hatiku terasa hampa. Semenjak kejadian semalam aku bahkan tidak nafsu makan, pikiranku rasanya tidak fokus.

Perkataan Pak Ardan terus terngiang di kepalaku, membuat kepalaku yang sudah pusing semakin bertambah pusing.

"Iya, saya cuma pura-pura baik sama kamu. Sebaiknya kamu pergi dari hidup saya, saya benci melihat seorang perempuan yang dulu menolak saya dengan kasar terus terlihat di depan mata."

Saya cuma pura-pura baik sama kamu

Saya cuma pura-pura baik sama kamu

Saya cuma pura-pura baik sama kamu

Kalimat itu seakan-akan tidak mau berhenti berkeliaran di kepalaku, apa benar? Semua hal yang Pak Ardan lakukan kepadaku selama ini hanya sebatas lirikan malas, dia hanya pura-pura? Apa benar?

Tapi kenapa hatiku rasanya menolak mentah perkataan Pak Ardan, suaranya semalam memang terdengar serius tapi tatapan matanya seakan bertolak belakang dengan perkataannya.

Ah ada apa denganku? Seharusnya aku kesal dan marah pada Pak Ardan tapi kenapa aku malah khawatir dengannya? Sadar Anara!

Sudah pukul setengah 12, itu berartu jam makan siang di kantor baru saja dimulai. Apa Pak Ardan sudah pergi? Aku tahu dari Kak Arkan jika Pak Ardan akan berangkat ke Bogor siang ini. Dasar tidak berprikemanusiaan! Pria kejam tak berperasaan!

***

Saat pikiran dan hati tak saling sejalan, disanalah ragaku mulai melakukan sesuatu tanpa bisa ku mengerti. Rasanya ada rasa tak rela saat mendengar Pak Ardan akan pergi, apa yang harus ku lakukan? Otakku memilih agar aku diam membiarkan Pak Ardan pergi tapi hatiku malah sebaliknya.

"Anara!" Feni datang mendekat setelah melambaikan tangan ke arahku, aku memang sengaja memintanya datang, mungkin menceritakan semuanya pada Feni akan membuat hatiku membaik.

My First Love is My SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang