Chapter10

740 29 0
                                    

| Kau Memang Tidak Selalu Ada Didepan Mataku, Tapi Setiap Detik, Setiap Menit, Setiap Jam Dan Setiap Saat Kau Selalu Ada Dalam Pikiranku |

〰️▫️◽◻️⬜💜⬜◻️◽▫️〰️

Ardan Pov

"Saya akan menjaga Bapak sampai Bapak sembuh total, melakukan apapun yang Bapak mau hiks ... Tapi saya mohon maafkan saya, jangan laporkan saya ke polisi dan jangan pecat saya hiks ... Huaa ... "

Mengingat bagaimana ekspresi wajahnya saat dirumah sakit tadi membuatku tidak bisa berhenti untuk tersenyum, dia sungguh bodoh! Apa dia pikir aku akan melaporkannya ke polisi sampai-sampai merebut ponselku ketika aku akan menghubungi Mama tadi? Dasar!

Wajah khawatir plus bodohnya sangat menggemaskan, membuatku ingin sekali memakannya. Hufh ... Baru beberapa jam tidak melihatnya aku merasa bosan. Aneh, apa hidupku semembosankan ini sebelum dia datang?

Lihatlah, dia sendiri yang mengatakan akan menjagaku sampai sembuh tapi dia malah meninggalkanku, ck! Omong kosong! Apa aku kerumahnya saja ya? Mungkin sedikit mengerjainya akan membuatku terhibur. Ok!

Aku segera bergegas keluar kamar, hari sudah gelap, jam 8 malam begini Anara pasti belum tidur.

"Mau kemana Dan?" aku menoleh ke arah dapur, Mama sedang berjalan mendekat.

"Keluar sebentar Ma, Ardan bosen. Biasanya gak bosen gini," ujarku, Mama mendekat dan mengelus rambutku.

"Pantas kamu bosan, kamu kan kalo dirumah gak pernah lepas sama kerjaan."

Aku menyengir saja, benar juga kata Mama. Wajah Mama berubah sendu seketika membuatku mengernyit heran.

"Kenapa Ma?" tanyaku.

"Kamu kapan terakhir ketemu sama Kakak kamu?" pantas saja Mama berubah jadi sedih, ternyata ini menyangkut Kak Arkan.

"Emh ... Sekitar 2 minggu yang lalu. Kak Arkan kan jarang ke Jakarta." Jawabku, Mama menghela napas panjangnya, aku mengerti Mama pasti sangat merindukannya. Papa selalu saja melarang Mama bertemu dengan Kak Arkan ditambah lagi Kak Arkan juga jarang ke Jakarta. Kasihan Mama, aku bisa mengerti perasaannya.

"Kak Arkan baik-baik aja Ma, aku bakalan coba bujuk Kak Arkan lagi buat datang ke sini kalo dia pulang ke Jakarta ya? Mama jangan sedih." Ujarku berusaha menenangkan Mama.

Aku juga tau Kak Arkan sangat ingin bertemu dengan Mama, dia anak yang manja jika sedang berada di dekat Mama tapi larangan Papa membuat Kak Arkan jadi tidak mau bertemu dengan Mama. Aku tau Kak Arkan terpaksa karena jika Kak Arkan dan Mama bertemu pastilah keributan akan terjadi antara Papa dan Mama. Hufh ... Memikirkannya saja membuat kepalaku pusing, kenapa keluargaku serumit ini hanya gara-gara kecelakaan tak disengaja Kak Arkan?

"Kalo gitu Ardan pamit keluar bentar ya Ma," pamitku, Mama mengangguk dan tersenyum. Aku tau itu hanya senyum terpaksa, setiap membicarakan tentang Kak Arkan Mama pasti akan sensitif seperti ini.

"Jangan keluar lama-lama, diluar dingin. Kulit kamu juga belum sembuh." Peringatnya.

"Iya Mamaku sayang." Ujarku sembari mengecup keningnya kemudian segera pergi.

***

Aku memutuskan untuk mampir ke toko sebelum menemui Anara, gadis bodoh itu pasti kekurangan makanan di apartemennya. Tadi sore Mama juga membungkuskan makanan untuknya, bisa kulihat hanya mie instan berjejer dilemari dapurnya. Apa anak seorang pemilik rumah sakit semiskin itu sampai-sampai lemarinya hanya dipenuhi mie instan?

My First Love is My SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang