Chapter02

1K 40 2
                                    

| Kau Yang Memulai Maka Kau Juga Yang Harus Menyelesaikan. Bertanggung Jawablah! |

〰️▫️◽◻️⬜💜⬜◻️◽▫️〰️

Ingin ku berkata kasar, dia manusia paling menyebalkan yang pernah ku kenal. Bagaimana bisa dia menyuruhku membeli kopi dengan 3 rasa? Ini jelas-jelas hanya untuk mengerjaiku. Oh tuhan kenapa nasibku begitu buruk? Hari pertama kerjaku benar-benar berantakan, apa tugas seorang sekretaris pribadi sekonyol ini ya?

Setelah lelah bolak-balik pergi ke lantai bawah hanya untuk memeriksa apakah mesin fotocopy dibawah kosong, sekarang aku disuruh membelikannya kopi dengan 3 varian rasa yang berbeda. Dasar gila!

Setelah melangkah ke kedai kopi yang letaknya berada tak jauh dari kantor, aku langsung bertanya apa ada kopi dengan 3 rasa pada penjaga kedai. Ah bodoh! Tentu saja tidak ada, si kampret Ardan kan hanya sedang membalaskan dendamnya padaku.

Mami ... Ara pengen nangis aja rasanya, tapikan aku gak boleh nyerah gitu aja, ini hanya permulaan. Aku harus kuat kedepannya atau aku hanya akan menjadi gelandangan di kota ini.

Aku punya ide, apa aku kerjain balik ya? Gakpapa lah bikin dia kesel sekali-kali, jangan aku mulu yang dibikin kesel sama dia.

Sesampainya didepan ruangan si kampret Ardan aku langsung mengetuk pintu dan masuk.

"Ini Pak kopinya," ujarku seramah mungkin sambil menyimpan satu cup kopi yang kubeli tadi. Aku harus bersikap biasa saja di depannya karena jika dia melihat aku menderita maka dia hanya akan senang dan terus menggangguku.

"Saya permisi Pak."

Baru saja aku berbalik ingin pergi dari hadapannya, langkahku tercegat olehnya. Apa lagi sekarang?

"Mau kemana?" aku berbalik dan memaksakan senyumku, huh muka tak berdosanya ingin sekali aku bejek-bejek rasanya.

"Kembali ke meja Pak, ada pekerjaan yang harus saya lakukan bukan hanya menghabiskan waktu dengan hal kurang bermanfaat seperti ini." Ujarku seramah mungkin, tak peduli dengan maksudku menyindirnya.

"Silahkan kamu coba terlebih dahulu kopinya."

Mampus! Ini namanya senjata makan tuan, oh Anara habislah kau.

"Saya tidak suka kopi dengan varian 3 rasa berbeda Pak,"

Seberapa keras aku menolak maka semakin keukeuh juga dia menginginkan aku mencobanya terlebih dulu. Dia mengatakan jika dalam kontrak aku harus melakukan apapun yang dia perintahkan, tapi bukankah aku juga punya hak untuk menolak?

Dengan sangat berat hati aku meneguk sedikit kopi tadi, oh rasanya benar-benar gila! Lidahku rasanya langsung mati rasa.  Jika tau aku juga akan merasakannya aku tidak akan meracik kopi menjijikan itu, kopi dengan 4 sendok garam.

Dia menahan tawa melihat wajahku yang menahan rasa aneh di lidah, sialan! Dia ternyata sudah tau jika aku mengerjainya.

"Gimana? Enak?" tanyanya dengan tawa mengejek, ya tuhan kenapa aku harus berurusan lagi dengannya? Menyebalkan!

Tanpa ku jawab aku langsung lari ke luar ruangan tak peduli dengan pertanyaan konyolnya. Enak dari hongkong?!

Berkumur adalah satu-satunya hal yang harus ku lakukan agar mengurangi rasa mati rasa di lidahku, ini benar-benar tiga rasa, pertama asin, kedua pahit dan ketiga mati rasa!

Beruntung jam break makan siang telah tiba, aku membuang-buang waktuku hanya untuk melakukan hal konyol yang dia minta sampai jam makan siang datang. Gila saja! Aku ingin segera bercerita pada Feni.

My First Love is My SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang